Liputan6.com, Jakarta Samsung Pay, layanan pembayaran seluler dan dompet digital yang dikembangkan oleh Samsung Electronics telah terintegrasi dengan Alchemy Pay. Dengan kolaborasi ini Samsung Pay memungkinkan pengguna untuk melakukan pembayaran kripto baik secara daring maupun di dalam toko.
Dilansir dari Coinmarketcap, Sabtu (12/10/2024), sesuai pengumuman di platform X, kemitraan ini memungkinkan pengguna Alchemy Pay untuk menautkan kartu virtual mereka ke Samsung Pay, yang membuka jalan bagi pemanfaatan aset digital yang lebih mudah di dunia nyata.
Samsung saat ini berfokus pada pengintegrasian teknologi blockchain ke dalam ekosistemnya, yang menawarkan solusi penyimpanan yang aman untuk aset digital.
Advertisement
Selain itu, kolaborasi ini memungkinkan pengguna memanfaatkan kemudahan dan aksesibilitas jaringan pedagang Samsung Pay yang luas, yang memproses miliaran dolar dalam volume transaksi setiap tahunnya.
Langkah Samsung Pay ini menandai upaya kedua platform tersebut dalam ruang mata uang kripto. Sebelumnya pada Mei 2020, platform tersebut pertama kali merangkul aset digital dengan mengintegrasikannya dengan Swipe, yang memungkinkan kartu Debit Visa-nya digunakan dengan dompet Samsung Pay.
Kini, kemitraan dengan Alchemy Pay semakin memperkuat komitmen Samsung untuk mengeksplorasi mata uang kripto sebagai opsi pembayaran yang layak. Di sisi lain, Alchemy masih melebarkan sayapnya ke ekosistem pembayaran yang lebih konvensional.
Bahkan awal tahun ini, perusahaan tersebut mengintegrasikan Google Pay ke dalam layanan kartu virtualnya, dan sejak Januari 2023, perusahaan tersebut telah mendukung Apple Pay untuk pembelian fiat-ke-kripto.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Taiwan Bakal Luncurkan Kustodian Kripto pada 2025
Komisi Pengawas Keuangan Taiwan (FSC) berencana memulai uji coba layanan kustodian kripto pada kuartal pertama 2025, menurut laporan dari kantor berita lokal Central News Agency.
Dilansir dari Coinmarketcap, Jumat (11/10/2024), inisiatif ini bertujuan untuk memfasilitasi adopsi kripto oleh lembaga, dengan tiga bank swasta yang telah menyatakan minatnya untuk berpartisipasi dalam uji coba tersebut.
FSC telah menetapkan lembaga yang mengajukan uji coba harus mengidentifikasi jenis aset yang ingin mereka simpan, termasuk Bitcoin, Ether, dan Dogecoin. Selain itu, pelamar perlu mengklarifikasi demografi pengguna target mereka, membedakan antara investor profesional dan umum, serta platform aset kripto.
Direktur divisi perencanaan komprehensif FSC, Hu Zehua mengindikasikan informasi terperinci mengenai uji coba tersebut akan dirilis ke publik setidaknya 15 hari sebelum proses aplikasi.FSC juga akan mengumpulkan masukan publik untuk menyempurnakan kerangka uji coba.
Sejalan dengan rencana ini, FSC telah memperbarui peraturan Anti Pencucian Uang Taiwan, yang mewajibkan semua perusahaan kripto untuk mendaftar ke pemerintah paling lambat September 2025. Ketidakpatuhan dapat mengakibatkan hukuman berat, termasuk denda hingga USD 156.000 atau penjara hingga dua tahun.
Pendekatan Taiwan yang ramah terhadap kripto sangat kontras dengan negara tetangganya, Tiongkok daratan, yang mengumumkan tindakan keras besar-besaran terhadap transaksi kripto pada 2021.
Menurut pakar hukum dari Regulated United Europe, Taiwan tidak mengakui kripto sebagai alat pembayaran yang sah, tetapi pemerintah mengizinkan dan mengatur investasi di sektor aset digital.
World Blockchain Summit juga telah mengidentifikasi Taiwan sebagai pasar kripto utama berikutnya, meskipun sejauh ini belum ada undang-undang khusus terkait kripto.
Advertisement