Analis Ini Yakin Banget Bitcoin Bisa Tembus USD 150.000 di 2025

Analis Bernstein memperkirakan pada bulan November 2023 bahwa harga Bitcoin bisa naik menjadi USD 150.000 pada 2025.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 16 Mar 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2024, 09:00 WIB
Ilustrasi perdagangan Kripto. (Foto By AI)
Dalam catatan yang diterbitkan awal pekan ini, 2 analis lebih yakin tentang terobosan harga Bitcoin pasca peristiwa halving pada bulan April mendatang. Ilustrasi perdagangan Kripto. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Analis Bernstein Gautam Chhugani dan Mahika Sapra berbagi pandangan mengenai harga Bitcoin (BTC). Keduanya yakin bahwa harga Bitcoin akan bisa menembus level USD 150.000.

Mengutip News.bitcoin, Sabtu (16/3/2024), Gautam Chhugani dan Mahika Sapra mengungkapkan dalam catatan yang diterbitkan awal pekan ini, bahwa mereka sekarang lebih yakin tentang terobosan harga Bitcoin pasca peristiwa halving pada bulan April mendatang.

“Ini masih merupakan tahap awal integrasi Bitcoin ke dalam portofolio aset tradisional,” tulis mereka.

“Kami sekarang lebih yakin dengan harga Bitcoin yang akan (mencapai) USD 150.000,” katanya.

Analis Bernstein memperkirakan pada bulan November 2023 lalu bahwa harga Bitcoin bisa naik menjadi USD 150.000 pada 2025.

Keyakinan mereka terhadap Bitcoin untuk mencapai target harga tersebut diperkuat oleh meningkatnya arus masuk ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot.

“Pada tingkat ini, ETF Bitcoin akan melampaui perkiraan arus masuk tahun 2025 kami dalam 166 hari perdagangan untuk sisa tahun 2024,” kedua analis merinci.

“Kami membangun aliran institusional Bitcoin dalam perkiraan kami untuk mencapai harga Bitcoin. Kami memperkirakan arus masuk sebesar USD 10 miliar pada tahun 2024 dan USD 60 miliar lainnya pada tahun 2025,” ungkapnya.

Para analis juga menyoroti penurunan saham penambang Bitcoin baru-baru ini sebagai peluang terakhir bagi investor sebelum peristiwa halving.

Chhugani dan Sapra berharap, saham perusahaan pertambangan dapat pulih dengan cepat sejalan dengan lonjakan harga Bitcoin.

“Kami percaya bahwa sebagian besar penambang Bitcoin masih merupakan saham yang diperdagangkan secara ritel dan sebagian besar institusi telah menjauhi proxy Bitcoin, karena investor tradisional masih skeptis dan masih mendekati kripto dengan bias pandangan belakang,” mereka mencatat.

Kami memperkirakan minat institusional terhadap ekuitas bitcoin pada akhirnya akan berkurang, dan penambang bitcoin akan menjadi penerima manfaat terbesar. Perdagangan penambang Bitcoin membutuhkan lebih banyak kesabaran,” tambahnya.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Siklus Halving Bitcoin 2024 Berbeda dari Tahun Sebelumnya, Kenapa?

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Bitcoin akan mengalami peristiwa Halving yang diprediksi bakal terjadi pada April mendatang. Bitcoin Halving adalah kondisi ketika imbalan bagi penambang Bitcoin (block reward) berkurang setengah setelah selesai menambang 210.000 blok, yang biasanya terjadi empat tahun sekali.

Chief Compliance Officer Reku, Robby menuturkan ada perbedaan dalam peristiwa halving tahun ini dibanding halving sebelumnya, yaitu Bitcoin yang mencapai harga tertinggi baru sebelum Halving terjadi. Biasanya harga tertinggi dicapai sekitar satu tahun setelah Halving.

Robby mengungkapkan ada beberapa faktor yang mendorong harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru sebelum peristiwa Halving salah satunya persetujuan ETF Bitcoin Spot di AS oleh SEC pada Januari lalu. 

“ETF itu membuka peluang besar bagi orang yang awalnya bingung menyimpan aset kripto, tetapi dengan ETF Bitcoin Spot membuat orang mudah menyimpan dan berinvestasi kripto,” kata Robby dalam acara Reku Finance Flash, Kamis (14/3/2024). 

Tak hanya itu, menurut Robby banyaknya institusi besar yang mulai masuk ke aset kripto turut mendorong kenaikan harga Bitcoin menembus rekor tertinggi baru. 

“Harapannya di Indonesia juga mulai diperbolehkan. Jadi, tidak hanya investor individu yang bertransaksi kripto, tetapi juga institusi,” jelas Robby. 

 


Pasokan Makin Terbatas

Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Andre Francois M.)
Ilustrasi kripto (Foto: Unsplash/Andre Francois M.)

Senada dengan Robby, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti Tirta Karma Senjaya juga menuturkan adanya pihak individu maupun institusi yang membeli Bitcoin dalam jumlah banyak membuat suplai Bitcoin semakin terbatas. 

“Kalau sebelum Halving saja sudah naik terus, bagaimana kalau setelah Halving,” ujar Tirta. 

Terkait persetujuan ETF Bitcoin Spot di AS, Tirta mengungkapkan produk ETF Bitcoin Spot bisa saja diluncurkan di Indonesia, tetapi saat ini Bappebti masih fokus untuk memberikan fitur tambahan bagi investor kripto seperti staking dan futures atau perdagangan berjangka. 

“Saat ini di Indonesia pasarnya masih spot, sedangkan secara global pasar futures nilainya jauh lebih besar. Kita targetkan futures tahun ini,” pungkasnya. 

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya