Liputan6.com, Jakarta - Harga Bitcoin dan kripto teratas lainnya terpantau alami pergerakan yang beragam pada Minggu (29/9/2024). Mayoritas kripto jajaran teratas terpantau kembali berada di zona merah.
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) masih menguat. Bitcoin naik tipis 0,21 persen dalam 24 jam dan 3,29 persen sepekan.
Baca Juga
Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD 65.921 per koin atau setara Rp 997 juta (asumsi kurs Rp 15.124 per dolar AS).
Advertisement
Ethereum (ETH) kembali melemah. ETH turun 0,62 persen sehari terakhir, tetapi masih menguat 2,43 persen sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level Rp 40,5 juta per koin.
Kripto selanjutnya, Binance coin (BNB) kembali melemah. Dalam 24 jam terakhir BNB turun 1,07 persen, tetapi masih menguat 2,03 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga Rp 9,09 juta per koin.
Kemudian Cardano (ADA) kembali berada di zona merah. ADA melemah 0,28 persen dalam 24 jam terakhir, tetapi masih menguat 11,85 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level Rp 6.066 per koin.
Adapun Solana (SOL) juga melemah. SOL merosot 0,53 persen dalam sehari, tetapi masih menguat 4,95 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level Rp 2,37 juta per koin.
XRP terpantau masih berada di zona hijau. XRP tumbuh 4,39 persen dalam 24 jam dan 2,78 persen sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga Rp 9.298 per koin.
Koin Meme Dogecoin (DOGE) kembali menghijau. Dalam satu hari terakhir DOGE terbang 3,94 persen dan 16,85 persen sepekan. Ini membuat DOGE diperdagangkan di level Rp 1.945per token.
Harga kripto hari ini stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), sama-sama menguat, masing-masing menguat 0,01 persen. Harga keduanya masih bertahan di level USD 1,00.
Adapun untuk keseluruhan kapitalisasi pasar kripto hari ini berada di level USD 2,31 triliun atau setara Rp 34.505 triliun, melemah sekitar 0,40 persen dalam sehari terakhir
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
China Gelontorkan Paket Stimulus Jumbo, Bagaimana Imbasnya ke Pasar Kripto?
Sebelumnya, Bank Rakyat Tiongkok atau Bank Sentral China baru saja mengumumkan paket stimulus besar-besaran jadi perhatian pasar global.
Menurut South China Morning Post, "policy bazooka" tersebut menyusul pemangkasan suku bunga oleh the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS). Langkah-langkah yang diambil oleh bank sentral Tiongkok juga mencakup pemangkasan signifikan pada persyaratan cadangan bank, serta pemotongan suku bunga hipotek yang berlaku sebesar 50 basis poin.
Motifnya adalah untuk menyuntikkan lebih banyak likuiditas ke dalam perekonomian dan memperkuat sektor-sektor yang kinerjanya lemah, terutama di sektor perumahan dan belanja konsumen. Tak lama setelah laporan itu keluar, penggemar mata uang kripto mulai berspekulasi tentang kemungkinan implikasi pelonggaran moneter di Tiongkok terhadap aset digital.
Su Zhu, pendiri Three Arrows Capital yang kini sudah tutup, menyatakan bahwa "siklus stimulus Tiongkok sedang berlangsung," menyiratkan harga kripto dapat diuntungkan dari langkah tersebut. Melansir Yahoo Finance, Sabtu (28/9/2024), Ekonom Lyn Alden berpendapat harga Bitcoin secara historis terkait erat dengan likuiditas global, yang mengindikasikan stimulus China dapat mendukung penilaian mata uang kripto pada masa mendatang.
Advertisement
Upaya Pemerintah China
Di luar masalah mata uang kripto, pemerintah Cina telah berupaya untuk menopang ekonominya dengan berbagai cara lain, termasuk suntikan dana sebesar 800 miliar yuan untuk menopang saham-saham Cina dan rencana untuk membuat dana stabilisasi pasar saham.
Langkah-langkah ini telah berhasil mendorong nilai indeks CSI 300 naik 7% dalam seminggu terakhir. Waktu pelaksanaan paket stimulus Tiongkok ini, yang datang sangat dekat dengan pemangkasan suku bunga pertama Federal Reserve dalam empat tahun, telah menciptakan lingkungan ekonomi global yang luar biasa.
Secara klasik, kondisi peningkatan likuiditas dan penurunan suku bunga ini biasanya menandakan masa yang baik untuk aset berisiko seperti saham dan mata uang kripto.
Tangkal Pencucian Uang, China Perketat Pengawasan Perdagangan Kripto
Sebelumnya, China memantau dengan cermat penggunaan aset virtual seperti kripto dan lainnya dalam aktivitas pencucian uang. Hal ini diungkap oleh pengadilan tertinggi negara tersebut. Menurut para ahli hukum, langkah yang dilakukan pemerintah China ini dapat meningkatkan risiko penuntutan atas perdagangan mata uang kripto.
Dalam interpretasi hukum yang diterbitkan pada Senin lalu oleh Mahkamah Rakyat Agung yang merupakan pengadilan tertinggi China, menggunakan aset virtual untuk mentransfer atau mengonversi hasil kejahatan termasuk dalam serangkaian metode pencucian uang yang melanggar hukum pidana.
“Interpretasi hukum pengadilan tinggi tersebut meningkatkan risiko hukum yang dihadapi oleh investor mata uang kripto China daratan saat melakukan perdagangan, tulis Shao Shiwei, seorang pengacara di Firma Hukum Mankun yang berbasis di Shanghai,” dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (23/8/2024).
Shiwei menambahkan, akibat hal ini mulai sekarang, akan lebih sulit bagi pedagang USDT untuk beroperasi dan bagi orang biasa untuk sesekali memperdagangkan mata uang kripto karena potensi risiko hukum yang tinggi.
Menurut Shao, jika investor biasa menerima hasil dari kegiatan kriminal selama pembelian atau penjualan aset virtual, mereka dapat ditahan sebagai tersangka dalam kasus pencucian uang.
"Investor kripto di daratan China harus lebih berhati-hati untuk menghindari keterlibatan secara tidak sengaja dalam pencucian uang dan kegiatan ilegal lainnya," ia menambahkan.
Advertisement