Liputan6.com, Jakarta Toncoin (TON) adalah mata uang kripto asli dari blockchain lapisan-1 yang terdesentralisasi, The Open Network (TON). Blockchain TON bersumber terbuka dan didukung oleh banyak kontributor jaringan, termasuk organisasi nirlaba yang berbasis di Swiss, TON Foundation.
Dilansir dari Coinmarketcap, Selasa (11/6/2024), sejak tahun 2017, tim Telegram telah mengembangkan basis kode untuk jaringan blockchain, yang kemudian diberi nama Telegram Open Network (TON), dengan mata uang kripto asli bernama Gram.Â
Baca Juga
Pada Mei 2020, pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov mengumumkan berakhirnya keterlibatan Telegram dengan TON Blockchain menyusul perintah pengadilan oleh SEC. Token Gram tidak pernah dikeluarkan.
Advertisement
Sejak 2020, teknologi ini telah dikembangkan oleh komunitas pengembang independen dan penggemar blockchain. Yayasan nirlaba TON adalah pendukung yang paling menonjol.Â
Blockchain diubah namanya dari "Telegram Open Network" menjadi "The Open Network," dengan Toncoin sekarang menjadi mata uang kripto asli dari jaringan TON.Â
Whitepaper berisi bagian dari basis kode asli yang ditulis oleh Dr. Nikolai Durov, salah satu pendiri Telegram dan saudara laki-laki Pavel Durov. Toncoin menggunakan model konsensus proof-of-stake (PoS) untuk skalabilitas dan keandalan jaringan.
Visi TON Foundation adalah memberdayakan 500 juta pengguna untuk memiliki identitas digital, data, dan aset mereka pada 2028 dengan memberdayakan pengembang untuk membangun ekosistem Web3 di Telegram Messenger.
Â
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Â
Apa yang Membuat Toncoin Unik?
TON memiliki struktur multi-level yang dibangun berdasarkan prinsip sharding atau segmentasi (TON dapat dianggap sebagai "blockchain dari blockchain"). Fitur sharding TON melibatkan penggunaan beberapa subnet (shard) pada blockchain yang sama, di mana setiap shard memiliki tujuan tertentu.Â
Hal ini memungkinkan jaringan untuk menghindari akumulasi blok yang belum diverifikasi dan secara signifikan mempercepat tugas.Â
Teknologi sharding ini memungkinkan TON untuk melakukan penskalaan secara efektif dan efisien, yang berarti bahwa TON secara teoritis dapat melakukan transaksi simultan dan sangat cepat dalam jumlah yang hampir tak terbatas.
Kapasitas TON untuk meningkatkan skala sambil memastikan transaksi tetap murah dan cepat hanyalah salah satu alasan Telegram mendukung TON sebagai infrastruktur Web3 resmi mereka. Telegram dan TON Foundation akan mengintegrasikan dan mempromosikan ekosistem Web3 berbasis TON di Telegram.Â
Misi para mitra adalah untuk memasukkan 30% dari seluruh pengguna Telegram ke TON pada tahun 2028. Komitmen Telegram terhadap blockchain TON memberi pengembang dan pedagang di seluruh dunia akses tak tertandingi ke audiens global pengguna akrab Web3 yang berkembang pesat.
Â
Advertisement
Transaksi Kripto Tembus Rp 211,1 Triliun sepanjang 2024
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat transaksi aset kripto di Indonesia mengalami peningkatan secara tahunan. Sepanjang 2024, transaksi kripto mencapai Rp 211,1 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto (IAKD) OJK Hasan Fawzi mengatakan pada periode Januari-April 2024 jual-beli aset kripto menunjukkan tren positif. Bahkan, ada kenaikan lebih dari 300 persen dari tahun 2023 lalu.
"Secara akumulatif nilai transaksi aset kripto sepanjang tahun 2024 telah mencapai nilai Rp 211,10 triliun, atau mencatat peningkatan hingga 328,63 persen dibandingkan tahun 2023 lalu," ujar Hasan dalam Konferensi Pers OJK, Senin (10/6/2024).
Dia mengatakan, perkembangan aktivitas aset kripto di Indonesia memiliki dinamikanya sendiri. Hal ini termasuk dilihat dari jumlah investor kripto maupun transaksi kripto di Indonesia.
Hingga April 2024, jumlah total investor aset kripto meningkat 410 ribu investor menjadi 20,16 juta investor. Sebelumnya, pada Maret 2024 tercatat sebanyak 19,75 juta investor.
"Menempatkan Indonesia di peringkat ketujuh sebagai negara dengan jumlah investor aset kripto terbesar di dunia," katanya.
Kendati begitu, pada periode yang sama transaksi secara bulanan mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari besaran transaksi di Maret 2024 sebesar Rp 103,58 triliun. Namun, harus turun ke Rp 52,3 triliun pada April 2024.
Â
Investor Kripto Asia Tenggara Diprediksi Meningkat
Sebelumnya, Platform online Jerman Statista memprediksi, penetrasi investor aset kripto di Asia Tenggara sampai akhir 2024 diperkirakan meningkat hingga 12,78 persen. Sementara di 2028 diharapkan dapat naik hingga 14,81 persen.
Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Olvy Andrianita mengatakan, perdagangan aset kripto di Indonesia sendiri terus tumbuh positif di tengah membaiknya kondisi pasar nasional.
"Sampai dengan April 2024 investor Aset Kripto dalam negeri mencapai 20 juta pelanggan dengan transaksi mencapai hingga Rp 211,1 triliun," ujar Olvy dalam keterangan tertulis, Minggu (9/6/2024).
Menurut dia, perkembangan tersebut tidak lepas dari terselenggaranya rangkaian Bulan Literasi Kripto (BLK) yang digelar Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia-Asosiasi Blockchain Indonesia (Aspakrindo-ABI) sepanjang Mei 2024.
Â
Advertisement