Mahkamah Agung adalah Pengadilan Tertinggi di Indonesia: Fungsi, Wewenang, dan Struktur

Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di Indonesia. Pelajari fungsi, wewenang, dan struktur MA sebagai puncak sistem peradilan nasional.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 22 Feb 2025, 12:13 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2024, 10:13 WIB
mahkamah agung adalah pengadilan
mahkamah agung adalah pengadilan ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion... Selengkapnya

Definisi dan Kedudukan Mahkamah Agung

Liputan6.com, Jakarta Mahkamah Agung (MA) merupakan lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. MA berkedudukan sebagai pengadilan negara tertinggi dari badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara.

Sebagai pengadilan negara tertinggi, MA memiliki fungsi peradilan, fungsi pengawasan, fungsi mengatur, fungsi nasehat, dan fungsi administratif. Dalam menjalankan fungsinya, MA berpedoman pada asas penyelenggaraan kekuasaan kehakiman, yaitu peradilan dilakukan "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". Asas ini menegaskan bahwa peradilan dilakukan semata-mata untuk menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, sehingga putusan pengadilan harus mencerminkan rasa keadilan bagi rakyat Indonesia.

MA berperan penting dalam menjaga independensi kekuasaan kehakiman dari intervensi kekuasaan lainnya. Hal ini sesuai dengan prinsip pemisahan kekuasaan dan checks and balances dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Dengan kedudukannya yang tinggi dan independen, MA diharapkan dapat menjalankan fungsinya secara optimal dalam menegakkan hukum dan keadilan, serta mengawal reformasi peradilan di Indonesia.

Sejarah Pembentukan Mahkamah Agung di Indonesia

Sejarah pembentukan Mahkamah Agung di Indonesia memiliki akar yang panjang, dimulai sejak masa penjajahan Belanda. Pada masa itu, lembaga peradilan tertinggi dikenal dengan nama Hooggerechtshof van Nederlands-Indie yang didirikan pada tahun 1842. Setelah kemerdekaan Indonesia, lembaga ini bertransformasi menjadi Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Berikut adalah tonggak-tonggak penting dalam sejarah pembentukan dan perkembangan Mahkamah Agung:

  • 1945: Pembentukan Mahkamah Agung berdasarkan Pasal 24 UUD 1945.
  • 1950: Penerbitan Undang-Undang Darurat No. 1 Tahun 1950 tentang Susunan, Kekuasaan dan Jalan Pengadilan Mahkamah Agung Indonesia.
  • 1965: Pengesahan UU No. 19 Tahun 1964 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang memperkuat kedudukan MA.
  • 1970: Penerbitan UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman yang semakin memantapkan posisi MA.
  • 1985: Pengesahan UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang mengatur secara khusus tentang MA.
  • 2004: Amandemen UU MA melalui UU No. 5 Tahun 2004 yang memperkuat independensi MA.
  • 2009: Penerbitan UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Sepanjang sejarahnya, Mahkamah Agung telah mengalami berbagai perubahan dan penyempurnaan untuk memperkuat perannya sebagai penjaga keadilan tertinggi di Indonesia. Reformasi peradilan yang terus dilakukan bertujuan untuk meningkatkan integritas, transparansi, dan akuntabilitas lembaga peradilan, termasuk Mahkamah Agung.

Fungsi dan Wewenang Mahkamah Agung

Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan tertinggi di Indonesia memiliki beragam fungsi dan wewenang yang krusial dalam sistem hukum nasional. Berikut adalah penjabaran rinci mengenai fungsi dan wewenang Mahkamah Agung:

1. Fungsi Peradilan

Sebagai pengadilan negara tertinggi, Mahkamah Agung berfungsi untuk:

  • Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawahnya, kecuali undang-undang menentukan lain.
  • Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang (judicial review).
  • Memutus sengketa tentang kewenangan mengadili antar lingkungan peradilan.
  • Memutus permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2. Fungsi Pengawasan

Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan dalam menjalankan kekuasaan kehakiman. Pengawasan ini mencakup:

  • Pengawasan terhadap jalannya peradilan.
  • Pengawasan terhadap perilaku hakim.
  • Pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pengadilan.

3. Fungsi Mengatur

Mahkamah Agung berwenang membuat peraturan sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan. Fungsi ini meliputi:

  • Membuat peraturan pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum acara.
  • Membuat surat edaran atau instruksi internal dalam rangka kelancaran penyelenggaraan peradilan.

4. Fungsi Nasehat

Mahkamah Agung dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada lembaga tinggi negara lain. Fungsi ini mencakup:

  • Memberikan pertimbangan hukum kepada Presiden dalam hal permohonan grasi dan rehabilitasi.
  • Memberikan pertimbangan hukum kepada lembaga negara lainnya jika diminta.

5. Fungsi Administratif

Mahkamah Agung berwenang mengatur organisasi, administrasi, dan keuangan badan peradilan yang berada di bawahnya. Fungsi ini meliputi:

  • Mengatur tata kerja dan administrasi pengadilan.
  • Mengatur pengelolaan keuangan badan peradilan.
  • Mengatur pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan peradilan.

Dengan fungsi dan wewenang yang luas ini, Mahkamah Agung memiliki peran sentral dalam menjaga tegaknya hukum dan keadilan di Indonesia. Pelaksanaan fungsi dan wewenang ini harus dilakukan secara independen, transparan, dan akuntabel untuk menjamin kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan tertinggi ini.

Struktur Organisasi Mahkamah Agung

Struktur organisasi Mahkamah Agung dirancang untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai lembaga peradilan tertinggi di Indonesia. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai struktur organisasi Mahkamah Agung:

1. Pimpinan Mahkamah Agung

Pimpinan Mahkamah Agung terdiri dari:

  • Ketua Mahkamah Agung
  • Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial
  • Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Non-Yudisial

Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung, kemudian diangkat oleh Presiden.

2. Hakim Agung

Hakim Agung adalah hakim pada Mahkamah Agung yang melaksanakan fungsi peradilan. Hakim Agung dikelompokkan dalam kamar-kamar, yaitu:

  • Kamar Perdata
  • Kamar Pidana
  • Kamar Agama
  • Kamar Militer
  • Kamar Tata Usaha Negara

3. Kepaniteraan Mahkamah Agung

Kepaniteraan Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang Panitera yang dibantu oleh beberapa Panitera Muda. Struktur Kepaniteraan meliputi:

  • Panitera
  • Panitera Muda Perdata
  • Panitera Muda Pidana
  • Panitera Muda Agama
  • Panitera Muda Militer
  • Panitera Muda Tata Usaha Negara

4. Sekretariat Mahkamah Agung

Sekretariat Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang Sekretaris yang bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas kesekretariatan. Struktur Sekretariat meliputi:

  • Sekretaris Mahkamah Agung
  • Biro Perencanaan dan Organisasi
  • Biro Kepegawaian
  • Biro Keuangan
  • Biro Perlengkapan
  • Biro Hukum dan Humas

5. Badan-badan di bawah Mahkamah Agung

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya, Mahkamah Agung memiliki beberapa badan, yaitu:

  • Badan Pengawasan
  • Badan Penelitian dan Pengembangan & Pendidikan dan Pelatihan Hukum dan Peradilan
  • Badan Urusan Administrasi

6. Pengadilan-pengadilan di bawah Mahkamah Agung

Mahkamah Agung membawahi empat lingkungan peradilan, yaitu:

  • Peradilan Umum
  • Peradilan Agama
  • Peradilan Militer
  • Peradilan Tata Usaha Negara

Setiap lingkungan peradilan memiliki struktur hierarkis yang terdiri dari pengadilan tingkat pertama, pengadilan tingkat banding, dan Mahkamah Agung sebagai pengadilan tingkat kasasi.

Struktur organisasi yang kompleks ini dirancang untuk memastikan Mahkamah Agung dapat menjalankan fungsi dan wewenangnya secara efektif dan efisien. Setiap bagian dalam struktur ini memiliki peran dan tanggung jawab spesifik yang berkontribusi pada pencapaian tujuan Mahkamah Agung sebagai lembaga peradilan tertinggi di Indonesia.

Proses Pengambilan Keputusan di Mahkamah Agung

Proses pengambilan keputusan di Mahkamah Agung merupakan tahapan krusial dalam sistem peradilan Indonesia. Sebagai pengadilan tertinggi, keputusan Mahkamah Agung memiliki dampak signifikan terhadap penegakan hukum dan keadilan di negara ini. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai proses pengambilan keputusan di Mahkamah Agung:

1. Penerimaan Perkara

Proses dimulai dengan penerimaan perkara oleh Mahkamah Agung. Perkara yang diterima dapat berupa:

  • Permohonan kasasi
  • Permohonan peninjauan kembali
  • Permohonan hak uji materiil
  • Sengketa kewenangan mengadili

2. Registrasi Perkara

Setelah perkara diterima, dilakukan registrasi perkara oleh Kepaniteraan Mahkamah Agung. Perkara diberi nomor register dan dicatat dalam sistem administrasi perkara.

3. Distribusi Perkara

Perkara yang telah diregistrasi kemudian didistribusikan ke kamar-kamar yang sesuai dengan jenis perkaranya (perdata, pidana, agama, militer, atau tata usaha negara). Ketua Kamar akan menunjuk Majelis Hakim yang akan menangani perkara tersebut.

4. Pemeriksaan Berkas Perkara

Majelis Hakim yang ditunjuk akan memeriksa berkas perkara secara menyeluruh. Pemeriksaan ini meliputi:

  • Kelengkapan formal berkas perkara
  • Substansi perkara
  • Pertimbangan hukum pengadilan tingkat sebelumnya

5. Musyawarah Majelis Hakim

Setelah pemeriksaan berkas selesai, Majelis Hakim akan melakukan musyawarah untuk membahas perkara tersebut. Dalam musyawarah ini, setiap hakim anggota majelis akan menyampaikan pendapatnya.

6. Pengambilan Keputusan

Keputusan diambil berdasarkan musyawarah mufakat. Jika tidak tercapai mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. Dalam hal terjadi dissenting opinion (pendapat berbeda), pendapat tersebut akan dicantumkan dalam putusan.

7. Penyusunan Putusan

Setelah keputusan diambil, Majelis Hakim akan menyusun putusan yang memuat:

  • Identitas para pihak
  • Ringkasan perkara
  • Pertimbangan hukum
  • Amar putusan

8. Pengucapan Putusan

Putusan yang telah disusun kemudian diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Meskipun sidang pengucapan putusan di Mahkamah Agung biasanya tidak dihadiri oleh para pihak, namun tetap bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik.

9. Pemberitahuan Putusan

Setelah putusan diucapkan, salinan putusan akan dikirimkan kepada para pihak melalui pengadilan pengaju. Putusan Mahkamah Agung juga akan dipublikasikan melalui website resmi Mahkamah Agung untuk memenuhi prinsip keterbukaan informasi publik.

10. Pelaksanaan Putusan

Putusan Mahkamah Agung bersifat final dan mengikat. Pelaksanaan putusan akan dilakukan oleh pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara tersebut.

Proses pengambilan keputusan di Mahkamah Agung ini dirancang untuk menjamin objektivitas, keadilan, dan kepastian hukum. Setiap tahapan dalam proses ini memiliki peran penting dalam memastikan bahwa keputusan yang diambil telah melalui pertimbangan yang matang dan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku.

Tantangan dan Reformasi Mahkamah Agung

Mahkamah Agung, sebagai lembaga peradilan tertinggi di Indonesia, menghadapi berbagai tantangan dalam upayanya menegakkan hukum dan keadilan. Bersamaan dengan itu, berbagai upaya reformasi terus dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan integritas lembaga ini. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai tantangan yang dihadapi dan upaya reformasi yang dilakukan oleh Mahkamah Agung:

Tantangan yang Dihadapi Mahkamah Agung

  1. Penumpukan Perkara

    Mahkamah Agung menghadapi masalah serius terkait penumpukan perkara. Jumlah perkara yang masuk setiap tahunnya jauh melebihi kapasitas penanganan, menyebabkan penumpukan dan keterlambatan dalam penyelesaian perkara.

  2. Integritas dan Profesionalisme

    Isu integritas dan profesionalisme masih menjadi tantangan bagi Mahkamah Agung. Kasus-kasus suap dan pelanggaran kode etik oleh aparat peradilan, termasuk hakim, masih sering terjadi.

  3. Transparansi dan Akuntabilitas

    Meskipun telah ada upaya peningkatan, transparansi dan akuntabilitas dalam proses peradilan masih perlu ditingkatkan untuk membangun kepercayaan publik terhadap lembaga peradilan.

  4. Konsistensi Putusan

    Inkonsistensi dalam putusan-putusan Mahkamah Agung sering menjadi sorotan. Putusan yang berbeda-beda untuk kasus serupa menimbulkan ketidakpastian hukum.

  5. Aksesibilitas Keadilan

    Masih ada kesenjangan dalam akses terhadap keadilan, terutama bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. Biaya perkara yang tinggi dan proses yang panjang menjadi hambatan bagi sebagian masyarakat untuk mencari keadilan.

  6. Modernisasi Sistem

    Kebutuhan untuk modernisasi sistem administrasi dan manajemen perkara menjadi tantangan tersendiri, mengingat besarnya skala operasi Mahkamah Agung.

Upaya Reformasi Mahkamah Agung

  1. Reformasi Birokrasi

    Mahkamah Agung telah menerapkan program reformasi birokrasi yang mencakup perbaikan sistem manajemen, peningkatan kualitas pelayanan publik, dan penguatan pengawasan.

  2. Penerapan Teknologi Informasi

    Implementasi sistem informasi manajemen perkara berbasis teknologi informasi (e-court) untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi penanganan perkara.

  3. Penguatan Sistem Pengawasan

    Penguatan fungsi pengawasan internal dan eksternal, termasuk kerja sama dengan Komisi Yudisial, untuk meningkatkan integritas dan profesionalisme aparat peradilan.

  4. Peningkatan Kapasitas SDM

    Program peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan bagi hakim dan aparat peradilan.

  5. Penyederhanaan Proses Peradilan

    Upaya penyederhanaan proses peradilan, termasuk penerapan small claim court dan mediasi, untuk mengurangi penumpukan perkara.

  6. Peningkatan Transparansi

    Publikasi putusan pengadilan secara online dan peningkatan akses publik terhadap informasi peradilan untuk meningkatkan transparansi.

  7. Revisi Peraturan dan Kebijakan

    Revisi berbagai peraturan dan kebijakan internal untuk mendukung reformasi peradilan, termasuk perbaikan sistem promosi dan mutasi hakim.

  8. Kerja Sama Internasional

    Menjalin kerja sama dengan lembaga peradilan internasional dan lembaga donor untuk mendukung program reformasi peradilan.

Tantangan yang dihadapi Mahkamah Agung memang kompleks dan membutuhkan upaya berkelanjutan untuk mengatasinya. Namun, dengan komitmen yang kuat untuk melakukan reformasi, diharapkan Mahkamah Agung dapat terus meningkatkan kinerjanya dalam menegakkan hukum dan keadilan di Indonesia. Keberhasilan reformasi Mahkamah Agung akan berdampak signifikan pada peningkatan kepercayaan publik terhadap sistem peradilan dan penegakan hukum di negara ini.

Peran Mahkamah Agung dalam Sistem Hukum Indonesia

Mahkamah Agung memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam sistem hukum Indonesia. Sebagai lembaga peradilan tertinggi, Mahkamah Agung tidak hanya berfungsi sebagai pengadilan tingkat akhir, tetapi juga memiliki peran yang lebih luas dalam membentuk dan mengembangkan hukum di Indonesia. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai peran Mahkamah Agung dalam sistem hukum Indonesia:

1. Penegakan Hukum dan Keadilan

Mahkamah Agung berperan sebagai benteng terakhir dalam penegakan hukum dan keadilan di Indonesia. Melalui putusan-putusannya, Mahkamah Agung memastikan bahwa hukum diterapkan secara adil dan konsisten di seluruh wilayah Indonesia. Peran ini mencakup:

  • Memeriksa dan memutus perkara pada tingkat kasasi
  • Menyelesaikan sengketa kewenangan mengadili antar lingkungan peradilan
  • Memutus permohonan peninjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

2. Pembentukan Hukum melalui Yurisprudensi

Putusan Mahkamah Agung, terutama yang bersifat landmark decision, berperan penting dalam pembentukan hukum di Indonesia. Yurisprudensi yang dihasilkan oleh Mahkamah Agung menjadi sumber hukum yang penting dan sering dijadikan acuan oleh pengadilan-pengadilan di bawahnya dalam memutus perkara serupa. Peran ini meliputi:

  • Menciptakan konsistensi dalam penerapan hukum
  • Mengisi kekosongan hukum
  • Memberikan interpretasi terhadap ketentuan hukum yang belum jelas

3. Pengawasan terhadap Peradilan di Bawahnya

Mahkamah Agung memiliki fungsi pengawasan terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawahnya. Peran pengawasan ini penting untuk menjaga integritas dan profesionalisme dalam sistem peradilan. Aspek-aspek pengawasan meliputi:

  • Pengawasan terhadap teknis yudisial
  • Pengawasan terhadap perilaku hakim
  • Pengawasan terhadap administrasi peradilan

4. Pembinaan Hukum Nasional

Mahkamah Agung berperan dalam pembinaan hukum nasional melalui berbagai kebijakan dan program. Peran ini mencakup:

  • Menerbitkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) dan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) untuk mengisi kekosongan hukum atau memberikan pedoman dalam penerapan hukum
  • Melakukan penelitian dan pengembangan hukum
  • Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi hakim dan aparat peradilan

5. Judicial Review terhadap Peraturan di Bawah Undang-Undang

Mahkamah Agung memiliki kewenangan untuk melakukan uji materiil terhadap peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang. Peran ini penting dalam menjaga harmonisasi dan konsistensi sistem hukum di Indonesia.

6. Pemberian Pertimbangan Hukum

Mahkamah Agung dapat memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang hukum kepada lembaga tinggi negara lainnya. Peran ini meliputi:

  • Memberikan pertimbangan hukum kepada Presiden dalam hal permohonan grasi dan rehabilitasi
  • Memberikan nasihat hukum kepada lembaga negara lain jika diminta

7. Reformasi Peradilan

Mahkamah Agung memimpin upaya reformasi peradilan di Indonesia. Peran ini mencakup:

  • Merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan reformasi peradilan
  • Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sistem peradilan
  • Mengembangkan sistem peradilan yang modern dan efisien

8. Menjaga Independensi Kekuasaan Kehakiman

Sebagai puncak kekuasaan kehakiman, Mahkamah Agung berperan penting dalam menjaga independensi kekuasaan kehakiman dari intervensi kekuasaan lainnya. Hal ini penting untuk menjamin tegaknya prinsip negara hukum dan demokrasi di Indonesia.

Peran Mahkamah Agung dalam sistem hukum Indonesia sangatlah kompleks dan multidimensi. Sebagai lembaga peradilan tertinggi, Mahkamah Agung tidak hanya berfungsi sebagai pengadilan kasasi, tetapi juga memiliki peran yang lebih luas dalam membentuk, mengembangkan, dan menegakkan hukum di Indonesia. Keberhasilan Mahkamah Agung dalam menjalankan peran-peran ini akan sangat menentukan kualitas penegakan hukum dan keadilan di Indonesia secara keseluruhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya