Liputan6.com, Jakarta Khitan sebagai prosedur kesehatan menjadi hal penting bagi anak penyandang disabilitas maupun anak secara umum. Selain baik untuk kebersihan diri, khitan juga merupakan salah satu bentuk pemenuhan hak kesehatan anak.
Setelah sukses menyelenggarakan khitanan massal bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) enam kali berturut-turut, Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI), Sidoarjo, Jawa Timur, kembali menggelar khitanan untuk anak spesial secara massal.
Menurut Ketua Umum Y-AMI, Yenni Darmawanti, SE. khitanan kali ini diikuti 59 ABK dengan berbagai ragam disabilitas dari Kabupaten Sidoarjo dan daerah sekitarnya. Khitanan kali ini juga digelar guna menyambut Hari Anak.
Advertisement
“Khitanan massal anak berkebutuhan khusus kali ini digelar dalam rangka menyongsong Hari Anak Indonesia yang akan jatuh pada 23 Juli 2021,” kata Yenni dalam keterangan pers, dikutip Selasa (15/6/2021).
“Alhamdulillah barokalloh, acara khitanan yang kami selenggarakan dapat berjalan dengan lancar sesuai protokol kesehatan COVID-19,” tambahnya.
Simak Video Berikut Ini
Lintas Agama
Khitan ini diikuti oleh anak dengan beragam disabilitas seperti cerebral palsy, autisme, down syndrome, slow learner, dan kebutuhan khusus lainnya. Selain terbuka untuk beragam disabilitas, khitan juga bersifat lintas agama.
“Khitan ini juga diikuti oleh ABK non muslim. Jadi lintas agama tetap kita upayakan semua dapat hak-hak kesehatannya untuk berkhitan, ABK bisa menjadi lebih sehat,” jelas Yenni.
Dengan terselenggaranya khitanan massal, Yenni berharap pihaknya dapat tetap istiqomah menyelenggarakan acara serupa di kemudian hari untuk membantu para ABK dan keluarganya.
“Untuk anak-anak, kami berharap akan banyak dukungan baik dari pihak Pemerintah Kabupaten maupun dari masyarakat lain untuk tetap peduli.”
Ia juga berharap agar khitanan massal bisa diselenggarakan di berbagai daerah lain dengan jumlah peserta yang semakin banyak.
Advertisement
Hambatan yang Dihadapi
Kesuksesan acara yang digelar pada 13 Juni 2021 ini tak luput dari berbagai hambatan. Menurut Yenni, khitan untuk keluarga ABK selain berat dari biaya juga banyak yang mengalami kesulitan.
Kesulitan terjadi ketika anak tidak kooperatif, bahkan ada anak yang sudah 3 kali dibawa ke fasilitas kesehatan untuk disunat, tapi berhasil kabur.
“Makanya, khitan untuk anak ABK itu berbeda dengan anak biasa, perlu penanganan khusus dari dokter yang khusus pula,” pungkas Yenni.
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement