Tulang Rapuh Tak Runtuhkan Semangat Bocah Bandung untuk Jadi Ustaz

Muhammad Gipar Nurhakim adalah penyandang disabilitas asal Kabupaten Bandung Barat yang bercita-cita menjadi seorang ustaz.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 24 Sep 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2022, 10:00 WIB
Muhammad Gipar Nurhakim adalah penyandang disabilitas asal Kabupaten Bandung Barat yang bercita-cita menjadi seorang ustaz. Foto: Kemensos
Muhammad Gipar Nurhakim adalah penyandang disabilitas asal Kabupaten Bandung Barat yang bercita-cita menjadi seorang ustaz. Foto: Kemensos

Liputan6.com, Jakarta Muhammad Gipar Nurhakim adalah penyandang disabilitas asal Kabupaten Bandung Barat yang bercita-cita menjadi seorang ustaz.

Bocah berusia 8 ini menyandang tulang rapuh yang membuat mobilitasnya terbatas. Meski demikian, warga Kecamatan Cipongkor ini tak menjadikan disabilitasnya sebagai hambatan untuk tetap percaya diri.

Semangat hidupnya yang tinggi mampu menginspirasi orang lain untuk tak takut bermimpi setinggi-tingginya.

Gipar tinggal bersama kedua orangtuanya. Ia adalah anak tunggal dari pasangan suami istri Nanang Riana dan Nur Saadah.

Meski perlu dibantu untuk melakukan aktivitas harian sederhana, tapi ia selalu memancarkan kegembiraan dan keceriaan pada orang-orang sekitar.

Ia memiliki angan-angan menjadi seorang ustaz yang ingin diwujudkannya di kemudian hari.

"Mimpinya jadi ustaz dari dulu. Ustaz itu suka dakwah, bisa ceramah," kata Gipar mengutip keterangan pers Kementerian Sosial, Jumat (23/9/2022).

Untuk menjadi seorang penceramah, Gipar memiliki modal baik dalam kemampuan bicara. Di usianya yang baru duduk di bangku kelas 2 SD, ia mampu memahami dan menjawab setiap pertanyaan yang ditujukan kepadanya dengan berani dan lugas.

Ia pun, lantas, menularkan semangat yang sama kepada anak-anak lain termasuk yang memiliki kondisi disabilitas serupa.

"Semoga teman-teman semua diberi kesehatan, jangan patah semangat ya, jangan pantang menyerah, semangat terus," katanya optimis.

Aura positif yang dipancarkan Gipar membuat Menteri Sosial Tri Rismaharini terkesan. Pada Selasa 20 September, Risma bertemu Gipar di Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi.

Doa Gipar

Dalam pertemuan singkat itu, Gipar tak lupa mendoakan Mensos agar diberi kesehatan serta panjang umur.

"Ibu Menteri, semoga ibu diberikan kesehatan, dipanjangkan umurnya, dan ditambahkan rezekinya," ucapnya mendoakan Risma, yang diamini seisi ruangan.

Doa itu diucapkan Gipar usai dirinya menerima bantuan dari donatur senilai Rp106,6 juta untuk keperluan biaya penunjang pengobatan dan kebutuhan selama perawatan. Ia juga menerima bantuan berupa mainan anak.

Bantuan diserahkan langsung oleh Risma bersama perwakilan dari Kitabisa.com di Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi, Selasa (20/9/2022).

"Alhamdulillah, hari ini, kita bisa mengantarkan bantuan dari orang-orang baik yang membantu, para donatur yang membantu melalui Kitabisa sebanyak tiga anak," ucapnya di hadapan awak media.

Menurutnya, bantuan itu dapat tersalur hari ini, berkat masyarakat dan rekan media yang mengangkat kasus akan penyakit yang diderita ketiga anak ini melalui media sosial hingga sampai ke telinga Mensos.

"Saya, atas nama Kementerian Sosial, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan media, rekan-rekan yang menggunakan media sosialnya untuk menginformasikan hal ini, yang memberikan kepeduliannya kepada anak-anak kita," kata Risma.

Tersiar di Medos

Sejak kisahnya tersiar di media sosial, Gipar segera mendapat penanganan dan pendampingan dari Sentra Wyata Guna Bandung.

Ia diberikan bantuan alat dan permainan untuk melatih keterampilan motorik tangannya. Bekerja sama dengan Pendamping Rehabilitasi Sosial, Kemensos pun memberikan dukungan psikososial kepada keluarga.

Adapun, ibunya, yang memiliki kemampuan dalam mengolah kreasi makanan, juga dibantu dengan dukungan usaha dagang, dalam bentuk pemesanan makanan dan minuman.

Bentuk intervensi itu akan terus dipantau sejalan dengan perkembangan kesehatan Gipar dan perkembangan usaha ibunya. Tak hanya itu, keluarga Gipar juga tengah diupayakan untuk masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) agar mendapat bantuan regular dari Kemensos.

Selain Gipar

Selain Gipar, dua anak penyandang disabilitas lainnya juga turut dihadirkan di Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi guna menerima bantuan serupa dengan jumlah bervariasi.

Dua anak itu yakni Rita Octavia (11 bulan), bocah asal Cianjur yang mengidap penggumpalan sumsum saraf belakang dengan diagnosa medis Hydrocephalus. Serta Azka Nazwan Al Islam (6), bocah asal Kota Depok yang menyandang penyempitan otak dengan diagnosa medis Cerebral Palsy.

Keduanya mendapat bantuan dari donatur melalui platform Kitabisa.com sebesar Rp68 juta untuk Rita dan Rp75 juta untuk Azka.

Sementara itu, bantuan Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) dari Kemensos, yang juga disalurkan untuk ketiganya berjumlah total Rp60 juta.

Bantuan itu dikelola melalui tiga sentra yaitu Sentra Terpadu Pangudi Luhur Bekasi dengan besaran Rp27 juta, Sentra Terpadu Inten Soeweno Cibinong dengan besaran Rp19 juta dan Sentra Wyata Guna Bandung dengan besaran Rp13 juta.

Bantuan itu meliputi nutrisi (madu, susu dan biskuit), kebutuhan dasar, kursi roda, mainan dan pakaian, hingga bantuan kewirausahaan.

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya