Harga Kripto Hari Ini Minggu 12 Juni 2022: Ethereum dan Solana Pimpin Koreksi

Mayoritas kripto teratas termasuk bitcoin masih betah di zona merah pada Minggu pagi, 12 Juni 2022.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jun 2022, 09:12 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2022, 09:12 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Harga bitcoin dan jajaran kripto teratas lainnya bertahan di zona merah pada Minggu pagi (12/7/2022). Harga ethereum dan solana memimpin koreksi di antara kripto teratas lainnya.

Berdasarkan data Coinmarket, Minggu pagi, 12 Juni 2022, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, bitcoin (BTC) merosot dalam 24 jam terakhir. Harga bitcoin turun 3,02 persen.

Kini harga bitcoin berada di posisi USD 28.324,86 atau sekitar Rp 412,96 juta (asumsi kurs Rp 14.580 per dolar AS). Dalam 24 jam terakhir, harga bitcoin merosot 4,66 persen.

Harga ethereum anjlok dalam 24 jam terakhir. Harga ethtereum (ETH) terperosok 9,35 persen. Selama sepekan, harga ETH susut 15,11 persen. Kini harga ethereum berada di posisi USD 1.519,82 atau sekitar Rp 22,14 juta.

Kemudian kripto BNB merosot 6,06 persen dalam 24 jam terakhir.  Dalam sepekan, harga BNB berkurang 8,99 persen. Saat ini, harga BNB di posisi USD 271,13.

Harga Cardano (ADA) tergelincir 4,77 persen dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan, harga Cardano melemah 1,1 persen. Kini harga Cardano berada di posisi USD 0,5547.

Sementara itu, harga Solana (SOL) anjlok 9,3 persen dalam 24 jam terakhir. Dalam sepekan terakhir, harga Solana merosot 11,94 persen. Harga Solana kini ditransaksikan di posisi USD 33,98.

Harga dogecoin turun 7,69 persen dalam 24 jam terakhir. Harga dogecoin (DOGE) susut 13,83 persen selama sepekan terakhir. Saat ini, harga dogecoin di posisi USD 0,07012.

Kripto selanjutnya harga XRP melemah 5,99 persen dalam 24 jam terakhir. Harga XRP terperosok 7,98 persen dalam sepekan. Kini harga XRP ditransaksikan di posisi USD 0,3607.

Sementara itu, stablecoin Tether (USDT) melemah tipis 0,02 persen dalam 24 jam terakhir. Dalam sepekan, harga USDT turun terbatas 0,03 persen. Saat ini, harga tether berada di posisi USD 0,999.

Sementara itu, harga USD Coin menguat terbatas 0,02 persen dalam 24 jam terakhir. Harga USD Coin naik 0,01 persen selama sepekan terakhir. Kini harga USD Coin di posisi USD 1,00.

Harga binance USD (BUSD) menguat terbatas 0,18 persen dalam 24 jam terakhir. Dalam sepekan, harga Binance USD melemah terbatas 0,14 persen. Kini harga Binance USD di posisi USD 1,00.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pasar Kripto Labil, Investor Terlihat Galau

Aset Kripto
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Sebelumnya, pergerakan market aset kripto dalam seminggu terakhir masih mengalami tekanan. Meski, sempat comeback di tengah pekan, rupanya hal tersebut sulit berlanjut.

Lantaran, investor dinilai masih “malu-malu kucing” untuk all-out dalam perdagangan aset kripto. Secara keseluruhan sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar kembali ke zona merah dalam satu hari terakhir. Misalnya saja, Bitcoin yang kembali diperdagangkan dengan nilai USD 30.070 atau turun 1,28 persen dalam 24 jam terakhir, seperti terpantau dari situs CoinMarketCap pada Jumat, 10 Juni 2022 pukul 15.00 WIB.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menuturkan, perdagangan aset kripto Bitcoin kemungkinan besar masih terus akan berada di sekitar level USD 30.000 atau sekitar Rp 438,59 juta (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 14.620) dalam waktu dekat. Lantaran, investor masih menunggu laporan inflasi ekonomi AS yang dapat memicu ekspektasi pasar.

"Pergerakan nilai Bitcoin kemungkinan besar masih akan sideways di level USD 30.000. Investor sepertinya masih bakal kurang bergairah masuk ke pasar kripto lantaran wait and see data inflasi AS terbaru dan dampak pengumuman kebijakan moneter Bank Sentral Eropa. Jika inflasi AS masih meradang, maka ada kemungkinan The Fed bakal mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin pada bulan ini,” kata Afid, dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (11/6/2022).

Bank Sentral Eropa telah mengumumkan kenaikan suku bunga acuannya yang pertama dalam lebih dari satu dekade terakhir untuk mengatasi inflasi yang meroket.

Kebijakan tersebut bisa jadi sinyal bagi The Fed untuk mengetatkan kebijakan moneternya. Diperkirakan inflasi di AS masih menembus jauh di atas 8 persen, level tertinggi dalam empat dekade.

"Ketika The Fed mengerek suku bunga acuannya, maka tingkat imbal hasil instrumen berpendapatan tetap bakal meningkat, begitupun dengan nilai dolar AS. Alhasil, aset berisiko adi dipandang tidak menarik dan menjadi lebih mahal di mata investor," ujar Afid.

Dibayangi Sentimen Negatif

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Kanchanara)

Sentimen negatif juga datang dari Bank Dunia yang memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini dari 4,1 persen menjadi 2,9 persen di tengah kekhawatiran inflasi.

Sementara itu, dampak dari invasi Rusia ke Ukraina berlanjut dengan harga minyak mentah yang melonjak. Di samping perkara makroekonomi, stagnannya transaksi perdagangan kripto juga disebabkan oleh keragu-raguan investor soal titik bottom harga aset kripto, sehingga belum melakukan strategi buy the dip.

Ia menilai, aset kripto diperdagangkan di rentang harga yang begitu-begitu saja dalam beberapa waktu terakhir, sebagian investor yakin bahwa titik harga saat ini bukanlah titik terendahnya.

“Keraguan ini buat market kripto jadi stagnan. Karenanya, market membutuhkan beberapa katalis baru untuk keluar dari kelesuan ini dan kemungkinan masih butuh waktu untuk market bullish,” kata Afid.

Nasib Token Luna 2.0 di Indonesia

Ilustrasi Terra (Foto: tangkapan layar terra.money)
Ilustrasi Terra (Foto: tangkapan layar terra.money)

Pembahasan soal token aset kripto LUNA 2.0 (LUNA) masih terus ramai diperbincangkan. Afid menuturkan, saat ini token jaringan baru Terra, yakni LUNA belum bisa diperdagangkan di Indonesia, karena belum memiliki lisensi dari Bappebti. Oleh karenanya, airdrop sebagai kompensasi bagi investor yang terkena dampak dari keruntuhan jaringan Terra lama belum bisa direalisasikan.

"Airdrop LUNA akan dikirim ke alamat wallet terakhir di yang memiliki LUNC di Tokocrypto.Mereka berhak mendapatkan airdrop, tetapi kita masih dalam kajian untuk LUNA, kalau kita sudah listing LUNA bisa langsung diterima,” kata Afid.

Melihat perkembangan yang ada saat ini, Afid mengatakan airdrop LUNA 2.0 belum bisa dilakukan di wallet akun Tokocrypto, karena aset kripto tersebut belum terdaftar di Bappebti.

LUNA 2.0 masih menjalani pengkajian untuk memenuhi due diligence sebagai aset kripto terdaftar sesuai dengan Peraturan Bappebti No. 7 Tahun 2020 Tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang Dapat Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya