Melihat Prospek Harga Bitcoin di Tengah Perang Dagang hingga Sinyal The Fed

Analis prediksi bitcoin (BTC) kemungkinan akan menguji support berikutnya di USD 76.741.

oleh Natasha Khairunisa Amani Diperbarui 01 Mar 2025, 17:01 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2025, 17:01 WIB
Melihat Prospek Harga Bitcoin di Tengah Perang Dagang hingga Sinyal The Fed
Analyst Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengingatkan sikap The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih dovish dapat memicu permintaan untuk aset berisiko. (Foto By AI)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Analyst Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengingatkan sikap The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih dovish dapat memicu permintaan untuk aset berisiko, termasuk Bitcoin (BTC).

Fyqieh mencatat, laporan data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS yang akan datang dapat mengubah narasi pada Jumat malam, 28 Februari 2025. Inflasi AS yang lebih rendah dan pendapatan serta pengeluaran pribadi yang lebih rendah dapat meningkatkan taruhan pada beberapa pemotongan suku bunga Yhe Fed pada tahun 2025.

Saat ini, aset kripto terpopuler di dunia itu diperdagangkan di sekitar USD 79.539 setelah kehilangan level support penting di USD 80.313.

"Jika tekanan jual berlanjut, BTC kemungkinan akan menguji support berikutnya di USD 76.741. Jika level ini gagal bertahan, harga bisa merosot lebih jauh ke USD 71.529, memperpanjang tren bearish yang sedang berlangsung," ungkap Fyqieh dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Sabtu (1/3/2025).

Untuk membatalkan skenario bearish ini, menurut Fyqieh Bitcoin perlu kembali melampaui kisaran USD 80.313 dan mencoba menembus kembali ke level USD 85.000.

"Jika ini terjadi, ada kemungkinan bahwa pasar akan memulai pemulihan yang lebih stabil menjelang pertengahan tahun 2025," ujar dia.

Sementara itu, meskipun kondisi pasar saat ini menunjukkan tren penurunan yang tajam, para analis masih melihat peluang bagi pasar kripto untuk bangkit lebih kuat di masa mendatang.

"Namun, ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan oleh para investor," imbuh Fyqieh.

Disebutkannya, dalam skenario Bearish, kekhawatiran perang dagang, data ekonomi AS yang lebih kuat, sikap agresif The Fed, serta resistensi terhadap Cadangan Bitcoin Strategis AS (SBR) dapat menyebabkan BTC akan terus melemah di bawah USD 80.000.

Sedangkan dengan skenario bullish atau optimis, analisis Fyqieh menunjukkan bahwa meredanya ketegangan perdagangan, inflasi AS yang lebih rendah, sinyal The Fed yang dovish, dan kemajuan SBR dapat mendorong harga Bitcoin menuju level resistensi kuat USD 90.000.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Analis Standard Chartered Ramal Bitcoin Tembus Rp 3,3 Miliar pada 2025

Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)... Selengkapnya

Sementara itu, analis kripto dari Standard Chartered memperkirakan harga Bitcoin (BTC) berpeluang mencapai USD 500.000 atau Rp8,2 miliar selama masa jabatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Optimisme ini juga terlepas aksi jual yang menenggelamkan mata uang digital terbesar di dunia itu ke level terendah dalam tiga bulan.

Mengutip CNBC International, kepala penelitian aset digital di Standard Chartered, Geoffrey Kendrick mengatakan bahwa ia yakin Bitcoin akan mencapai angka USD 200.000 atau Rp3,3 miliar tahun ini sebelum naik lebih jauh di tahun-tahun mendatang.

"Dalam ekosistem kripto, yang kita butuhkan adalah pelaku keuangan tradisional, seperti Standard Chartered, seperti BlackRock dan yang lainnya yang sekarang memiliki ETF untuk benar-benar masuk," ujar Kendrick dalam sebuah wawancara dengan CNBC.

"Seiring industri menjadi lebih terlembaga, industri ini akan menjadi lebih aman," ucapnya, seraya menambahkan bahwa hal ini akan menghasilkan lebih sedikit berita utama yang negatif, seperti peretasan senilai USD 1,5 miliar baru-baru ini pada bursa mata uang kripto Bybit.

Kendrick mengatakan katalis yang diperlukan bagi lembaga keuangan besar untuk mendapatkan kepercayaan diri untuk berinvestasi dalam bitcoin dan aset kripto lainnya adalah stabilisasi harga, serta kejelasan regulasi.

Awal pekan ini, harga Bitcoin sempat merosot ke level terendah tiga bulan di bawah USD 90.000 di tengah penurunan pasar ekuitas global. Pada hari Kamis, token tersebut diperdagangkan pada harga USD 86.418.

Angka tersebut menandai penurunan Bitcoin sekitar 20% dari level tertinggi sepanjang masa di USD 108.786, yang merupakan puncak koin tersebut pada bulan Januari 2025, menurut data CoinGecko.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Aset Berisiko Tidak Tahan dengan Ketidakpastian

Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)
Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)... Selengkapnya

Kendrick dari Standard Chartered melihat bahwa mata uang kripto telah turun harga secara lebih luas karena ketidakpastian seputar tarif impor AS dan resolusi perang besar seperti Rusia-Ukraina dan Israel-Gaza.

"Aset berisiko tidak menyukai ketidakpastian, dan itulah yang telah kita lihat. Kami telah melihat saham teknologi di AS turun," ungkap Kendrick.

Namun, Kendrick masih optimis bahwa prospek kripto akan membaik di akhir tahun karena para pedagang menunggu perkembangan regulasi, seperti aturan baru seputar stablecoin dan anti pencucian uang.

"Seharusnya semakin melegitimasi, jadi Anda akan melihat lebih banyak bank AS yang terlibat. Anda akan melihat lembaga-lembaga yang lebih besar di AS terus maju," jelasnya.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya