Pengelasan Adalah Teknik Penyambungan Logam: Panduan Lengkap

Pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan mencairkan sebagian logam induk dan pengisi menggunakan energi panas. Pelajari teknik dan jenis las di sini.

oleh Liputan6 diperbarui 13 Nov 2024, 06:51 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2024, 06:51 WIB
pengelasan adalah
pengelasan adalah ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion
Daftar Isi

Liputan6.com, Jakarta Pengelasan merupakan salah satu teknik penyambungan logam yang paling banyak digunakan dalam industri manufaktur dan konstruksi. Metode ini melibatkan peleburan sebagian logam induk dan logam pengisi menggunakan energi panas untuk menciptakan sambungan yang kuat dan permanen. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang definisi, jenis-jenis, proses, peralatan, keselamatan, dan berbagai aspek penting lainnya terkait pengelasan.

Definisi dan Pengertian Pengelasan

Pengelasan adalah proses penyambungan dua atau lebih bahan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi menggunakan energi panas. Proses ini dapat dilakukan dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan sambungan yang kontinu dan memiliki kekuatan setara atau bahkan melebihi kekuatan logam induknya.

Menurut Deutsche Industrie Normen (DIN), pengelasan didefinisikan sebagai "ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair". Definisi ini menekankan bahwa proses pengelasan melibatkan perubahan fase logam dari padat menjadi cair, yang kemudian membentuk ikatan metalurgi saat mendingin dan memadat kembali.

Pengelasan berbeda dengan teknik penyambungan logam lainnya seperti pematrian dan penyolderan. Pada kedua teknik tersebut, logam dasar tidak ikut meleleh. Hanya logam tambahan yang memiliki titik lebur lebih rendah yang meleleh dan mengisi celah antara dua logam yang disambung. Sementara itu, dalam pengelasan, baik logam dasar maupun logam pengisi (jika digunakan) sama-sama mencair dan bercampur membentuk sambungan.

Sejarah dan Perkembangan Teknologi Pengelasan

Teknik pengelasan telah mengalami evolusi yang panjang sejak pertama kali ditemukan. Berikut adalah beberapa tonggak penting dalam sejarah perkembangan teknologi pengelasan:

  • Zaman Kuno: Teknik pengelasan primitif seperti penempaan panas (forge welding) telah digunakan sejak zaman perunggu dan besi untuk menyambung logam.
  • Abad ke-19: Penemuan busur listrik oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1800-an membuka jalan bagi pengembangan las busur listrik.
  • Awal Abad ke-20: Pengelasan oksiasetilena (las karbit) mulai digunakan secara luas. Metode ini menggunakan api dari pembakaran gas asetilena dan oksigen sebagai sumber panas.
  • 1920-an: Pengembangan las busur listrik dengan elektroda terbungkus (SMAW) oleh Oscar Kjellberg. Metode ini menjadi sangat populer karena kemudahan penggunaannya.
  • Perang Dunia II: Pengelasan menjadi teknik kunci dalam produksi kapal dan kendaraan militer secara massal. Kapal Liberty adalah contoh pertama penggunaan las secara ekstensif dalam konstruksi kapal.
  • Pasca Perang Dunia II: Pengembangan metode las modern seperti las MIG/MAG, TIG, dan las busur terendam (SAW).
  • Era Modern: Inovasi terus berlanjut dengan pengembangan las laser, las elektron beam, dan teknik las otomatis menggunakan robot.

Perkembangan teknologi pengelasan tidak hanya terbatas pada metode penyambungan, tetapi juga mencakup peningkatan dalam hal keselamatan, efisiensi, dan kualitas hasil las. Penggunaan komputer dan sensor canggih dalam proses pengelasan modern memungkinkan kontrol yang lebih presisi dan hasil yang lebih konsisten.

Jenis-jenis Pengelasan

Terdapat berbagai jenis metode pengelasan yang digunakan dalam industri, masing-masing dengan karakteristik dan aplikasi khususnya. Berikut adalah penjelasan detail mengenai beberapa jenis pengelasan yang paling umum digunakan:

1. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)

SMAW, juga dikenal sebagai las busur listrik atau las elektroda terbungkus, adalah salah satu metode pengelasan yang paling banyak digunakan. Proses ini menggunakan elektroda terbungkus yang ikut mencair dan menjadi bahan pengisi. Elektroda berfungsi sebagai kutub negatif, sementara benda kerja sebagai kutub positif. Panas yang dihasilkan berasal dari busur listrik yang terbentuk antara ujung elektroda dan permukaan logam yang akan dilas.

Keunggulan SMAW:

  • Fleksibilitas tinggi, dapat digunakan untuk berbagai jenis logam dan posisi pengelasan
  • Peralatan yang relatif sederhana dan portabel
  • Biaya operasional yang rendah
  • Cocok untuk pekerjaan lapangan dan reparasi

Keterbatasan SMAW:

  • Kecepatan pengelasan relatif lambat dibandingkan metode lain
  • Memerlukan pembersihan terak setelah pengelasan
  • Kualitas hasil las sangat bergantung pada keterampilan operator

2. Gas Metal Arc Welding (GMAW/MIG)

GMAW, atau lebih dikenal sebagai las MIG (Metal Inert Gas), menggunakan kawat las yang diumpankan secara kontinu sebagai elektroda dan bahan pengisi. Proses ini menggunakan gas pelindung seperti argon atau campuran argon-CO2 untuk melindungi area pengelasan dari kontaminasi udara. GMAW memiliki dua varian utama: MIG yang menggunakan gas inert murni, dan MAG (Metal Active Gas) yang menggunakan gas aktif atau campuran gas aktif-inert.

