Tips Penting untuk Orang Tua Muda yang Miliki Anak Autis

Banyak orang tua khususnya orang tua muda tidak terima jika anaknya disebut memiliki disabilitas. Hal ini sering terjadi khususnya pada anak autis karena secara fisik mereka sama sekali tak terlihat berbeda dari anak lain.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Nov 2020, 09:44 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2020, 10:10 WIB
Tepat Pilih Mainan Anak dengan Tips Ini
Orangtua memiliki peran untuk mengajarkan nilai persahabatan pada anak. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Banyak orang tua khususnya orang tua muda tidak terima jika anaknya disebut memiliki disabilitas. Hal ini sering terjadi khususnya pada anak autis karena secara fisik mereka sama sekali tak terlihat berbeda dari anak lain.

Ini diungkap oleh Naomi Novita, Terapis anak autis dan down syndrome. “Apalagi ayahnya, biasanya ayah menganggap itu hal biasa dan terjadi pada semua anak,” kata Naomi di Tangerang Selatan, (4/3/2020).

Menurut terapis usia 41 ini, yang paling utama dalam menangani anak autis adalah penerimaan dari orang tuanya. Mereka harus membuka diri dan menerima kenyataan.

“Jangan merasa jadi orang tua yang gagal, karena Tuhan menempatkan dia dalam keluarga pasti ada artinya.”

Orang tua bisa mulai melihat tanda-tanda autis di usia 1 sampai 3 tahun. Jika di usia tersebut anak belum bisa berbicara, maka pergi ke psikolog dan dokter anak bisa menjadi pilihan.

“Kalau butuh terapi, ya lakukan jangan ditahan. Jangan ada alasan tidak punya uang karena BPJS menanggung biaya untuk terapi anak dengan kebutuhan khusus.”

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Terapi di Rumah

buah naga
ilustrasi/copyright pixabay.com/DEZALB

Terapi lebih baik dilakukan sedini mungkin, kata Naomi. Menggunakan metode Montessori dan sensory play dalam kegiatan sehari-hari dapat membantu.

Metode Montessori adalah metode pendidikan anak yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Sedang, sensory play berguna untuk merangsang sensor anak.

“Misal anak usia 6 bulan sudah bisa duduk, kasih agar-agar yang dihancurkan kemudian masukin mainan anak. Suruh dia ambil mainan itu, ajak anak bermain, apa mereka merasa geli atau jijik, karena itu gejalanya.”

Anak autis atau down syndrome biasanya mudah terkena ruam kemerahan pada kulit. Penyebabnya sabun yang tidak cocok atau salah handuk. Untuk menghindari ini saat main, orang tua dapat mengganti alat main dengan sesuatu yang aman.

Misal, anak diajarkan melukis langsung menggunakan tangan. Namun, jika anak alergi pada cat, maka pewarna dapat diganti dengan pewarna alami seperti buah naga dan alpukat.

Melukis dapat disebut sebagai penerapan metode Montessori. Anak diarahkan untuk mewarnai lingkaran besar, kemudian semakin lama lingkaran semakin kecil dan anak diminta untuk tidak keluar garis.

Jaga Makan dan Olahraga

Naomi Novita
Naomi Novita Terapis anak autis dan down syndrome, Tangerang Selatan, (4/3/2020).

Menurut Naomi, makanan untuk anak autis dan down syndrome harus dijaga. Beberapa makanan dapat memengaruhi tingkat ketenangan pada anak.

“Tidak minum susu dan keturunannya, coklat, dan gula, karena itu merangsang mereka jadi sangat aktif. Energi berlebih dapat sulit diredam.”

Energi yang meluap-luap ini harus disalurkan pada kegiatan yang membuat anak lelah. Misal berenang, berkuda, bersepeda, lari kecil, dan bermain di taman. Olahraga ini dapat dilakukan pada anak usia 3 sampai 4 tahun.

“Olahraga setidaknya dilakukan 3 sampai 4 kali dalam seminggu. Dilakukan tiap hari lebih baik, setidaknya 10 sampai 15 menit.”

Pada anak usia 2 sampai 3 tahun, latihan gerak dapat dilakukan dengan mendorong bola yoga atau mendorong kursi kecil.

“Dengan ini motoriknya dapat bekerja. Otaknya pun bekerja, ketika kursi menabrak tiang atau tembok ia akan berpikir harus mendorong kursi tersebut ke arah mana.”

Infografis Pilihan:

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya