Intip Kinerja Kripto Chainlink 3 Juni 2024, Menguat atau Melemah?

LINK, sebagai cryptocurrency asli jaringan oracle terdesentralisasi Chainlink, digunakan untuk membayar operator node komputer.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 03 Jun 2024, 15:20 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2024, 15:20 WIB
Ilustrasi crypto, kripto atau perdagangan kripto. Foto: Freepik
Ilustrasi crypto, kripto atau perdagangan kripto. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Chainlink (LINK) adalah jaringan oracle terdesentralisasi yang bertujuan untuk menghubungkan smart contract dengan data dari dunia nyata. LINK Coin dikembangkan oleh Sergey Nazarov, dengan Steve Ellis sebagai salah satu pendiri lainnya. 

Dilansir dari Coinmarketcap, token kripto Chainlink yaitu LINK atau Chainlink Coin melakukan Initial Coin Offering (ICO) pada September 2017, mengumpulkan USD 32 juta atau sekitar Rp 496,5 miliar (asumsi kurs Rp 15.516 per dolar AS), dengan total suplai 1 miliar token LINK.

LINK, sebagai cryptocurrency asli jaringan oracle terdesentralisasi Chainlink, digunakan untuk membayar operator node komputer. 

Karena jaringan Chainlink memiliki sistem reputasi, penyedia node yang memiliki LINK dalam jumlah besar dapat diberi hadiah dengan kontrak yang lebih besar, sementara kegagalan untuk menyampaikan informasi yang akurat berakibat pada pengurangan token.

Pada perdagangan Senin (3/6/2024), LINK Coin mencatatkan performa cukup buruk. Berdasarkan data Coinmarketcap, harga LINK adalah Rp 294.670 dengan volume perdagangan 24 jam sebesar Rp 4,6 triliun.

LINK Coin melemah 1,67 persen dalam 24 jam terakhir. Sedangkan untuk peringkat Coinmarketcap saat ini adalah 13, naik dari peringkat sebelumnya di 16. Kapitalisasi pasar LINK Coin Rp 172,9 triliun. Hingga saat ini telah terjadi peredaran suplai sebanyak 491,5 juta LINK dari maksimal suplai 1 miliar LINK.

Apa Itu Oracles?

Chainlink adalah platform yang bertujuan untuk menjembatani celah antara smart contract berbasis teknologi blockchain (yang dibuat meluas oleh Ethereum), dan aplikasi dunia nyata. Karena blockchain tidak dapat mengakses data di luar jaringan mereka, oracle (instrumen defi) diperlukan untuk berfungsi sebagai penyuplai data dalam smart contract.

Dalam kasus Chainlink, oracle terhubung ke jaringan Ethereum. Oracle menyediakan data eksternal (misalnya suhu, cuaca) yang memicu pelaksanaan smart contract setelah memenuhi kondisi yang telah ditentukan. 

Peserta pada jaringan Chainlink diberi insentif (melalui hadiah) untuk menyediakan akses kepada smart contract atas daftar data eksternal. Jika pengguna menginginkan akses ke data off-chain, mereka dapat mengirimkan kontrak permintaan ke jaringan Chainlink. 

Kontrak ini akan mencocokkan kontrak yang meminta dengan oracles yang sesuai. Kontrak tersebut mencakup kontrak reputasi, kontrak pencocokan pesanan, dan kontrak agregat. Kontrak agregat mengumpulkan data dari oracle yang dipilih untuk menemukan hasil yang paling akurat.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

Diretas, Perusahaan Kripto di Jepang Rugi Parah

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Sebelumnya, Pertukaran kripto Jepang DMM Bitcoin mengonfirmasi pada Jumat, 31 Mei 2024 mereka telah menjadi korban peretasan yang mengakibatkan pencurian 4.502 bitcoin, atau sekitar USD 305 juta, setara Rp 4.9 triliun (asumsi kurs Rp 16.255 per dolar AS).

Dilansir dari Yahoo Finance, Senin (3/6/2024), menurut perusahaan keamanan kripto Elliptic, ini adalah pencurian kripto terbesar kedelapan dalam sejarah. 

DMM Bitcoin mengatakan pihaknya mendeteksi kebocoran Bitcoin (BTC) yang tidak sah dari dompet perusahaan pada Jumat dan masih menyelidiki dan mengambil tindakan untuk menghentikan pencurian lebih lanjut. 

Perusahaan kripto tersebut mengatakan mereka juga menerapkan pembatasan penggunaan beberapa layanan untuk memastikan keamanan tambahan.

Perusahaan juga berjanji semua simpanan Bitcoin pelanggan akan dijamin sepenuhnya karena akan mendapatkan jumlah BTC yang setara dengan yang bocor dengan dukungan dari grup perusahaan.

Data yang disediakan oleh perusahaan keamanan Blocksec menunjukkan peretas membagi bitcoin yang dicuri ke dalam 10 dompet dalam kumpulan 500 BTC.

 

Pencurian dan Penipuan Kripto

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Menurut De.Fi, perusahaan keamanan web3 yang melacak pencurian dan penipuan kripto, peretas mencuri sekitar USD 2 miliar atau setara Rp 32,5 triliun kripto melalui lusinan serangan siber dan pencurian tahun lalu. 

Meskipun jumlah kripto tersebut masih sangat besar, jumlah totalnya merupakan yang terendah sejak 2020. Lebih dari USD 473 juta telah hilang akibat peretasan mata uang kripto pada 2024. 

Sebelum pencurian DMM Bitcoin, ada pencurian lain yang merupakan pencurian terbesar kedua di Jepang yaitu peretasan Coincheck senilai 58 miliar yen pada 2018.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya