Liputan6.com, Jakarta Transgender menjadi isu yang belakangan makin santer di industri fashion. Perkembangan industri fashion bukan hanya dari model pakaian, melainkan juga para pemain yang terlibat di dalamnya.
Jika biasanya fashion identik dengan wanita, kini tren tersebut mulai bergeser di mana pria juga mengambil peranan dalam industri ini. Baik desainer, model, atau fashion influencer banyak diperankan oleh para pria.
Baca Juga
Dengan demikian, muncul banyak istilah yang melekat pada para pria yang berkecimpung di dunia fashion, seperti transgender maupun androgini. Dengan adanya pergeseran tren ini pula membuat cara pandangan orang terhadap dunia fashion menjadi berubah. Lantas, apakah transgender dan androgini akan menjadi tren masa depan industri fashion, khususnya modelling?
Advertisement
Transgender Jadi Tren Industri Fashion
Menjadi supermodel bukanlah hal yang mudah. Dengan menjadi supermodel juga bukan semata-mata untuk menjadi terkenal dan memiliki karier yang sukses, melainkan Anda merepresentasikan sebuah era.
Bukan hanya tubuh dan wajah yang menjadi figur dalam setiap sesi pemotretan ataupun runway. Namun, seorang model akan dipandang melalui suara yang mewakili pemikirannya. Itu sebabnya, model sekelas Naomi Campbell, Cindy Crawford, dan Christy Turlington mampu membawa kekuatan dari seorang perempuan ke runway.
Kejujuran, kepribadian agresif, kemampuan untuk memadukan fantasi dengan realitas, dan rasa hormat mereka terhadap industri kerajinan membuat mereka dikagumi banyak orang. Melansir dari Refinery29 pada Kamis (22/3/2018), industri fashion kini telah mengalami perubahan.
Ada komunitas lain yang kini sedang naik daun. Mereka begitu berani, beragam, dan cukup tahu cara menjual pakaian. Bahwa mereka adalah transgender bukanlah intinya, namun menjadi penting.
Advertisement
Transgender Jadi Tren Industri Fashion
Sebelum menyeruak dan menjadi tren di Indonesia, model transgender sudah ramai dan memiliki tempat di dunia model internasional. Beberapa model transgender seperti Teddy Quinlivan, Leyna Bloom, Casil McArthur, Gia Garison, dan Geeena Rocera merupakan model transgender yang sukses di dunia fashion, khususnya modelling.
Mereka kerap tampil di beberapa majalah dan runway kelas dunia. Tak sekadar tampil memeragakan busana, para model transgender ini mengubah cara industri dalam memandang wanita. Mereka pun juga menunjukkan bagaimana seharusnya menjadi model.
Masing-masing model ini memiliki cara yang berbeda dan membuat mereka lebih layak dari sekadar model. Pada dasarnya, model dilekatkan dengan sifat tubuh yang berharga, diinginkan, dan indah. Ini menjadi pernyataan sekaligus menjadi pergulatan dalam diri para model itu sendiri.
Tempat bagi Model Transgender
Menjadi supermodel harus mampu mengubah runway menjadi panggung global yang mewakili apa yang terbaik dari yang mereka kenakan. Ini dapat menghasilkan sesuatu yang lebih di mana terjadi beberapa perubahan revolusioner budaya dan para model menjadi lebih vokal untuk menjaga industri fashion tetap jujur dan maju.
Beragam isu seperti ketidaksetaraan, rasial, dan pelecehan seksual yang menyerang industri fashion, membuat platform ini menjadi panggung politik. Di mana para model yang beragam memperjuangkan keadilan. Termasuk keadilan terhadap keberadaan model transgender.
Dalam beberapa musim terlihat peningkatan jumlah model transgender yang melaju di runway. Dari 12 menjadi 45 selama musim semi 2018. Hal ini menjadikan posisi model transgender semakin terlihat dan patut diperhitungkan.
Teddy Quinlivan, Leyna Bloom, Casil McArthur, Gia Garison, dan Geeena Rocera, sudah saatnya mendapat tempat dan dikenal oleh dunia, tulis Refinery29. Mereka memiliki pengalaman masing-masing soal kejujuran di industri fashion. Kehadiran mereka pun berkontribusi pada perubahan budaya yang cukup dominan.
Advertisement