Liputan6.com, Jakarta Sehari setelah Bitcoin dan kripto teratas lainnya mengalami hari terbaik sejak awal bulan, kini mereka kembali lesu ketika Rusia meningkatkan serangannya di bagian selatan dan timur Ukraina, memicu kecemasan baru di antara investor tentang ekonomi global.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Cryptocurrency terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, Bitcoin turun di bawah USD 40.000 atau sekitar 575,3 juta selama perdagangan Jumat (15/4/2022)
Baca Juga
Ethereum diperdagangkan sekitar USD 3.000, turun untuk periode yang sama. Kripto besar lainnya juga berada di zona merah. Solana (SOL) dan Cardano (ADA) keduanya baru-baru ini turun lebih dari 4 persen.
Advertisement
Di tengah anjloknya pasar kripto, Dogecoin menunjukkan titik terang yang langka, DOGE naik lebih dari 1,5 persen.
Harga kripto kembali mengikuti pasar saham, yang juga tenggelam, dengan Nasdaq yang turun 2,1 persen dan S&P 500 turun persentase poin karena investor terus menghindar dari aset berisiko.
Sementara itu, dampak ekonomi dari invasi Rusia terus meningkat turut memberikan tekanan pada pasar kripto.
Sehari setelah mengatakan pembicaraan damai dengan Ukraina menemui jalan buntu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui pada Kamis sanksi ekonomi dari AS dan negara-negara lain yang menentang agresi Rusia merugikan industri minyak dan gas negaranya.
Negara Uni Eropa juga terus membahas kemungkinan larangan lengkap produk energi Rusia. Harga minyak mentah Brent, ukuran pasar energi global yang dianggap luas, melonjak melewati USD 111, naik sekitar 40 persen dari awal tahun.
Lebih Buruk
Analis di situs berita dan penelitian Daily FX, Paul Robinson, mengatakan harga Bitcoin akan lebih buruk dalam waktu dekat jika dilihat dari pergerakan harganya selama kuartal pertama 2022.
“Mengingat sifat volatilitas dan fakta BTC, volatilitas Bitcoin kemungkinan akan meningkat lagi saat kita menuju pertengahan tahun," tulis Robinson, dikutip dari CoinDesk, Jumat (15/4/2022).
“Biasanya begitu BTC bergulir, tidak butuh waktu lama untuk mengumpulkan tingkat minat pasar yang baru. Jika kita melihat kegagalan itu terjadi kali ini, maka itu bisa berarti BTC menuju periode aksi harga sideways yang diperpanjang, atau lebih buruk lagi,” pungkas dia.
Advertisement