Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Hong Kong telah didesak untuk mempertimbangkan peluncuran stablecoin yang didukung oleh mata uang Daerah Administratif Khusus Tiongkok (SAR), dolar Hong Kong.
Dalam opini baru mereka mengenai masalah ini, Wang Yang dan Wen Yizhou dari Asosiasi Web3 Hong Kong, berpendapat perkembangan di bidang tokenisasi aset dunia nyata, serta stablecoin entitas besar menunjukkan pentingnya Hong Kong mengeluarkan Stablecoin.
Baca Juga
Menurut Yang dan Yizhou, ketika stablecoin Hong Kong akhirnya diterbitkan, stablecoin tersebut tidak hanya akan menjadi mata uang internasional tetapi juga berpotensi menantang dominasi dolar AS di beberapa wilayah tertentu. Namun, keduanya mengatakan Hong Kong perlu bertindak sebelum jendela peluang ditutup.
Advertisement
“Kami mempunyai peluang yang sempit untuk benar-benar mengubah Hong Kong menjadi pusat internasional utama untuk Web3. Kami mengantisipasi peluang ini akan tetap terbuka tidak lebih dari satu tahun,” kata Yang dan Yizhou, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (7/11/2023).
Yang dan Yizhou menambahkan jika stablecoin Hong Kong diluncurkan lebih dulu daripada entitas yang berbasis di AS, mata uang digital tersebut akan tetap mampu mempertahankan posisi terdepannya bahkan setelah lebih banyak stablecoin diterbitkan.
Selain itu, bahkan jika kapitalisasi pasar tokenisasi ATMR tumbuh hingga triliunan dolar, stablecoin Hong Kong masih akan mampu bertahan, menurut kedua penulis.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Perusahaan Keamanan Kripto Milik Standard Chartered Luncurkan Layanan di Hong Kong
Sebelumnya diberitakan, Zodia Custody, perusahaan keamanan kripto yang dimiliki oleh raksasa perbankan Inggris Standard Chartered, meluncurkan layanannya di Hong Kong. Hal ini menandai dorongan terbaru bagi perusahaan yang berkantor pusat di Inggris ini untuk memasuki kawasan Asia-Pasifik.
Didirikan pada 2020, Zodia Custody membantu lembaga keuangan menyimpan kripto mereka dengan aman. CEO Zodia, Julian Sawyer mengatakan Hong Kong adalah pasar di mana permintaan kripto didorong oleh institusi, bukan pelanggan ritel, dan menambahkan ini adalah klien ideal untuk Zodia.
“Pemerintah Hong Kong dan regulator melihat aset digital sebagai masa depan dan juga ingin Hong Kong menjadi pusatnya,” kata Sawyer, dikutip dari CNBC, Senin (30/10/2023).
Zodia telah berkembang secara agresif di Asia. Memang, perusahaan membuka layanannya di Jepang, Singapura, dan Australia dalam beberapa bulan terakhir.
Perusahaan ini sebagian dimiliki oleh Standard Chartered, serta Northern Trust dan SBI Holdings Jepang. Hong Kong adalah perhentian terakhir tur Zodia keliling kawasan Asia-Pasifik, kata Sawyer.
“Apa yang kami lihat adalah pasti ada klien di keempat pasar tersebut yang ingin melakukan sesuatu. Kami juga melihat banyak klien dan prospek lain di luar keempat yurisdiksi tersebut yang ingin masuk dari sisi institusional,” jelas Sawyer.
Hong Kong semakin melakukan pemanasan terhadap aset kripto meskipun ada dorongan anti-kripto yang lebih luas dari Tiongkok, yang melarang perdagangan dan penambangan bitcoin pada 2021.
Advertisement
Rezim Peraturan
Komisi Sekuritas dan Berjangka Hong Kong (SFC) meluncurkan rezim peraturan untuk aset digital awal tahun ini, memberikan perusahaan kemampuan untuk mengajukan pendaftaran dan menawarkan layanan mereka dengan cara yang diatur.
Sejauh ini, hanya dua perusahaan, OSL Digital dan Hash Blockchain, yang telah diberikan lisensi oleh SFC. Zodia juga sedang berdiskusi dengan SFC dan Otoritas Moneter Hong Kong tentang regulasi di distrik keuangan.
Zodia memulai ekspansinya di Hong Kong secara bertahap. Pada awalnya, mereka akan berusaha menyediakan layanan untuk klien Hong Kong dalam kumpulan aset kripto terbatas.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Coinbase Kolaborasi dengan Standard Chartered, Sediakan Layanan Baru Crypto bagi pelanggan di Singapura
Sebelumnya diberitakan, pertukaran crypto yang terdaftar di AS, Coinbase Global menjalin kolaborasi dengan Standard Chartered untuk menyediakan layanan baru bagi pelanggan di Singapura.
Pengguna di Singapura dapat dengan mudah memindahkan atau transfer dana mereka dari dan ke akun Coinbase menggunakan bank lokal setempat.
Direktur Coinbase Singapura, Hassan Ahmed menjelaskan kemitraan dengan perbankan ini patut dicermati, mengingat beberapa perusahaan crypto, manajer aset, dan dana lindung nilai sedang berjuang mengembalikan kepercayaan pasar usai gejolak di sektor keuangan AS dalam seminggu terakhir.
Diskusi dengan Standard Chartered sendiri berlangsung sebelum runtuhnya tiga bank AS dalam seminggu terakhir“Untuk integrasi perbankan khususnya, menurut saya latar belakangnya agak menarik,” kata Ahmed, melansir laman Straits Times, Kamis (16/3/2023).
Sebagai gambaran, krisis Silvergate Capital dan Signature Bank dinilai sangat parah bagi industri aset digital. Sebab, keduanya mengoperasikan jaringan pembayaran yang secara real-time dalam 7 hari dan 1 minggu bagi industri kripto. Layanan tersebut selama ini memfasilitasi aliran uang ke kripto dan dari kripto.
Kemitraan Coinbase dengan Standard Chartered akan memungkinkan pengguna untuk melakukan dan menerima pembayaran real-time dan juga memungkinkan pertukaran secara otomatis merekonsiliasi akun pengguna.
Coinbase telah menerima persetujuan prinsip atau In-Principle Approval (IPA) dari Otoritas Moneter Singapura (MAS) berdasarkan Undang-Undang (UU) Layanan Pembayaran (Payment Services Act/PSA) untuk menyediakan layanan token pembayaran digital (Digital Payment Token/DPT) di Singapura.
Advertisement