Liputan6.com, Jakarta - Disabilitas belajar adalah sekelompok kondisi neurologis yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk belajar. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara, membaca, menulis, dan banyak lagi. Disabilitas belajar umumnya muncul di usia muda dan sering kali didiagnosis saat duduk masa sekolah.
Dilansir dari Verywell Mind, diperkirakan 8-10% anak di bawah 18 tahun di Amerika Serikat memiliki gangguan belajar. Orang dengan kondisi ini mungkin tidak terdiagnosis sampai mereka kuliah atau bekerja, atau bahkan tidak pernah menerima diagnosis resmi. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam akademik, pekerjaan, hubungan, dan tugas sehari-hari.
Baca Juga
Meskipun diagnosisnya terlambat, disabilitas belajar bukanlah halangan untuk mencapai kesuksesan. Dengan diagnosis dan intervensi yang tepat, orang dengan gangguan belajar dapat mencapai potensi penuh mereka.
Advertisement
Penting untuk diingat bahwa orang dengan disabilitas belajar tidak terbelakang. Mereka umumnya memiliki kecerdasan rata-rata hingga superior dan sering kali berbakat dalam bidang seperti ilmu pengetahuan, matematika, seni rupa, dan medium kreatif lainnya. Kemampuan mereka mungkin berbeda dari orang seumuran mereka, namun kecerdasan dan kepintaran mereka tidak diragukan lagi.
Beberapa contoh orang terkenal dengan disabilitas belajar adalah Albert Einstein, Leonardo da Vinci, Thomas Edison, dan Winston Churchill. Mereka semua memiliki pencapaian luar biasa di bidangnya masing-masing.
Memiliki disabilitas belajar, orang-orang ini mampu menunjukkan potensinya dan memberikan kontribusi besar bagi dunia. Kisah mereka menunjukkan bahwa gangguan belajar bukanlah halangan untuk mencapai kesuksesan.
Jenis-Jenis Gangguan Belajar
Disabilitas belajar tak ubahnya istilah umum yang mencakup berbagai jenis gangguan belajar tertentu, seperti:Â
1. Disleksia
Disleksia merupakan gangguan belajar yang paling umum, dengan 80% kasus. Gangguan ini memengaruhi pemrosesan bahasa, sehingga menyebabkan kesulitan berbicara, membaca, menulis, atau memahami kata-kata.
Hal ini dapat memperlambat perkembangan kosakata dan menyebabkan masalah dengan tata bahasa, pemahaman bacaan, dan kemampuan bahasa lainnya.
2. Disgrafia
Disgrafia memengaruhi kemampuan seseorang untuk menuangkan pikirannya dalam tulisan. Penyebabnya adalah masalah dengan kosakata, ejaan, tata bahasa, ingatan, dan pemikiran kritis.
Gejalanya termasuk tulisan tangan yang buruk, kesulitan dengan spasi antar huruf, kesadaran spasial, dan perencanaan motorik. Disgrafia dapat membuat orang tersebut sulit untuk berpikir dan menulis secara bersamaan.
3. Diskalkulia
Diskalkulia terkadang disebut juga "disleksia matematika", adalah kondisi yang melibatkan kesulitan belajar terkait dengan matematika.
Orang dengan diskalkulia mungkin mengalami kesulitan dengan konsep angka, penalaran matematis, dan melakukan perhitungan. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menghitung uang, membaca jam, melakukan perhitungan mental, dan memahami rumus matematika.
4. Gangguan Pemrosesan AuditoriÂ
Auditory processing disorder (APD) atau gangguan pemrosesan auditori memengaruhi cara otak memproses informasi suara. Orang dengan APD mungkin kesulitan memahami kata-kata, membedakan suara, dan mengikuti instruksi lisan. Hal ini dapat membuat mereka kesulitan belajar di kelas, di mana banyak informasi disampaikan secara verbal.
5. Gangguan Pemrosesan Bahasa
Language processing disorder (LPD) atau gangguan pemrosesan bahasa merupakan bagian dari APD yang ditandai dengan kesulitan memahami bahasa lisan. Penderita LPD mungkin mengalami kesulitan memahami arti kata-kata, kalimat, dan cerita dari suara yang mereka dengar.
6. Gangguan Belajar Non Verbal
Nonverbal learning disabilities (NVLD) ditandai dengan kesulitan menginterpretasi isyarat nonverbal. Penderita NVLD mungkin kesulitan memahami ekspresi wajah, bahasa tubuh, nada suara, dan sinyal nonverbal lainnya.
7. Defisit Persepsi Visual / Motorik Visual
Visual perceptual/visual motor deficit menyebabkan kesulitan dengan koordinasi tangan-mata dan aktivitas motorik. Penderita defisit ini mungkin sering kehilangan tempat saat membaca, menunjukkan gerakan mata yang tidak biasa saat membaca atau menulis, bingung dengan huruf yang mirip, kesulitan dalam menavigasi lingkungan, dan kesulitan dalam mengelola benda-benda seperti pena, pensil, krayon, lem, dan gunting.
Â
Advertisement
Gejala Disabilitas Belajar
Disabilitas belajar dapat memengaruhi berbagai aspek kemampuan belajar anak. Berikut adalah beberapa gejala yang umum terlihat:
- Kesulitan Akademik:
- Memori buruk, sehingga mudah lupa informasi yang baru dipelajari.
- Kesulitan berkonsentrasi dan fokus, sehingga mudah teralihkan perhatiannya.
- Rentang perhatian yang pendek, sehingga mudah bosan dan tidak dapat menyelesaikan tugas.
- Kesulitan dalam membaca, menulis, atau memahami matematika.
- Kesalahan dalam membedakan suara, huruf, atau angka.
- Kesulitan dalam mengekspresikan pikiran dan ide secara tertulis atau lisan.
- Kesenjangan antara kemampuan membaca dan pemahaman.
- Kesulitan Motorik dan Koordinasi:
- Koordinasi tangan-mata yang buruk, sehingga kesulitan dalam menulis atau melakukan aktivitas yang membutuhkan koordinasi.
- Perkembangan bicara yang tertunda.
- Kecenderungan untuk bergerak berlebihan (hiperaktif) atau gelisah.
- Kesulitan dalam mengikuti instruksi dan menyelesaikan tugas.
- Perilaku dan Emosi:
- Ketidakmampuan untuk duduk diam atau fokus dalam waktu lama.
- Impulsif dan bertindak tanpa berpikir.
- Kesulitan dalam disiplin dan mengikuti aturan.
- Mudah frustrasi dan marah.
- Perkembangan sosial yang terhambat.
- Kinerja yang tidak konsisten dari waktu ke waktu.
Meskipun semua anak mengalami kesulitan belajar di beberapa mata pelajaran, anak dengan disabilitas belajar memiliki gejala yang persisten dan tidak membaik seiring waktu.
National Institute for Learning Development (NILD) mencatat bahwa perasaan frustrasi adalah ciri khas kondisi ini. Orang dengan disabilitas belajar sering kali unggul di beberapa bidang, tetapi sangat lemah di bidang lain. Mereka juga sadar akan kesenjangan antara kemampuan dan ketidakmampuan mereka. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan di bidang akademik atau profesional, meskipun mereka telah berusaha keras.
Pengalaman ini bisa membuat mereka frustrasi, bingung, dan kehilangan motivasi. Rasa sedih dan kecewa pun sering muncul akibat kondisi ini.
Penyebab Gangguan Belajar
Disabilitas belajar bukan disebabkan oleh kurangnya usaha atau kecerdasan. Penyebabnya terletak pada perbedaan dalam fungsi neurologis otak seseorang. Perbedaan ini dapat terjadi sebelum kelahiran, selama kelahiran, atau pada masa kanak-kanak awal.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan ini antara lain:
- Penyakit ibu selama kehamilan:Â Infeksi, diabetes, atau tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin.
- Komplikasi kelahiran:Â Kekurangan oksigen selama kelahiran, persalinan prematur, dan trauma kepala saat lahir dapat menyebabkan kerusakan otak.
- Faktor genetik:Â Gen tertentu dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap perkembangan gangguan belajar.
- Cedera atau penyakit:Â Cedera kepala, meningitis, atau infeksi otak lainnya pada masa kanak-kanak awal dapat menyebabkan gangguan belajar.
- Kondisi kesehatan:Â Kondisi seperti cerebral palsy dan sindrom Down sering kali melibatkan gangguan belajar.
Penting untuk diingat bahwa disabilitas belajar berbeda dengan masalah belajar yang disebabkan oleh faktor lain seperti:
- Disabilitas visual, pendengaran, verbal, atau motorik:Â Faktor-faktor ini dapat membuat belajar lebih sulit, tetapi tidak dianggap sebagai disabilitas belajar.
- Keterbelakangan intelektual:Â Keterbelakangan intelektual adalah kondisi yang ditandai dengan IQ rendah dan kesulitan belajar secara umum.
- Gangguan emosional:Â Gangguan kecemasan, depresi, dan ADHD dapat memengaruhi kemampuan belajar seseorang.
- Kekurangan ekonomi, budaya, atau lingkungan:Â Faktor-faktor ini dapat membuat belajar lebih sulit, tetapi tidak dianggap sebagai gangguan belajar.
Memahami penyebab gangguan belajar adalah langkah pertama dalam membantu individu dengan kebutuhan khusus ini mencapai potensi penuh mereka.
Advertisement
Mendeteksi Gangguan Belajar
Seorang profesional kesehatan, seperti psikolog atau dokter anak, dapat mendiagnosis gangguan belajar. Proses diagnostik biasanya melibatkan beberapa langkah:
1. Uji akademik: Tes standar digunakan untuk mengukur kemampuan membaca, menulis, dan berhitung seseorang. Tes IQ juga dapat dilakukan untuk mengukur kecerdasan mereka. Jika skor tes IQ seseorang tinggi, tetapi skor tes akademiknya rendah, ini bisa menjadi indikasi adanya gangguan belajar.
2. Tinjauan kinerja: Kinerja akademik, profesional, sosial, dan perkembangan individu akan dikaji dan dievaluasi.
3. Riwayat medis: Dokter akan menanyakan tentang riwayat medis pribadi dan keluarga individu untuk mencari tahu apakah ada faktor yang dapat berkontribusi terhadap kesulitan belajar.
4. Pemeriksaan fisik dan neurologis: Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi medis lain yang dapat menyebabkan kesulitan belajar, seperti penyakit otak, kondisi kesehatan mental, atau gangguan perkembangan dan intelektual.
Gejala dan pengalaman setiap orang dengan gangguan belajar berbeda-beda. Ada yang mungkin hanya memiliki satu kesulitan belajar yang tidak terlalu mengganggu kehidupan sehari-hari mereka. Sedangkan yang lain mungkin memiliki beberapa gangguan belajar yang tumpang tindih dan membuat mereka sulit untuk berfungsi tanpa dukungan.
Penanganan Gangguan Belajar
Gangguan belajar adalah kondisi seumur hidup yang tidak dapat disembuhkan. Namun, dengan diagnosis yang tepat waktu, pengobatan, dan dukungan yang memadai, orang dengan gangguan belajar dapat mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan di komunitas mereka.
Pengobatan untuk gangguan belajar dapat melibatkan berbagai macam metode, seperti:
- Pendidikan khusus: Guru yang terlatih dapat membantu anak membangun kelebihan mereka dan mengatasi kelemahan mereka.
- Obat-obatan: Obat dapat membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi.Terapi: Psikoterapi dapat membantu mengatasi masalah emosional dan mengembangkan keterampilan penanganan.
- Intervensi lainnya: Terapi bicara dan bahasa dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi.
- Kelompok dukungan: Berbagi pengalaman dengan orang lain yang memiliki kondisi serupa dapat memberikan manfaat emosional dan sosial.
Kesulitan belajar seringkali dapat menyebabkan ketegangan dan konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan dukungan dan edukasi untuk semua anggota keluarga. Dengan pemahaman dan kerjasama yang baik, keluarga dapat membantu orang dengan gangguan belajar mencapai potensi penuh mereka.
Advertisement