Dukung Perjuangan Kawan Tuli, Presiden Soekarno Pernah Tulis Pesan dan Doa pada 1961

Presiden Soekarno menyambut dan mendukung gagasan para pejuang Tuli. Ia pun menuliskan pesan dan doa pada aktivis Tuli di tahun 1961.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 11 Jan 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2023, 17:00 WIB
Tulisan tangan Presiden Soekarno pada 1961. Dok: facebook Gerkatin Kepemudaan
Tulisan tangan Presiden Soekarno pada 1961. Dok: facebook Gerkatin Kepemudaan

Liputan6.com, Jakarta Setiap 11 Januari, Indonesia memperingati Hari Tuli Nasional. Tanggal ini ditetapkan berdasarkan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gerkatin yang berlangsung pada 21-23 September 2017 di Hotel Lotus Garden Kediri, Jawa Timur.

"Berdasarkan hasil Rakernas Gerkatin tersebut, tanggal 11 Januari dipilih karena bertepatan dengan lahirnya organisasi pertama Tuli di Indonesia," catat Konekin dalam laman resmi instagram @konekinindonesia, Rabu (11/1/2023).

Organisasi tersebut bernama SEKATUBI (Serikat Kaum) yang saat itu memperjuangkan kesadaran dan kebangkitan Tuli.

SEKATUBI ini dimotori oleh teman Tuli bernama Aek Natas Siregar, Mumuh Wiraatmadja dan aktivis Tuli Lainnya.

Setelah SEKATUBI kemudian muncullah beberapa organisasi Tuli lain seperti:

- PTRS (Persatuan Tuna Rungu Semarang), Yogyakarta

- PERTRI (Perhimpunan Tuna Rungu Indonesia)

- PEKATUR (Perkumpulan Kaum Tuli Surabaya)

Setahun memperjuangkan hak Tuli dalam bidang pendidikan yang tak menunjukkan hasil, Siregar dan Mumuh pun memutuskan untuk menemui Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno.

Presiden pun menyambut dan mendukung gagasan para pejuang Tuli dan menuliskan sebuah doa untuk mereka.

"Mudah-mudahan usaha Siregar dan Mumuh dapat tercapai, sampai semua anak-anak bisu-Tuli dapat perhatian dari pemerintah. Tuhan yang Maha Esa selalu melindungi. Doa dari bapak Soekarno, 1 Februari 1961."

Perjuangan dan doa yang dipanjatkan nyaris 6 dekade silam ini telah membuahkan berbagai hasil. Sebagian penyandang Tuli telah menikmati belajar di perguruan tinggi, bukan hanya di Indonesia tapi juga sampai di negeri seberang.

 

 

Jumlah Penyandang Tuli di Indonesia

 

Menurut Federasi Tuli, jumlah penyandang tuli di seluruh dunia mencapai 72 juta orang, 80 persen tinggal di negara berkembang dengan 300 bahasa isyarat berbeda. Di Indonesia, jumlah penyandang tuli berjumlah 223.655 orang dan bisu tuli 73.560 orang (Susesnas 2012). 

Dalam keterangan resmi, Komnas Perempuan memberikan perhatian khusus terhadap pemenuhan hak bahasa isyarat.

Mengingat perempuan dan anak perempuan tuli lebih rentan mengalami kekerasan termasuk kekerasan seksual dibanding dengan perempuan umumnya. Salah satu hambatan penghapusan kekerasan terhadap perempuan tuli adalah bahasa isyarat bagi perempuan dan anak perempuan tuli.

Mayoritas perempuan tuli tidak dibekali pengetahuan bahasa isyarat bahkan juga Pendidikan. Hal ini secara tersirat diakui Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 yang menyatakan, “Sebagian besar penyandang disabilitas hidup dalam kondisi rentan, terbelakang, dan atau miskin disebabkan masih adanya pembatasan, hambatan, kesulitan dan pengurangan atau penghilangan hak penyandang disabilitas.”

Ketidaksiapan keluarga menyikapi anggotanya penyandang tuli merupakan salah satu hambatan dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan tuli.

Di sisi lain, ketersediaan penerjemah bahasa isyarat di sekolah-sekolah juga masih terbatas. Tanpa kemampuan berbahasa isyarat, sulit bagi perempuan dan anak perempuan tuli korban kekerasan untuk mengakses layanan dan keadilan. Akibatnya, hak-haknya atas informasi dan pengetahuan khususnya kesehatan reproduksi tak terpenuhi. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi penting bagi pencegahan kekerasan seksual.

Hak berbahasa isyarat bagi perempuan dan anak perempuan tuli merupakan hak-hak asasi yang dijamin oleh Konstitusi Republik Indonesia, perundang-undangan nasional dan konvensi-konvensi HAM internasional.

Etika Berkomunikasi dengan Teman Tuli

Dilansir dari laman instagram konekindonesia, ada beberapa etika komunikasi Disabilitas Tuli, sebagai berikut.

1. Menyapa dengan Sentuh, Salam dan Sapa

Berkomunikasilah dengan Bahasa Isyarat. Tapi jika Anda belum paham Bahasa Isyarat, boleh menggunakan tulisan, 'gesture' atau gerak bibir.

Tips: Jangan lupa untuk selalu menanyakan ke teman Tuli, mereka lebih suka berkomunikasi melalui apa.

2. Posisi Komunikasi Berhadapan

Meskipun Anda sudah ditemani Juru Bahasa Isyarat (JBI), Anda harus tetap menghadap ke teman Tuli ketika berkomunikasi.

Serta jika menyelenggarakan suatu event, Anda sebaiknya juga menyediakan akses JBI jika diperlukan.

 

3. Hindari Sesuatu yang Menutupi Mulut

Hal ini bertujuan agar komunikasi kalian tidak terhambat.

Dalam kolom komentar, admin konekindonesia menyarankan kalau ternyata teman Tuli adalah seorang wanita yang memakai cadar, biasanya komunikasinya pakai tulisan.

4. Berkomunikasilah dengan Bahasa yang Sederhana

Tentunya hal ini agar teman Tuli dapat dengan mudah memahaminya.

Itulah beberapa etika berkomunikasi dengan teman Tuli yang perlu Anda ketahui. 

Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya