Liputan6.com, Jakarta Anak disabilitas perlu mendapatkan layanan kesehatan termasuk khitan sejak usia dini.
Selama ini, orangtua dari anak berkebutuhan khusus (ABK) acap kali menghadapi kesulitan ketika hendak mengkhitan anaknya. Kendala-kendala itu meliputi anak tantrum, kabur, dan takut dikhitan. Akhirnya, khitan pun tertunda hingga menginjak usia dewasa.
Baca Juga
Untuk itu, Ketua Yayasan Ananda Mutiara Indonesia (Y-AMI) di Sidoarjo Jawa Timur mengimbau para orangtua untuk membawa anaknya khitan sejak usia balita.
Advertisement
“Untuk ABK, kenapa lebih kecil lebih baik karena tenaganya belum maksimal. Kalau sudah besar kan tenaganya besar banget. Jadi kesulitan yang paling banyak itu di panitia,” ujar Yenni kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan suara Selasa (28/6/2022).
Ditambah, beberapa ABK memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk seperti meludah. Anak ABK yang sudah besar juga cenderung tidak dapat menahan buang air kecil sehingga cenderung pipis di tempat khitan dan air seninya mengalir kemana-mana.
“Untuk menangani anak ABK 10 tahun ke atas panitia sudah bekerja keras makanya segera dikhitan sejak kecil itu semakin baik.”
Di sisi lain, jika anak dikhitan di usia menuju remaja atau dewasa maka ada kendala lain yang dapat dihadapi. Hal ini berkaitan dengan metode sunat smart klamp. Dalam metode ini ada tabung dan penutup yang digunakan untuk menutup kepala penis.
“Nah, ini untuk anak yang sudah besar biasanya kalau pagi otomatis mengalami ereksi atau menggelembung, ini membuat sembuhnya lebih lama dibanding anak-anak yang belum mengalami ereksi pagi.”
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Lebih Aman
Anak-anak kecil atau balita belum mengalami ereksi pagi sehingga dapat sembuh lebih cepat dan terbilang lebih aman.
“Bukan hanya lebih aman untuk anak tapi juga lebih aman bagi panitia dan orangtuanya karena lebih nurut dan tidak terlalu banyak gerak.”
Guna memfasilitasi anak-anak disabilitas untuk khitan, Y-AMI pun kembali menggelar khitan massal. Acara ini digelar di sekretariat Y-AMI Jl. Taman Puspa Anggaswangi Blok i2 nomor 4-5, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo pada Minggu 19 Juni 2022.
Menurut Yenni, acara khitan kali ini diikuti sebanyak 67 anak dengan kebutuhan khusus (60) dan anak yatim dhuafa (7) yang telah mendaftarkan diri melalui panitia.
“Alhamdulillah dari 67 ananda istimewa yang mengikuti khitan, mereka merasakan rasa bahagia khususnya para orangtua yang selama ini cukup kesulitan mendapatkan kesempatan seperti ini,” kata Yenni.
“Hari ini yang kita khitan mayoritas masih balita, usia termuda 22 bulan dan usia tertua 15 tahun. Ini hasil edukasi kita kepada para bunda agar putranya sudah mulai di khitan sejak anak-anak berusia balita.”
Advertisement
Sudah Mengkhitan Lebih dari 400 Anak
Lebih ibu dari dua anak disabilitas ini juga mengatakan, selama dua tahun Y-AMI mencatat sudah mengkhitan sebanyak lebih dari 400 anak berkebutuhan khusus. Ke depannya Y-AMI juga berencana akan menggelar acara yang sama dengan target 100 anak.
Seluruh acara khitan tidak dipungut biaya alias gratis. Khitan juga diikuti oleh anak-anak dari berbagai daerah seperti Kabupaten Sidoarjo, Kecamatan Krian, Gresik, Mojokerto, dan sekitarnya.
Para peserta tampak antusias datang sejak pagi. Bahkan salah satu peserta juga datang dari kota Solo hanya untuk mengikuti acara tersebut dan disediakan tempat menginap gratis di shelter Y-AMI di Pesona Permata Ungu Krian.
Acara khitan massal ABK terlaksana atas dukungan dan kerja sama dengan berbagai pihak termasuk Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur dan pengurus masjid setempat.
Di akhir tahun, yakni pada Minggu 18 Desember 2022 Y-AMI akan kembali menggelar Khitan Ceria untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Acara akan digelar pada pukul 08.00 di Perumahan Taman Puspa Snggaswangi Blok i2 nomor 4-5 Sukodono Sidoarjo. Bagi masyarakat yang ingin mengikuti acara tersebut dapat menguhubungi Yenni di nomor 082132698662.
Penuhi Hak Kesehatan Anak
Khitan sebagai prosedur kesehatan menjadi hal penting bagi anak penyandang disabilitas maupun anak secara umum. Selain baik untuk kebersihan diri, khitan juga merupakan salah satu bentuk pemenuhan hak kesehatan anak.
Khitan massal Y-AMI acap kali diikuti oleh anak dengan beragam disabilitas seperti cerebral palsy, autisme, down syndrome, slow learner, dan kebutuhan khusus lainnya. Selain terbuka untuk beragam disabilitas, khitan juga bersifat lintas agama.
“Khitan ini juga diikuti oleh ABK non muslim. Jadi lintas agama tetap kita upayakan semua dapat hak-hak kesehatannya untuk berkhitan, ABK bisa menjadi lebih sehat,” jelas Yenni.
Dengan terselenggaranya khitanan massal, Yenni berharap pihaknya dapat tetap istiqomah menyelenggarakan acara serupa di kemudian hari untuk membantu para ABK dan keluarganya.
“Untuk anak-anak, kami berharap akan banyak dukungan baik dari pihak Pemerintah Kabupaten maupun dari masyarakat lain untuk tetap peduli.”
Ia juga berharap agar khitanan massal bisa diselenggarakan di berbagai daerah lain dengan jumlah peserta yang semakin banyak.
Advertisement