Liputan6.com, Jakarta Baru-baru ini salah satu minuman es teh kekinian ramai diperbincangkan di media sosial karena melayangkan somasi pada seorang pelanggan.
Pelanggan tersebut mengatakan bahwa produk minuman manis itu terlalu manis bak menggunakan 3kg gula.
Baca Juga
Terkait konsumsi gula, peneliti dari universitas serta sekolah kedokteran Amerika Utara dan Selatan mulai mengeksplorasi teori bahwa makanan olahan berkontribusi terhadap kesehatan mental yang buruk.
Advertisement
Mereka menemukan makanan ultra-olahan (UPF) sebagai penyebab terburuk dalam memperparah kondisi gangguan mental. Makanan-makanan ini termasuk:
- Minuman manis.
- Makanan ringan dalam kemasan.
- Keripik.
- Sereal sarapan.
- Kue dalam kemasan.
- Roti dalam kemasan.
Melansir Psychology Today, makanan ultra-olahan adalah produk makanan praktis yang disiapkan secara komersial yang mengandung sedikit atau tidak sama sekali bahan makanan utuh.
Makanan-makanan ini seringkali kekurangan nutrisi penting, mengandung aditif, seperti perasa, pewarna, dan produk lain yang membuat makanan lebih menarik bagi konsumen. Dengan kata lain, mereka sama sekali tidak menyerupai sumber makanan asli dari mana mereka dibuat.
Produk UPF umumnya cepat dan mudah disiapkan atau siap dimakan dari kemasannya. Dan seringkali lebih murah daripada makanan utuh.
Itu membantu menjelaskan mengapa lebih dari 70 persen dari semua makanan kemasan yang dijual di Amerika Serikat dianggap UPF. Dan produk makanan tersebut mewakili sekitar 60 persen dari semua kalori yang dikonsumsi di negara ini. Makanan-makanan ini kemudian diteliti terkait pengaruhnya terhadap kesehatan mental.
Hasil Penelitian
Dampak minuman manis dan makanan UPF lain pada kesehatan mental telah dijabarkan dalam penelitian yang dilakukan Charles E Schmidt College of Medicine di Florida Atlantic University bekerja sama dengan perguruan tinggi lain. Penelitian ini melibatkan lebih dari 10.000 pria dan wanita berusia 18 tahun ke atas.
Para peneliti mengukur gejala kesehatan mental dari responden termasuk depresi ringan umum dan kecemasan atau anxiety.
Mereka menemukan bahwa peserta yang dilaporkan mengonsumsi UPF paling banyak memiliki tingkat depresi ringan yang jauh lebih tinggi dan melaporkan hari-hari yang secara signifikan lebih cemas dan tidak sehat secara mental.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa bahan tambahan makanan yang digunakan dalam UPF, seperti pemanis buatan dan pengemulsi, terkait dengan perubahan di otak. Bahan-bahan tersebut juga menyebabkan peningkatan peradangan dan perubahan metabolisme.
Penelitian lain menemukan bahwa orang yang kekurangan nutrisi penting dalam diet mereka dan mengonsumsi makanan tinggi gula dalam jumlah besar berisiko lebih tinggi terkena depresi dan kecemasan. Ini dibandingkan dengan mereka yang makan makanan yang lebih sehat.
Advertisement
15 Ciri Kecanduan Gula
Minuman manis dan makanan dalam kemasan memang menjadi sahabat sehari-hari bagi sebagian masyarakat Indonesia. Tak sedikit pula yang ketagihan dan menjadikannya teman menonton atau bekerja.
Terkait hal ini, dokter ahli gizi komunitas Tan Shot Yen menyebutkan 15 ciri orang yang kecanduan gula. Ciri-ciri tersebut yakni:
- Sanggup makan hingga kenyang makanan yang manis, bertepung, dan mengandung lemak.
- Lapar tak lama setelah makan lengkap.
- Sanggup makan yang manis-manis sekalipun tidak terlalu lapar.
- Merasa malu bahkan tertekan karena kebiasaan pola makan sendiri.
- Berpaling menuju makanan manis saat sedih atau jengkel.
- Saat segala sesuatunya tidak baik, rasanya butuh lebih banyak gula untuk merasa lebih baik.
- Rencana ingin memakan makanan manis sepotong kecil, tahu-tahu menghabiskan porsi lebih besar.
- Sulit membatasi makanan bertepung, manis atau mengandung lemak.
- Susah berhenti begitu mulai makan makanan bertepung, camilan, dan yang manis-manis.
- Kebiasaan makan memberi dampak pada kehidupan sosial, pekerjaan, dan kemampuan fisik.
- Rasanya tidak mungkin berpegang teguh pada resolusi pola makan sehat.
- Rasanya ingin mengunyah sesuatu yang manis setelah makan siang atau malam.
- Diam-diam makan permen atau coklat tanpa orang lain tahu.
- Jika mengiris sepotong kecil kue, ada dorongan untuk tambah.
- Kepala berat dan mengantuk setelah makan besar.
Tak Dibutuhkan Tubuh
Tan juga menerangkan bahwa gula adalah produk pabrik yang tidak dibutuhkan tubuh manusia. Maka dari itu, tidak ada Angka Kecukupan Gizi (AKG) bagi gula.
Dalam berbagai label komposisi suatu pangan kemasan ada kolom "gula" yang ditulis dalam gram. Namun, di sebelahnya tidak ada patokan AKG.
Dalam kolom label pangan biasanya juga menyertakan keterangan vitamin, mineral, dan zat gizi lainnya. Berbeda dengan gula, zat-zat gizi itu memiliki AKG.
Alasan perbedaan ini juga dijelaskan oleh Tan. Menurutnya, hal ini karena gula adalah produk pabrik yang tidak dibutuhkan manusia.
"Sadar enggak kenapa gula tidak ada AKG-nya? Karena gula adalah produk pabrik yang tidak dibutuhkan manusia. Manusia butuh karbohidrat yang oleh tubuh dipecah dan diurai otomatis jadi gula darah," kata Tan kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Senin (26/9/2022).
Gula sendiri didefinisikan sebagai:
- Bagian dari karbohidrat sederhana atau kompleks.
- Diserap usus dengan kecepatan yang berbeda.
- Karbohidrat kompleks dengan serat lebih banyak lebih lambat dicerna jadi gula darah.
- Diedarkan ke seluruh tubuh dalam bentuk gula darah.
- Digunakan tubuh untuk menghasilkan tenaga dan kerja organ termasuk otak.
- Jika tidak dipakai langsung jadi tenaga, oleh hormon insulin disimpan dalam hati, otot, dan lemak.
Advertisement