Liputan6.com, Jakarta - El Salvador baru saja menambahkan Bitcoin senilai USD 15,5 juta atau sekitar Rp 225,6 miliar (asumsi kurs Rp 14.558 per dolar AS) ke neracanya, karena cryptocurrency terbesar itu saat ini masih melanjutkan penurunan.
Dilansir dari CNBC, Selasa (10/5/2022), dalam sebuah tweet pada Senin (9/5/2022) waktu setempat Presiden El Salvador, Nayib Bukele mengungkapkan negara itu membeli penurunan, menambahkan 500 Bitcoin lagi ke kas pemerintah.
Ini adalah pembelian koin terbesar di El Salvador sejak pertama kali mulai menambahkan mata uang digital ke neraca pada September 2021 bulan yang sama menjadi negara pertama yang mengadopsi bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah di samping dolar AS.
Advertisement
Baca Juga
Bitcoin turun lebih dari 8 persen dalam 24 jam terakhir, dan turun hampir 55 persen dari tertinggi sepanjang masa November 2021. El Salvador membeli Bitcoin dengan harga rata-rata USD 30.744, menurut tweet Bukele.
Saat ini, cadangan total negara itu mencapai 2.301 Bitcoin, atau sekitar USD 71,7 juta dengan harga saat ini, berdasarkan data yang dilacak oleh Bloomberg.
Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian pembelian saat penurunan selama sembilan bulan terakhir, di mana Bukele telah mengaitkan nasib politiknya dengan keberhasilan eksperimen Bitcoin negara itu. Bukele nampaknya harus bertaruh banyak karena kondisi pasar kripto saat ini sedang terjun bebas.
Selama berbulan-bulan, Dana Moneter Internasional (IMF) telah meratapi eksperimen Bitcoin Bukele. Pada Januari, IMF mendorong El Salvador untuk membuang bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
Direktur IMF menekankan ada risiko besar yang terkait dengan penggunaan bitcoin pada stabilitas keuangan, integritas keuangan, dan perlindungan konsumen, serta kewajiban kontinjensi fiskal terkait.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Luncurkan Dompet Virtual
Laporan tersebut, yang diterbitkan setelah pembicaraan bilateral dengan El Salvador, kemudian “mendesak” pihak berwenang untuk mempersempit ruang lingkup undang-undang bitcoinnya dengan menghapus status bitcoin sebagai uang legal.
El Salvador telah mencoba sejak awal 2021 untuk mendapatkan pinjaman USD 1,3 miliar dari IMF. Upaya tersebut telah memburuk karena pertikaian bitcoin ini.
Bagian dari pergerakan nasional El Salvador ke bitcoin juga melibatkan peluncuran dompet virtual nasional bernama Chivo yang menawarkan transaksi tanpa biaya dan memungkinkan pembayaran lintas batas cepat.
Untuk negara di mana 70 persen warganya tidak memiliki akses ke layanan keuangan tradisional, Chivo dimaksudkan untuk menawarkan kemudahan bagi mereka yang belum pernah menjadi bagian dari sistem perbankan.
Advertisement
Pasar Kripto Masih Lesu, Ini Penyebabnya
Sebelumnya, pasar kripto masih melanjutkan keterpurukan sejak sepekan terakhir. Bitcoin dan kripto jajaran teratas lainnya masih stagnan bertahan di zona merah.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin (9/5/2022) siang, harga Bitcoin berada di kisaran harga USD 33.667 atau sekitar Rp 490,3 juta (asumsi kurs Rp 14.565 per dolar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menuturkan, penurunan drastis yang dialami pasar kripto secara fundamental saat ini disebabkan oleh kenaikan suku bunga AS oleh the Fed untuk menekan inflasi.
"Faktor yang mempengaruhi harga kripto terutama Bitcoin turun adalah kenaikan suku bunga di AS untuk menekan inflasi. Bank sentral global juga alami inflasi cukup tinggi dampak konflik Rusia-Ukraina. Apalagi negara yang berikan sanksi pada Rusia, inflasi-nya cukup tinggi,” ujar Ibrahim ketika dihubungi Liputan6.com, Senin, 9 Mei 2022.
Pada Rabu mendatang, AS akan merilis data inflasi, menurut Ibrahim, kemungkinan tingkat inflasi akan mengarah ke 9 persen dari yang sebelumnya 8,5 persen.
“Tingkat inflasi yang tinggi ini bisa membuat pemerintah AS ketar-ketir dan risiko terjadi resesi juga cukup besar. Resesi ini juga tidak hanya bisa terjadi di AS tapi di negara besar seperti Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya. Resesi ini juga dapat memicu penurunan harga kripto,” jelas dia.
Harga Bitcoin Masih Tertekan secara Teknikal
Di sisi lain, untuk Bitcoin Ibrahim mengatakan secara teknikal masih menunjukkan tren penurunan. Harga saat ini yang berada di kisaran USD 33.000 masih bisa terkoreksi lebih dalam lagi.
"Dari analisis teknikal pertama, Bollinger Band, untuk daily mengindikasikan 70 persen itu masih akan melemah. Kemudian analisis kedua, moving average ini juga masih mengindikasikan Bitcoin akan jatuh,” tutur Ibrahim
“Teknikal ketiga, Stochastic sendiri mengindikasikan Bitcoin masih akan jatuh, itu kelihatan 70 persen turun. Inilah kemungkinan besar Bitcoin yang saat ini ada di USD 33.500 bisa turun di USD 30.000-an dan bisa saja menyentuh USD 29.000 itu level terakhir,” lanjut dia.
Meskipun begitu, menurut Ibrahim, harga Bitcoin dan kripto lainnya masih berpotensi untuk kembali melonjak jika ada faktor pendorong dari konflik Rusia-Ukraina.
"Pada 9 Mei, Rusia melakukan peringatan kemenangan atas Nazi pada perang dunia ke-2. Nah kita masih belum tahu apakah perang yang terjadi saat ini akan menjadi perang dunia ke-3 atau tidak. Jika informasi perang ke-3 benar, maka akan membawa harga Bitcoin melambung tinggi lagi yang secara teknikal harga terendah berada di USD 29.000,” pungkas Ibrahim.
Advertisement