Keunggulan GMAW:

  • Kecepatan pengelasan tinggi
  • Dapat digunakan untuk berbagai ketebalan logam
  • Menghasilkan sambungan las yang bersih dengan minimal percikan
  • Cocok untuk otomatisasi dan robotisasi

Keterbatasan GMAW:

  • Peralatan lebih kompleks dan mahal dibandingkan SMAW
  • Sensitif terhadap angin saat digunakan di luar ruangan
  • Memerlukan pasokan gas pelindung yang kontinu

3. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW/TIG)

GTAW, atau las TIG (Tungsten Inert Gas), menggunakan elektroda tungsten yang tidak ikut mencair. Busur listrik terbentuk antara elektroda tungsten dan benda kerja, sementara bahan pengisi (jika diperlukan) diumpankan secara terpisah. Proses ini menggunakan gas pelindung inert seperti argon atau helium untuk melindungi area pengelasan.

Keunggulan GTAW:

  • Menghasilkan las berkualitas tinggi dengan presisi tinggi
  • Cocok untuk logam tipis dan logam reaktif seperti titanium dan aluminium
  • Kontrol yang sangat baik terhadap input panas
  • Dapat digunakan tanpa bahan pengisi untuk pengelasan tipis

Keterbatasan GTAW:

  • Kecepatan pengelasan relatif lambat
  • Memerlukan keterampilan operator yang tinggi
  • Biaya peralatan dan operasional yang lebih tinggi

4. Flux Cored Arc Welding (FCAW)

FCAW menggunakan elektroda tubular yang berisi flux di dalamnya. Proses ini mirip dengan GMAW, tetapi flux di dalam elektroda memberikan perlindungan tambahan terhadap kontaminasi atmosfer. FCAW dapat dilakukan dengan atau tanpa gas pelindung tambahan, tergantung pada jenis elektroda yang digunakan.

Keunggulan FCAW:

  • Kecepatan pengelasan tinggi dan produktivitas baik
  • Dapat digunakan di luar ruangan karena lebih tahan terhadap angin
  • Penetrasi yang baik, cocok untuk pengelasan posisi vertikal dan overhead

Keterbatasan FCAW:

  • Menghasilkan asap las yang lebih banyak dibandingkan GMAW
  • Memerlukan pembersihan terak setelah pengelasan
  • Biaya elektroda relatif lebih mahal

5. Submerged Arc Welding (SAW)

SAW adalah proses pengelasan di mana busur listrik dan logam cair tertutup oleh lapisan flux granular. Flux ini meleleh membentuk terak yang melindungi logam las dari kontaminasi atmosfer. Proses ini biasanya digunakan untuk pengelasan material tebal dalam posisi datar atau horizontal.

Keunggulan SAW:

  • Kecepatan deposisi logam las yang sangat tinggi
  • Kualitas las yang sangat baik dengan minimal cacat
  • Cocok untuk otomatisasi dan pengelasan kontinyu
  • Minim percikan dan radiasi busur

Keterbatasan SAW:

  • Terbatas pada posisi pengelasan datar dan horizontal
  • Memerlukan peralatan yang besar dan tidak portabel
  • Tidak cocok untuk material tipis

Proses Pengelasan: Langkah-langkah dan Teknik

Proses pengelasan melibatkan serangkaian langkah yang harus dilakukan dengan cermat untuk menghasilkan sambungan las yang berkualitas. Berikut adalah penjelasan detail mengenai langkah-langkah dan teknik dalam proses pengelasan:

1. Persiapan Material

Tahap persiapan material sangat penting untuk memastikan kualitas hasil las yang baik. Langkah-langkah yang perlu dilakukan meliputi:

  • Pembersihan permukaan: Menghilangkan kotoran, karat, cat, minyak, atau kontaminan lainnya dari permukaan yang akan dilas. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan sikat kawat, gerinda, atau pelarut kimia.
  • Pemotongan dan pembentukan: Memotong dan membentuk material sesuai dengan desain sambungan yang diinginkan.
  • Pembuatan kampuh las: Membuat bentuk kampuh las yang sesuai (misalnya V-groove, U-groove, dll.) untuk memastikan penetrasi las yang baik.
  • Pengaturan jarak: Mengatur jarak antar material yang akan disambung (root gap) sesuai dengan spesifikasi.

2. Pemilihan Parameter Pengelasan

Pemilihan parameter pengelasan yang tepat sangat mempengaruhi kualitas hasil las. Parameter yang perlu diperhatikan meliputi:

  • Arus listrik: Menentukan besarnya arus yang sesuai dengan jenis dan ketebalan material serta posisi pengelasan.
  • Voltase: Mengatur voltase busur listrik untuk mendapatkan panjang busur yang optimal.
  • Kecepatan pengelasan: Menentukan kecepatan gerak elektroda atau torch las.
  • Polaritas: Memilih polaritas yang sesuai (DCEP, DCEN, atau AC) tergantung pada jenis pengelasan dan material.
  • Jenis dan ukuran elektroda: Memilih elektroda yang sesuai dengan material dan spesifikasi pengelasan.
  • Aliran gas pelindung: Mengatur laju aliran gas pelindung (untuk proses yang menggunakan gas pelindung).

3. Pengelasan

Proses pengelasan itu sendiri melibatkan beberapa teknik dan langkah penting:

  • Penyalaan busur: Menyalakan busur listrik dengan cara yang benar, biasanya dengan metode scratch start atau lift arc.
  • Pemeliharaan busur: Menjaga panjang busur yang konsisten selama proses pengelasan.
  • Gerakan elektroda: Menggerakkan elektroda atau torch las dengan pola dan kecepatan yang sesuai. Pola gerakan bisa berupa gerakan lurus, weaving, atau oscillating tergantung pada jenis sambungan dan posisi pengelasan.
  • Pengisian kampuh: Melakukan pengisian kampuh las secara bertahap untuk sambungan yang tebal, biasanya dimulai dari root pass, hot pass, filler passes, hingga cap pass.
  • Kontrol kolam las: Memastikan kolam las (weld pool) terkontrol dengan baik, tidak terlalu besar atau kecil.
  • Pendinginan: Membiarkan hasil las mendingin secara perlahan atau menggunakan teknik pendinginan khusus jika diperlukan.

4. Pembersihan dan Inspeksi

Setelah proses pengelasan selesai, langkah selanjutnya adalah:

  • Pembersihan terak: Menghilangkan terak las menggunakan palu terak dan sikat kawat.
  • Penghalusan permukaan: Jika diperlukan, menghaluskan permukaan las menggunakan gerinda.
  • Inspeksi visual: Memeriksa hasil las secara visual untuk mendeteksi cacat las seperti undercut, overlap, porosity, atau crack.
  • Pengujian: Melakukan pengujian non-destruktif (NDT) seperti penetrant test, magnetic particle test, atau radiographic test jika diperlukan.

5. Perlakuan Pasca Pengelasan

Beberapa jenis pengelasan mungkin memerlukan perlakuan pasca pengelasan untuk meningkatkan kualitas sambungan:

  • Post Weld Heat Treatment (PWHT): Melakukan pemanasan terkontrol untuk mengurangi tegangan sisa dan memperbaiki struktur mikro.
  • Peening: Melakukan pemukulan ringan pada permukaan las untuk mengurangi tegangan sisa.
  • Stress relieving: Melakukan proses penghilangan tegangan sisa melalui pemanasan atau metode lain.

Proses pengelasan yang baik memerlukan kombinasi antara pemahaman teoritis, keterampilan praktis, dan pengalaman. Operator las yang terampil harus mampu menyesuaikan teknik dan parameter pengelasan sesuai dengan kondisi aktual di lapangan untuk menghasilkan sambungan las yang berkualitas tinggi.

Peralatan dan Perlengkapan Pengelasan

Pengelasan memerlukan berbagai peralatan dan perlengkapan khusus untuk menghasilkan sambungan yang berkualitas dan menjamin keselamatan operator. Berikut adalah penjelasan detail mengenai peralatan dan perlengkapan utama dalam pengelasan:

1. Mesin Las

Mesin las adalah peralatan utama yang menghasilkan arus listrik untuk proses pengelasan. Terdapat beberapa jenis mesin las:

  • Mesin las transformator: Menggunakan prinsip transformator untuk menghasilkan arus AC.
  • Mesin las rectifier: Mengubah arus AC menjadi DC untuk pengelasan yang memerlukan arus DC.
  • Mesin las inverter: Menggunakan teknologi inverter untuk menghasilkan arus las yang lebih stabil dan efisien.
  • Mesin las engine-driven: Menggunakan mesin bensin atau diesel untuk menghasilkan listrik, cocok untuk penggunaan di lapangan tanpa sumber listrik.

2. Elektroda dan Kawat Las

Elektroda dan kawat las berfungsi sebagai bahan pengisi dan konduktor listrik. Jenisnya bervariasi tergantung pada metode pengelasan:

  • Elektroda terbungkus: Digunakan dalam SMAW, terdiri dari inti logam dan lapisan flux.
  • Kawat las solid: Digunakan dalam GMAW, berupa kawat logam tanpa flux.
  • Kawat las tubular: Digunakan dalam FCAW, berupa kawat berongga yang berisi flux.
  • Elektroda tungsten: Digunakan dalam GTAW, tidak ikut mencair dalam proses pengelasan.

3. Pemegang Elektroda dan Torch Las

Alat yang digunakan untuk memegang elektroda atau mengalirkan arus las:

  • Pemegang elektroda (electrode holder): Digunakan dalam SMAW untuk memegang elektroda terbungkus.
  • Torch MIG/MAG: Digunakan dalam GMAW untuk mengalirkan kawat las, arus listrik, dan gas pelindung.
  • Torch TIG: Digunakan dalam GTAW, dilengkapi dengan elektroda tungsten dan saluran gas pelindung.

4. Kabel Las

Kabel las terdiri dari dua jenis:

  • Kabel elektroda: Menghubungkan mesin las dengan pemegang elektroda atau torch.
  • Kabel massa (ground): Menghubungkan mesin las dengan benda kerja untuk menutup sirkuit listrik.

5. Regulator Gas dan Flowmeter

Digunakan dalam proses pengelasan yang memerlukan gas pelindung (GMAW, GTAW) untuk mengatur tekanan dan laju aliran gas dari tabung gas ke torch las.

6. Alat Pelindung Diri (APD)

APD sangat penting untuk menjaga keselamatan operator las:

  • Helm las: Melindungi mata dan wajah dari radiasi busur las dan percikan.
  • Sarung tangan las: Melindungi tangan dari panas dan percikan las.
  • Jaket las: Melindungi tubuh bagian atas dari percikan dan radiasi panas.
  • Sepatu safety: Melindungi kaki dari benda jatuh dan percikan las.
  • Respirator: Melindungi sistem pernapasan dari asap las.

7. Alat Bantu dan Aksesori

Berbagai alat bantu dan aksesori yang diperlukan dalam proses pengelasan:

  • Sikat kawat: Untuk membersihkan permukaan las dan menghilangkan terak.
  • Palu terak: Untuk menghilangkan terak las.
  • Penjepit (clamp): Untuk menahan benda kerja dalam posisi yang tepat.
  • Gerinda tangan: Untuk mempersiapkan permukaan dan menghaluskan hasil las.
  • Mistar baja dan penggores: Untuk mengukur dan menandai benda kerja.
  • Termometer inframerah: Untuk mengukur suhu benda kerja.

8. Alat Pengukur dan Pengontrol

Alat-alat untuk mengukur dan mengontrol parameter pengelasan:

  • Ampere meter: Untuk mengukur arus las.
  • Volt meter: Untuk mengukur tegangan busur las.
  • Wire feed speed controller: Untuk mengatur kecepatan pengumpanan kawat las dalam GMAW/FCAW.

9. Alat Keselamatan Umum

Peralatan keselamatan tambahan yang harus tersedia di area pengelasan:

  • Alat pemadam api: Untuk menangani kemungkinan kebakaran.
  • Kotak P3K: Untuk penanganan pertama jika terjadi kecelakaan.
  • Tirai las: Untuk melindungi area sekitar dari radiasi busur las.
  • Sistem ventilasi: Untuk menghilangkan asap las dari area kerja.

Pemilihan dan penggunaan peralatan yang tepat sangat penting untuk menghasilkan hasil las yang berkualitas dan menjamin keselamatan operator. Perawatan rutin terhadap peralatan juga diperlukan untuk memastikan kinerja yang optimal dan memperpanjang umur pakai peralatan.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pengelasan

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang sangat penting dalam proses pengelasan. Pengelasan melibatkan berbagai risiko yang dapat membahayakan operator dan lingkungan sekitar jika tidak ditangani dengan benar. Berikut adalah penjelasan detail mengenai aspek-aspek K3 dalam pengelasan:

1. Bahaya Radiasi

Busur las menghasilkan radiasi yang dapat membahayakan mata dan kulit:

  • Radiasi ultraviolet (UV): Dapat menyebabkan "flash burn" pada mata dan kulit terbakar.
  • Radiasi inframerah (IR): Dapat menyebabkan kerusakan pada retina mata.
  • Cahaya tampak yang sangat terang: Dapat menyebabkan kelelahan mata dan sakit kepala.

Pencegahan:

  • Menggunakan helm las dengan filter yang sesuai.
  • Memakai pakaian pelindung yang menutupi seluruh kulit.
  • Memasang tirai las untuk melindungi pekerja lain di sekitar area pengelasan.

2. Bahaya Asap dan Gas

Proses pengelasan menghasilkan asap dan gas yang dapat berbahaya jika terhirup:

  • Asap las: Mengandung partikel logam dan senyawa berbahaya.
  • Gas berbahaya: Seperti ozon, nitrogen oksida, dan karbon monoksida.

Pencegahan:

  • Menggunakan sistem ventilasi yang memadai.
  • Memakai respirator atau masker dengan filter yang sesuai.
  • Memposisikan diri agar tidak langsung menghirup asap las.

3. Bahaya Listrik

Pengelasan melibatkan penggunaan arus listrik yang tinggi, yang dapat menyebabkan:

  • Sengatan listrik: Dapat menyebabkan luka bakar, kejang otot, hingga kematian.
  • Kebakaran: Akibat percikan atau arus listrik yang tidak terkontrol.

Pencegahan:

  • Memastikan semua peralatan listrik dalam kondisi baik dan terisolasi dengan benar.
  • Menggunakan sarung tangan dan sepatu isolator.
  • Menjaga area kerja tetap kering.
  • Memutus aliran listrik saat tidak digunakan.

4. Bahaya Kebakaran dan Ledakan

Panas dan percikan dari proses pengelasan dapat menyebabkan:

  • Kebakaran: Jika ada bahan mudah terbakar di sekitar area pengelasan.
  • Ledakan: Jika ada uap atau gas yang mudah terbakar.

Pencegahan:

  • Menyingkirkan semua bahan mudah terbakar dari area pengelasan.
  • Menyediakan alat pemadam api di dekat area kerja.
  • Melakukan pengecekan area setelah pengelasan untuk memastikan tidak ada api yang tersembunyi.
  • Tidak melakukan pengelasan di dekat tangki atau wadah yang berisi atau pernah berisi bahan mudah terbakar.

5. Bahaya Mekanis

Risiko cedera fisik dalam proses pengelasan meliputi:

  • Luka bakar: Dari percikan las atau kontak dengan benda panas.
  • Luka potong: Dari tepi logam yang tajam atau alat-alat yang digunakan.
  • Cedera akibat jatuh: Terutama saat bekerja di ketinggian.

Pencegahan:

  • Memakai Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap.
  • Berhati-hati dalam menangani benda kerja dan peralatan.
  • Menggunakan peralatan keselamatan kerja di ketinggian saat diperlukan.

6. Ergonomi

Postur kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan:

  • Kelelahan otot
  • Gangguan muskuloskeletal
  • Nyeri punggung dan leher

Pencegahan:

  • Mengatur posisi kerja yang nyaman dan ergonomis.
  • Melakukan peregangan secara berkala.
  • Menggunakan alat bantu untuk mengurangi beban kerja fisik.

7. Pelatihan dan Prosedur

Untuk memastikan keselamatan kerja, penting untuk:

  • Memberikan pelatihan K3 yang memadai kepada semua operator las.
  • Menyusun dan menerapkan prosedur kerja yang aman.
  • Melakukan briefing keselamatan secara rutin.
  • Memastikan semua pekerja memahami dan mematuhi aturan keselamatan.

8. Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan rutin penting untuk:

  • Mendeteksi dini masalah kesehatan terkait pekerjaan.
  • Memastikan kesesuaian kondisi kesehatan pekerja dengan tuntutan pekerjaan.
  • Melakukan evaluasi efektivitas program K3 yang diterapkan.

Penerapan prinsip-prinsip K3 dalam pengel asan tidak hanya menjadi tanggung jawab operator las, tetapi juga melibatkan seluruh tim dan manajemen. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang tepat dan membangun budaya keselamatan yang kuat, risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dalam pengelasan dapat diminimalkan secara signifikan.

Metalurgi Pengelasan

Metalurgi pengelasan adalah studi tentang perubahan struktur dan sifat logam selama proses pengelasan. Pemahaman yang baik tentang metalurgi pengelasan sangat penting untuk menghasilkan sambungan las yang berkualitas tinggi dan memiliki sifat mekanik yang diinginkan. Berikut adalah beberapa aspek penting dalam metalurgi pengelasan:

1. Siklus Termal Pengelasan

Siklus termal pengelasan mengacu pada perubahan suhu yang dialami logam selama proses pengelasan. Siklus ini terdiri dari tiga fase utama:

  • Pemanasan: Logam dipanaskan hingga mencapai suhu leleh.
  • Pendinginan cepat: Setelah busur las berlalu, logam mengalami pendinginan yang relatif cepat.
  • Pendinginan lambat: Fase akhir di mana logam kembali ke suhu kamar.

Siklus termal ini memiliki pengaruh besar terhadap struktur mikro dan sifat mekanik logam las. Laju pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan pembentukan struktur yang keras dan getas, sementara pendinginan yang terlalu lambat dapat mengakibatkan pertumbuhan butir yang berlebihan.

2. Zona Terpengaruh Panas (Heat Affected Zone - HAZ)

HAZ adalah area logam dasar yang mengalami perubahan struktur mikro akibat panas pengelasan tanpa mencapai titik leleh. HAZ dapat dibagi menjadi beberapa sub-zona:

  • Zona batas las: Area transisi antara logam las dan HAZ.
  • Zona grain growth: Area di mana butir-butir logam mengalami pertumbuhan akibat suhu tinggi.
  • Zona rekristalisasi: Area di mana terjadi pembentukan butir-butir baru.
  • Zona transformasi parsial: Area yang mengalami perubahan fase sebagian.

Sifat mekanik HAZ seringkali berbeda dari logam dasar dan logam las, dan dapat menjadi titik lemah dalam sambungan las jika tidak dikelola dengan baik.

3. Solidifikasi Logam Las

Proses solidifikasi logam las melibatkan beberapa tahap:

  • Nukleasi: Pembentukan inti kristal pada antarmuka logam cair dan padat.
  • Pertumbuhan dendrit: Pertumbuhan kristal dengan pola seperti pohon.
  • Segregasi: Pemisahan unsur paduan selama proses pembekuan.

Struktur solidifikasi yang terbentuk mempengaruhi sifat mekanik dan ketahanan korosi logam las. Faktor-faktor seperti komposisi kimia, laju pendinginan, dan gradien suhu memainkan peran penting dalam menentukan struktur akhir logam las.

4. Transformasi Fasa

Selama proses pengelasan, logam mengalami berbagai transformasi fasa yang mempengaruhi sifat akhirnya:

  • Transformasi austenit ke ferit: Terjadi pada baja karbon rendah dan sedang.
  • Pembentukan martensit: Dapat terjadi pada pendinginan cepat, menghasilkan struktur yang keras tapi getas.
  • Presipitasi karbida: Dapat meningkatkan kekuatan tapi juga dapat menyebabkan penggetasan.

Pemahaman tentang diagram fasa dan kinetika transformasi sangat penting untuk memprediksi dan mengontrol struktur mikro yang terbentuk.

5. Cacat Las dan Pencegahannya

Berbagai cacat las dapat terjadi akibat proses metalurgi yang tidak terkontrol:

  • Retak panas: Terjadi selama solidifikasi akibat tegangan termal dan segregasi unsur.
  • Retak dingin: Terjadi setelah pendinginan, sering dikaitkan dengan pembentukan martensit dan difusi hidrogen.
  • Porositas: Terbentuknya gelembung gas dalam logam las.
  • Inklusi: Terjebaknya partikel non-logam dalam logam las.

Pencegahan cacat las melibatkan kontrol yang ketat terhadap parameter pengelasan, pemilihan bahan yang tepat, dan penerapan prosedur pengelasan yang benar.

6. Pengaruh Unsur Paduan

Unsur paduan dalam logam dasar dan elektroda memiliki pengaruh signifikan terhadap sifat logam las:

  • Karbon: Meningkatkan kekuatan dan kekerasan, tapi juga meningkatkan risiko retak.
  • Mangan: Meningkatkan kekuatan dan ketangguhan.
  • Silikon: Meningkatkan fluiditas logam cair dan bertindak sebagai deoksidator.
  • Nikel: Meningkatkan ketangguhan dan ketahanan korosi.
  • Kromium: Meningkatkan ketahanan korosi dan oksidasi.

Pemilihan komposisi kimia yang tepat sangat penting untuk mencapai sifat las yang diinginkan.

7. Perlakuan Panas Pasca Pengelasan

Perlakuan panas pasca pengelasan (Post Weld Heat Treatment - PWHT) sering dilakukan untuk memperbaiki sifat sambungan las:

  • Stress relief: Mengurangi tegangan sisa akibat pengelasan.
  • Normalisasi: Memperbaiki struktur butir yang kasar.
  • Tempering: Meningkatkan keuletan dan mengurangi kekerasan berlebih.

PWHT harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari efek negatif seperti penggetasan atau penurunan kekuatan.

Aplikasi Pengelasan dalam Industri

Pengelasan memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai sektor industri. Teknik ini digunakan secara luas untuk menyambung, memperbaiki, dan memodifikasi komponen logam dalam berbagai aplikasi. Berikut adalah penjelasan detail mengenai aplikasi pengelasan dalam beberapa sektor industri utama:

1. Industri Konstruksi

Dalam industri konstruksi, pengelasan digunakan secara ekstensif untuk:

  • Pembuatan struktur baja: Gedung pencakar langit, jembatan, menara telekomunikasi, dan struktur besar lainnya.
  • Konstruksi pipa: Sistem perpipaan untuk air, minyak, dan gas.
  • Fabrikasi tangki penyimpanan: Untuk bahan bakar, air, dan bahan kimia.
  • Pembuatan rangka baja: Untuk bangunan industri dan komersial.

Pengelasan dalam konstruksi memerlukan tingkat presisi dan kekuatan yang tinggi untuk memastikan integritas struktural dan keamanan bangunan. Metode las yang umum digunakan termasuk SMAW, GMAW, dan FCAW untuk pekerjaan di lapangan, serta SAW untuk fabrikasi di bengkel.

2. Industri Otomotif

Pengelasan memainkan peran kunci dalam industri otomotif untuk:

  • Pembuatan bodi kendaraan: Menyambung panel-panel bodi.
  • Fabrikasi rangka chassis: Membentuk struktur dasar kendaraan.
  • Pembuatan sistem exhaust: Menyambung pipa dan muffler.
  • Produksi komponen mesin: Seperti crankcase dan transmission housing.

Industri otomotif sering menggunakan metode las otomatis dan robotik untuk meningkatkan efisiensi dan konsistensi. Metode las yang populer termasuk resistance spot welding untuk panel bodi, GMAW untuk chassis, dan laser welding untuk komponen presisi tinggi.

3. Industri Perkapalan

Pengelasan sangat penting dalam industri perkapalan untuk:

  • Konstruksi lambung kapal: Menyambung pelat baja untuk membentuk badan kapal.
  • Pembuatan struktur internal: Seperti sekat dan dek.
  • Instalasi sistem perpipaan: Untuk bahan bakar, air, dan sistem lainnya.
  • Fabrikasi tangki penyimpanan: Untuk bahan bakar dan air ballast.

Pengelasan dalam industri perkapalan harus memenuhi standar keselamatan dan kualitas yang sangat tinggi. Metode las yang umum digunakan termasuk SAW untuk pelat tebal, FCAW untuk pekerjaan di luar ruangan, dan GTAW untuk pipa dan komponen kritis.

4. Industri Minyak dan Gas

Dalam industri minyak dan gas, pengelasan digunakan untuk:

  • Konstruksi pipa transmisi: Untuk transportasi minyak dan gas jarak jauh.
  • Fabrikasi tangki penyimpanan: Untuk minyak mentah dan produk olahan.
  • Pembuatan struktur offshore: Platform pengeboran dan produksi.
  • Pembuatan peralatan proses: Seperti heat exchanger dan pressure vessel.

Pengelasan dalam industri ini memerlukan tingkat ketelitian dan kualitas yang sangat tinggi karena berurusan dengan bahan yang mudah terbakar dan berbahaya. Metode las yang sering digunakan termasuk SMAW dan GTAW untuk pipa, serta SAW untuk fabrikasi tangki dan vessel.

5. Industri Aerospace

Dalam industri aerospace, pengelasan digunakan untuk:

  • Pembuatan struktur pesawat: Seperti sayap dan badan pesawat.
  • Fabrikasi komponen mesin jet: Termasuk casing dan turbine blades.
  • Pembuatan roket dan spacecraft: Untuk struktur dan tangki bahan bakar.
  • Reparasi dan perawatan: Perbaikan komponen pesawat dan mesin.

Pengelasan dalam industri aerospace memerlukan tingkat presisi yang sangat tinggi dan sering menggunakan material khusus seperti titanium dan paduan nikel. Metode las yang umum digunakan termasuk GTAW untuk komponen presisi tinggi, electron beam welding untuk material tebal, dan laser welding untuk komponen tipis.

6. Industri Kereta Api

Pengelasan dalam industri kereta api digunakan untuk:

  • Pembuatan bodi gerbong: Menyambung panel dan struktur.
  • Konstruksi rangka bogie: Untuk sistem suspensi kereta.
  • Fabrikasi rel: Menyambung segmen-segmen rel.
  • Pembuatan komponen lokomotif: Termasuk rangka dan sistem penggerak.

Industri kereta api memerlukan pengelasan yang kuat dan tahan lama untuk menahan beban dan getaran yang konstan. Metode las yang sering digunakan termasuk GMAW untuk bodi gerbong, SAW untuk rel, dan FCAW untuk pekerjaan di lapangan.

7. Industri Energi

Dalam industri energi, pengelasan digunakan untuk:

  • Konstruksi pembangkit listrik: Termasuk boiler dan turbin.
  • Fabrikasi kincir angin: Untuk energi angin.
  • Pembuatan panel surya: Untuk energi matahari.
  • Konstruksi reaktor nuklir: Untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.

Pengelasan dalam industri energi sering melibatkan material khusus dan harus memenuhi standar keselamatan yang sangat ketat. Metode las yang umum digunakan termasuk GTAW untuk komponen kritis, SMAW untuk pekerjaan lapangan, dan metode las otomatis untuk produksi massal.

Standar dan Kualifikasi dalam Pengelasan

Standar dan kualifikasi dalam pengelasan sangat penting untuk memastikan kualitas, keandalan, dan keselamatan hasil pengelasan. Berbagai organisasi internasional dan nasional telah mengembangkan standar yang komprehensif untuk mengatur praktik pengelasan. Berikut adalah penjelasan detail mengenai aspek-aspek penting dalam standar dan kualifikasi pengelasan:

1. Standar Internasional

Beberapa standar internasional yang paling berpengaruh dalam industri pengelasan meliputi:

  • ISO 3834: Standar untuk persyaratan kualitas pengelasan fusion logam.
  • AWS D1.1: Standar untuk pengelasan struktur baja dari American Welding Society.
  • ASME BPVC Section IX: Standar untuk kualifikasi pengelasan dan brazing dari American Society of Mechanical Engineers.
  • EN ISO 15614: Standar Eropa untuk spesifikasi dan kualifikasi prosedur pengelasan.

Standar-standar ini mencakup berbagai aspek pengelasan, termasuk prosedur, kualifikasi personel, inspeksi, dan pengujian. Kepatuhan terhadap standar ini sering kali menjadi persyaratan dalam kontrak dan regulasi industri.

2. Welding Procedure Specification (WPS)

WPS adalah dokumen yang menjelaskan secara rinci prosedur pengelasan yang harus diikuti untuk suatu pekerjaan tertentu. WPS mencakup informasi seperti:

  • Metode pengelasan yang digunakan
  • Jenis dan ukuran elektroda atau filler metal
  • Parameter pengelasan (arus, voltase, kecepatan pengelasan)
  • Posisi pengelasan
  • Preheat dan interpass temperature
  • Post-weld heat treatment (jika diperlukan)

WPS harus dikualifikasi melalui pengujian untuk memastikan bahwa prosedur tersebut menghasilkan sambungan las yang memenuhi persyaratan kualitas yang ditentukan.

3. Kualifikasi Welder

Kualifikasi welder adalah proses untuk memastikan bahwa seorang operator las memiliki keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan pengelasan sesuai dengan standar yang ditentukan. Proses kualifikasi biasanya melibatkan:

  • Tes praktik: Welder melakukan pengelasan sesuai dengan WPS tertentu.
  • Pengujian hasil las: Sambungan las yang dihasilkan diuji secara visual dan mekanis.
  • Evaluasi keterampilan: Penilaian terhadap teknik dan kemampuan welder.

Kualifikasi welder biasanya berlaku untuk jangka waktu tertentu dan mungkin perlu diperbarui secara berkala.

4. Inspeksi dan Pengujian

Inspeksi dan pengujian adalah bagian integral dari proses pengelasan untuk memastikan kualitas hasil las. Metode inspeksi dan pengujian yang umum digunakan meliputi:

  • Inspeksi visual: Pemeriksaan visual terhadap hasil las untuk mendeteksi cacat permukaan.
  • Non-Destructive Testing (NDT): Seperti radiografi, ultrasonik, dan penetrant testing untuk mendeteksi cacat internal.
  • Destructive Testing: Seperti uji tarik, uji tekuk, dan uji impak untuk mengevaluasi sifat mekanik sambungan las.

Standar pengelasan biasanya menentukan jenis dan frekuensi inspeksi dan pengujian yang diperlukan untuk berbagai aplikasi.

5. Sertifikasi Perusahaan

Banyak industri memerlukan perusahaan pengelasan untuk memperoleh sertifikasi yang menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi standar kualitas tertentu. Contoh sertifikasi perusahaan meliputi:

  • ISO 3834: Sertifikasi untuk sistem manajemen kualitas pengelasan.
  • AWS Certified Welding Fabricator: Sertifikasi dari American Welding Society untuk fabricator.
  • ASME Certification: Sertifikasi untuk fabrikasi komponen yang diatur oleh ASME Boiler and Pressure Vessel Code.

Sertifikasi ini melibatkan audit terhadap sistem manajemen kualitas, fasilitas, personel, dan prosedur perusahaan.

6. Kualifikasi Prosedur Pengelasan

Kualifikasi prosedur pengelasan, atau Procedure Qualification Record (PQR), adalah proses untuk memvalidasi bahwa WPS yang diusulkan dapat menghasilkan sambungan las yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Proses ini melibatkan:

  • Pembuatan sampel las sesuai dengan WPS yang diusulkan.
  • Pengujian sampel las, termasuk uji mekanik dan metalografi.
  • Dokumentasi hasil pengujian dan parameter pengelasan yang digunakan.

PQR yang berhasil menjadi dasar untuk penggunaan WPS dalam produksi.

7. Standar Material

Standar material adalah penting dalam pengelasan karena menentukan komposisi kimia, sifat mekanik, dan karakteristik lain dari logam yang dilas. Beberapa standar material yang umum digunakan dalam industri pengelasan meliputi:

  • ASTM Standards: Untuk berbagai jenis baja, aluminium, dan logam lainnya.
  • API Standards: Khusus untuk industri minyak dan gas.
  • EN Standards: Standar Eropa untuk berbagai jenis material.

Pemahaman dan kepatuhan terhadap standar material sangat penting untuk memastikan kompatibilitas antara logam dasar dan bahan pengisi las.

Inovasi dan Tren Terkini dalam Pengelasan

Industri pengelasan terus berkembang dengan adanya inovasi teknologi dan tuntutan untuk efisiensi yang lebih tinggi, kualitas yang lebih baik, dan dampak lingkungan yang lebih rendah. Berikut adalah beberapa inovasi dan tren terkini dalam dunia pengelasan:

1. Pengelasan Laser dan Electron Beam

Pengelasan laser dan electron beam menjadi semakin populer karena kemampuannya untuk menghasilkan sambungan presisi tinggi dengan distorsi minimal. Keunggulan teknologi ini meliputi:

  • Konsentrasi energi yang sangat tinggi, memungkinkan pengelasan material tebal dengan satu pass.
  • Zona terpengaruh panas (HAZ) yang sangat kecil, mengurangi distorsi dan perubahan sifat material.
  • Kecepatan pengelasan yang tinggi, meningkatkan produktivitas.
  • Kemampuan untuk mengelas material yang sulit seperti titanium dan paduan nikel.

Aplikasi teknologi ini semakin luas, terutama dalam industri aerospace, otomotif, dan elektronik.

2. Pengelasan Friction Stir

Friction Stir Welding (FSW) adalah proses pengelasan solid-state yang menggunakan panas gesekan dan deformasi plastis untuk menyambung material. Keunggulan FSW meliputi:

  • Kemampuan untuk mengelas material yang sulit dilas dengan metode fusion, seperti aluminium seri 7xxx.
  • Distorsi dan tegangan sisa yang rendah karena tidak ada peleburan material.
  • Kualitas las yang sangat baik dengan sedikit cacat.
  • Ramah lingkungan karena tidak menggunakan gas pelindung atau filler metal.

FSW semakin banyak digunakan dalam industri aerospace, kereta api, dan otomotif.

3. Pengelasan Hybrid

Pengelasan hybrid menggabungkan dua atau lebih proses pengelasan untuk memanfaatkan kelebihan masing-masing metode. Contoh yang populer adalah laser-arc hybrid welding, yang menggabungkan pengelasan laser dengan GMAW. Keuntungan pengelasan hybrid meliputi:

  • Peningkatan kecepatan pengelasan dan produktivitas.
  • Peningkatan penetrasi dan kualitas las.
  • Fleksibilitas dalam menangani berbagai jenis dan ketebalan material.

Teknologi ini semakin banyak digunakan dalam industri perkapalan dan konstruksi baja.

4. Otomatisasi dan Robotika

Penggunaan robot dan sistem otomatis dalam pengelasan terus meningkat, didorong oleh kebutuhan akan konsistensi, produktivitas, dan kualitas yang lebih tinggi. Perkembangan dalam bidang ini meliputi:

  • Robot las dengan sensor adaptif yang dapat menyesuaikan parameter pengelasan secara real-time.
  • Sistem vision untuk pendeteksian dan pelacakan sambungan las secara otomatis.
  • Integrasi dengan sistem CAD/CAM untuk perencanaan dan pemrograman pengelasan yang lebih efisien.
  • Penggunaan cobots (collaborative robots) yang dapat bekerja bersama operator manusia.

Otomatisasi tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil di industri pengelasan.

5. Additive Manufacturing dengan Pengelasan

Additive manufacturing atau 3D printing dengan menggunakan teknologi pengelasan semakin berkembang. Metode ini, yang juga dikenal sebagai Wire Arc Additive Manufacturing (WAAM), memiliki beberapa keunggulan:

  • Kemampuan untuk membuat komponen besar dengan geometri kompleks.
  • Pengurangan waktu dan biaya produksi untuk komponen tertentu.
  • Fleksibilitas dalam penggunaan berbagai jenis material logam.
  • Pengurangan pemborosan material dibandingkan dengan metode subtraktif tradisional.

WAAM semakin banyak digunakan dalam industri aerospace, maritim, dan energi untuk pembuatan komponen besar dan kompleks.

6. Pengelasan Berbasis AI dan Machine Learning

Integrasi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning dalam proses pengelasan membuka peluang baru untuk optimasi dan kontrol kualitas. Aplikasi teknologi ini meliputi:

  • Sistem prediktif untuk mengoptimalkan parameter pengelasan berdasarkan data historis.
  • Deteksi cacat real-time menggunakan analisis gambar dan sensor.
  • Pemeliharaan prediktif untuk peralatan pengelasan.
  • Optimasi jalur pengelasan untuk komponen kompleks.

Penggunaan AI dan machine learning membantu meningkatkan efisiensi, mengurangi cacat, dan meningkatkan konsistensi kualitas las.

7. Pengembangan Material Baru

Inovasi dalam pengembangan material terus mendorong evolusi teknologi pengelasan. Beberapa tren dalam pengembangan material meliputi:

  • Baja kekuatan tinggi untuk aplikasi struktural yang lebih ringan dan kuat.
  • Paduan aluminium-lithium untuk industri aerospace.
  • Material komposit logam-matriks untuk aplikasi khusus.
  • Pengembangan filler metal dengan sifat khusus untuk meningkatkan performa las.

Pengembangan material baru ini memerlukan adaptasi dan inovasi dalam teknik pengelasan untuk mengoptimalkan kinerja sambungan.

Kesimpulan

Pengelasan adalah teknik penyambungan logam yang sangat penting dalam berbagai industri, mulai dari konstruksi hingga aerospace. Pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip metalurgi, teknik pengelasan, dan standar kualitas sangat penting untuk menghasilkan sambungan las yang kuat, andal, dan aman. Dengan perkembangan teknologi yang terus berlanjut, industri pengelasan terus mengalami inovasi yang meningkatkan efisiensi, kualitas, dan aplikasi pengelasan dalam berbagai bidang. Penguasaan teknik pengelasan yang baik, disertai dengan penerapan standar keselamatan dan kualitas yang ketat, akan terus menjadi kunci dalam memenuhi tuntutan industri modern yang semakin kompleks.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya