Sulit Terdiagnosis, Apakah Kondisi Prosopagniosa Seperti Brad Pitt Itu Nyata?

Brad Pitt mengaku dirinya mungkin menderita prosopagniosa, yang memengaruhi kemampuannya untuk mengenali orang. Inilah yang perlu diketahui tentang kondisinya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 10 Jul 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2022, 10:00 WIB
[Bintang] Brad Pitt
Sejak gugatan cerai yang diajukan Jolie beberapa bulan lalu, hubungan Jolie dan Pitt pun juga mengalami perubahan. Tak hanya dengan Jolie, seperti yang diketahuin bahwa Brad Pitt tak bisa bertemu anak-anaknya dengan mudah. (AFP/Bintang.com)

Liputan6.com, Jakarta Aktor Brad Pitt mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa ia menderita prosopagnosia, kelainan neurologis langka yang biasa disebut sebagai kebutaan wajah.

Sementara sang aktor yang kini berusia 58 tahun, tidak pernah secara resmi didiagnosis dengan kondisi tersebut. Namun dalam wawancara dengan majalah GQ pun ia mengaku telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mengenali wajah orang.

Serta pada 2013, ia pernah memberitahu media Esquire bahwa ketidakmampuannya mengenali wajah orang semakin parah sehingga ia sering mengasingkan diri. "Makanya saya tinggal di rumah," katanya kala itu.

Dilansir dari NYTimes, berikut ini ulasan para ahli tentang kondisi tersebut, termasuk gejala, penyebab, hingga perawatan untuk penderitanya.

Apa saja gejala prosopagnosia?

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, kondisi ini tidak terkait dengan kehilangan memori, gangguan penglihatan atau ketidakmampuan belajar.

Prosopagnosia hanya kebutaan wajah, bukan buta warna atau gangguan penglihatan secara keseluruhan, kata Dr. Borna Bonakdarpour, ahli saraf perilaku di Northwestern Medicine. Ini tidak sama dengan kelupaan atau terkadang berjuang untuk menemukan kata yang tepat.

Prosopagnosia bervariasi dalam tingkat keparahan; beberapa orang dengan kondisi tersebut mungkin mengalami kesulitan mengenali wajah yang dikenalnya, seperti teman atau anggota keluarga, sementara yang lain bahkan mungkin tidak dapat mengidentifikasi bayangan mereka sendiri. Beberapa orang mungkin tidak dapat membedakan antara wajah dan objek.

Ada juga bukti yang menunjukkan bahwa orang dengan prosopagnosia dapat menjadi cemas atau depresi kronis karena isolasi dan ketakutan yang menyertai kondisi tersebut. Menavigasi interaksi sosial dasar dengan prosopagnosia dapat menjadi penuh, dan beberapa orang menghindari kontak dengan anggota keluarga dan orang-orang terkasih lainnya karena takut mereka tidak akan dapat mengenali atau mengatasinya dengan benar.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Apa penyebab prosopagnosia?

Orang dengan prosopagnosia bisa termasuk dalam salah satu dari dua kategori, yaitu mereka yang dilahirkan dengan kondisi tersebut, dan mereka yang mendapatkannya di kemudian hari.

Penelitian menunjukkan bahwa prosopagnosia bawaan, atau seumur hidup, kurang umum, meskipun perkiraan menunjukkan bahwa sebanyak satu dari setiap 50 orang mungkin berjuang dengan beberapa bentuk kondisi seumur hidup, dan para ilmuwan berteori bahwa itu dapat diturunkan dalam keluarga.

"Tampaknya tidak ada kelainan struktural yang jelas" di otak bagi mereka yang lahir dengan kondisi tersebut, kata Dr. Andrey Stojic, direktur neurologi umum di Cleveland Clinic. Karena tidak ada lesi otak yang jelas pada orang dengan prosopagnosia bawaan, para ilmuwan tidak yakin apa penyebabnya.

Orang yang mendapatkan prosopagnosia di kemudian hari, sebaliknya, mungkin memiliki lesi di otak akibat cedera kepala atau trauma. Orang-orang juga dapat memperoleh kondisi tersebut setelah stroke atau ketika mereka mengembangkan penyakit Alzheimer, kata Dr. Bonakdarpour.

 


Apakah ada pengobatan untuk prosopagnosia?

Tidak ada pengobatan untuk kondisi ini, kata Dr. Bonakdarpour, tetapi ada cara untuk mengelolanya. Orang dengan prosopagnosia sering fokus pada fitur seperti warna rambut, gaya berjalan atau suara untuk membedakan orang.

Ahli saraf biasanya mendiagnosis prosopagnosia melalui serangkaian tes untuk menilai kemampuan seseorang untuk mengingat dan mengenali wajah. Ini bisa menjadi proses yang panjang, karena dokter sering bersusah payah untuk memastikan kebutaan wajah pasien bukanlah gejala dari kondisi neurologis degeneratif yang lebih luas.

Banyak orang dengan kondisi tersebut, seperti Mr. Pitt, tidak akan berakhir dengan diagnosis formal. “Banyak tantangan yang ia gambarkan, masalah yang ia miliki, tidak biasa bagi orang yang mengalaminya,” kata Dr. Stojic.

“Itu bisa relatif melemahkan orang. Sehingga bisa sulit bagi orang lain untuk mengerti (jika tidak menderita karenanya),” tambahnya


Prosopagnosia akibat kecelakaan

Dikutip Very Weel Health, beberapa orang dilahirkan dengan kondisi ini. Anak-anak yang terlahir dengan Prosopagnosia bawaan mungkin tidak menyadari ketidakmampuan mereka dalam mengenali wajah sampai mereka dewasa dan tua.

Beberapa peneliti percaya bahwa Prosopagnosia bawaan tidak disebabkan adanya perbedaan struktural di otak atau kerusakan otak, melainkan memang diturunkan dalam keluarga.

Prosopagnosia kongenital juga dapat terjadi anak autisme. Ketidamampuan mengenali wajah dapat menyebabkan atau berkontribusi pada gangguan keterampilan sosial mereka.

Prosopagnosia juga dapat terjadi setelah kerusakan otak akibat cedera kepala, stroke , atau penyakit neurodegeneratif.

Individu dengan jenis prosopagnosia ini sebelumnya mampu mengenali wajah. Setelah menderita Prosopagnosia, mereka tidak mungkin mendapatkan kembali kemampuan ini. 

Infografis Syarat Boleh Lepas Masker di Luar Ruangan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Syarat Boleh Lepas Masker di Luar Ruangan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya