Pengguna Kraken Alami Pencurian Kripto Rp 68,7 Miliar

Tidak banyak rincian mengenai bagaimana penipuan itu dilakukan. Akan tetapi,pencurian kripto itu diduga memakai metode phising.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 23 Sep 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2023, 16:00 WIB
Pengguna Kraken Alami Pencurian Kripto Rp 68,7 Miliar
Data terbaru dari Etherscan menunjukkan stablecoin Tether (USDT) senilai USD 4,46 juta atau setara Rp 68,7 miliar dicuri dari pengguna dompet Kraken. (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Data terbaru dari Etherscan menunjukkan stablecoin Tether (USDT) senilai USD 4,46 juta atau setara Rp 68,7 miliar (asumsi kurs Rp 15.408 per dolar AS) dicuri dari pengguna dompet Kraken yang tidak menaruh curiga. 

Dilansir dari Crypto Potato, Sabtu (23/9/2023), dana yang dicuri kemudian ditransfer ke alamat lain. Tidak banyak rincian mengenai bagaimana penipuan itu dilakukan, tetapi perusahaan keamanan blockchain terkemuka PeckShield menandai alamat tersebut sebagai milik penipu. 

Selain itu, penelitian Scam Sniffer menunjukkan dana tersebut telah diarahkan ke alamat yang terkait dengan pertukaran penambangan kripto Coinone palsu. 

Tautan ke dasbor Dune Analytics yang dibuat pengguna yang disediakan oleh platform intelijen blockchain menunjukkan jenis serangan ini telah mengakibatkan penipu mencuri total USDT senilai lebih dari USD 337 juta atau setara Rp 5,1 triliun, yang berdampak pada hampir 22 ribu orang.

Diduga Pencurian Melalui Phising

Menurut laporan, pencurian ini melakukan metode phising. Penipuan phishing terus mendatangkan malapetaka di industri digital, bahkan menipu entitas terkemuka dan paham teknologi dalam beberapa kesempatan.

Organisasi Anti-Penipuan Global mencatat bentuk penipuan penambangan persetujuan ini biasanya menipu korban untuk memberikan izin penarikan tanpa batas dari dompet mata uang kripto mereka.

Ketika pengguna membuat dompet kripto dengan hak asuh mandiri, mereka menerima kunci pribadi yang dilindungi oleh enkripsi. Namun, penipu tidak memerlukan frase awal pengguna. 

Organisasi tersebut menjelaskan ketika korban memilih untuk berpartisipasi dalam kumpulan penambangan palsu, mereka pada dasarnya mengklik tombol yang memulai permintaan biaya jaringan dalam Ether.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

FBI Umumkan Peretas Korea Utara Dalang Pencurian Kripto Platform Stake

Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Traxer
Kripto atau Crypto. Foto: Unsplash/Traxer

Sebelumnya, dalam siaran pengumuman terbaru, Biro Investigasi Federal (FBI) mengatakan kelompok peretas yang didukung Korea Utara, Lazarus, berada di balik serangan terhadap platform taruhan kripto, Stake.

Dilansir dari Coinmarketcap, Jumat (8/9/2023), Stake melaporkan transaksi tidak sah dari beberapa dompet panasnya pada 4 September. Penarikan dan penyetoran dihentikan kemudian dilanjutkan, tetapi sebelumnya peretas mencuri aset digital senilai USD 41 juta atau setara Rp 629,8 miliar (asumsi kurs Rp 15.361 per dolar AS).

FBI, bersama dengan beberapa perusahaan keamanan blockchain, mengonfirmasi penyerang menghabiskan dana dari Stake melalui Ethereum, BNB Chain, dan Polygon.

Selain itu, penyelidik federal mencantumkan 33 dompet termasuk 22 alamat Bitcoin (BTC) yang terkait dengan peretasan Stake. Alamat-alamat ini menerima dana langsung dari hot wallet Stake atau digunakan untuk menyedot keuntungan terlarang melalui berbagai jaringan.

Lazarus Grup Kelompok Peretas Spesialis Kripto Korea Utara

Lazarus Group, juga dikenal sebagai APT38, adalah sekelompok penjahat dunia maya dan peretas yang diduga didanai oleh pemerintah Korea Utara. Organisasi tersebut dikatakan telah mencuri hampir USD 2 miliar atau setara Rp 30,6 triliun dari platform kripto dan penyedia layanan aset digital sejak tahun 2022.

Selain peretasan Stake, pihak berwenang mengatakan Lazarus juga mendalangi beberapa perampokan kripto terkenal termasuk eksploitasi Atomic Wallet senilai USD 100 juta atau setara Rp 1,5 triliun, serangan senilai USD 100 juta di jembatan Harmony’s Horizon, dan lebih dari USD 600 juta atau setara Rp 9,2 triliun dirampas dari jembatan Ronin milik Sky Mavis.

 

Eksploitasi Terbesar

Ilustrasi Mata Uang Kripto atau Crypto. Foto: Freepik
Ilustrasi Mata Uang Kripto atau Crypto. Foto: Freepik

Serangan terhadap Ronin tetap menjadi salah satu eksploitasi terbesar dari semua platform kripto hingga saat ini. Lazarus juga dilaporkan mencuri gabungan USD 97 juta atau setara Rp 1,4 triliun dari pemroses pembayaran kripto Alphapo dan CoinsPaid.

Pada Agustus 2022, Kantor Pengendalian Aset Luar Negeri (OFAC) Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepada alat privasi Tornado Cash atas dugaan kaitannya dengan Lazarus. OFAC mengklaim Lazarus memanfaatkan Tornado Cash untuk mencuci ratusan juta kekayaan terlarang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya