Biduran Itu Apa: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Biduran atau urtikaria adalah reaksi kulit berupa bentol gatal dan kemerahan. Pelajari penyebab, gejala, dan cara mengatasinya di sini.

oleh Tyas Titi Kinapti Diperbarui 15 Feb 2025, 19:09 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2025, 19:09 WIB
biduran itu apa
biduran itu apa ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Biduran atau yang dalam istilah medis disebut urtikaria merupakan reaksi pada kulit yang ditandai dengan munculnya bentol-bentol berwarna kemerahan disertai rasa gatal. Kondisi ini dapat muncul di berbagai area tubuh dan seringkali terjadi secara tiba-tiba. Meski umumnya tidak berbahaya, biduran dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu biduran, penyebabnya, gejalanya, serta cara mengatasinya.

Promosi 1

Definisi Biduran

Biduran adalah reaksi kulit yang ditandai dengan munculnya bentol atau ruam berwarna kemerahan yang disertai rasa gatal. Bentol-bentol ini dapat muncul di berbagai bagian tubuh seperti wajah, lengan, kaki, atau area tubuh lainnya. Ukuran dan bentuk bentol biduran bisa bervariasi, mulai dari kecil hingga besar dan dapat bergabung membentuk area yang lebih luas.

Secara medis, biduran disebut juga dengan istilah urtikaria atau kaligata. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel kulit melepaskan histamin dan zat kimia lainnya ke dalam darah sebagai respons terhadap alergen atau pemicu lainnya. Pelepasan histamin inilah yang menyebabkan pembuluh darah di kulit melebar dan mengakibatkan munculnya bentol serta rasa gatal.

Biduran dapat dikategorikan menjadi dua jenis berdasarkan durasi terjadinya:

  • Biduran akut: Terjadi kurang dari 6 minggu
  • Biduran kronis: Berlangsung lebih dari 6 minggu atau terjadi berulang selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun

Selain itu, ada juga jenis biduran yang disebut biduran fisik atau biduran yang dapat diinduksi. Jenis ini biasanya muncul dalam waktu 1 jam setelah terpapar pemicu seperti suhu ekstrem, tekanan pada kulit, atau aktivitas fisik tertentu.

Penyebab Biduran

Biduran terjadi ketika sel-sel kulit melepaskan histamin dan zat kimia lainnya ke dalam aliran darah. Pelepasan ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Berikut adalah beberapa penyebab umum terjadinya biduran:

1. Alergi

Reaksi alergi merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya biduran. Beberapa alergen yang dapat memicu biduran antara lain:

  • Makanan: Kacang-kacangan, telur, susu, makanan laut, cokelat, dan buah-buahan tertentu
  • Obat-obatan: Antibiotik, aspirin, dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID)
  • Alergen di udara: Serbuk sari, debu, bulu hewan peliharaan
  • Lateks
  • Gigitan atau sengatan serangga

2. Faktor Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan dapat memicu timbulnya biduran pada orang yang sensitif, seperti:

  • Perubahan suhu ekstrem (panas atau dingin)
  • Paparan sinar matahari
  • Tekanan pada kulit
  • Air (pada kasus urtikaria akuagenik)

3. Infeksi

Berbagai jenis infeksi dapat memicu timbulnya biduran, termasuk:

  • Infeksi virus seperti hepatitis, HIV, atau infeksi saluran pernapasan atas
  • Infeksi bakteri seperti Helicobacter pylori atau Streptococcus
  • Infeksi parasit

4. Penyakit Autoimun

Beberapa penyakit autoimun dapat menyebabkan biduran kronis, seperti:

  • Lupus
  • Tiroiditis
  • Rheumatoid arthritis
  • Penyakit celiac

5. Stres dan Faktor Psikologis

Stres emosional dan kecemasan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan memicu timbulnya biduran pada beberapa orang.

6. Aktivitas Fisik

Pada beberapa individu, aktivitas fisik yang intens atau berkeringat berlebih dapat memicu timbulnya biduran.

7. Penyebab Idiopatik

Dalam banyak kasus biduran kronis, penyebab pastinya tidak dapat diidentifikasi. Kondisi ini disebut biduran idiopatik.

Memahami penyebab biduran sangat penting untuk menentukan strategi penanganan yang tepat. Dalam beberapa kasus, menghindari pemicu yang diketahui dapat membantu mencegah terjadinya biduran.

Gejala Biduran

Biduran memiliki beberapa gejala khas yang dapat membantu dalam identifikasi kondisi ini. Gejala-gejala tersebut dapat bervariasi dari ringan hingga berat dan dapat muncul secara tiba-tiba. Berikut adalah gejala-gejala umum biduran:

1. Bentol atau Ruam Kemerahan

Ciri utama biduran adalah munculnya bentol atau ruam pada kulit. Bentol-bentol ini biasanya berwarna merah atau merah muda, namun pada kulit yang lebih gelap, warnanya mungkin tidak terlalu jelas. Bentol biduran memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Ukuran bervariasi, mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter
  • Dapat muncul di berbagai bagian tubuh
  • Seringkali berubah bentuk, ukuran, dan lokasi dalam hitungan jam
  • Bagian tengah bentol biasanya lebih pucat ketika ditekan

2. Rasa Gatal

Gatal merupakan gejala yang hampir selalu menyertai biduran. Intensitas rasa gatal dapat bervariasi dari ringan hingga sangat mengganggu. Beberapa karakteristik gatal pada biduran meliputi:

  • Dapat terjadi di area yang terkena bentol maupun di sekitarnya
  • Seringkali memburuk pada malam hari
  • Dapat mengganggu tidur dan aktivitas sehari-hari

3. Sensasi Terbakar atau Menyengat

Selain gatal, beberapa orang dengan biduran juga merasakan sensasi terbakar atau menyengat pada area yang terkena. Sensasi ini dapat bervariasi intensitasnya dan seringkali menyertai rasa gatal.

4. Angioedema

Pada beberapa kasus, biduran dapat disertai dengan angioedema, yaitu pembengkakan pada lapisan kulit yang lebih dalam. Gejala angioedema meliputi:

  • Pembengkakan pada wajah, terutama di sekitar mata, bibir, dan lidah
  • Pembengkakan pada tangan, kaki, atau alat kelamin
  • Rasa nyeri atau panas pada area yang bengkak

5. Perubahan Warna Kulit

Setelah bentol biduran menghilang, kadang-kadang area tersebut dapat meninggalkan bekas berupa perubahan warna kulit sementara. Hal ini lebih sering terjadi pada orang dengan kulit yang lebih gelap.

6. Gejala Sistemik

Dalam kasus yang jarang terjadi, biduran dapat disertai dengan gejala sistemik seperti:

  • Demam ringan
  • Sakit kepala
  • Kelelahan
  • Nyeri sendi

7. Gejala Anafilaksis

Dalam kasus yang sangat jarang, biduran dapat menjadi bagian dari reaksi alergi yang lebih serius yang disebut anafilaksis. Gejala anafilaksis meliputi:

  • Kesulitan bernapas
  • Pusing atau pingsan
  • Detak jantung cepat
  • Pembengkakan tenggorokan yang menyebabkan kesulitan menelan

Penting untuk diingat bahwa anafilaksis merupakan kondisi darurat medis yang memerlukan penanganan segera.

Gejala biduran dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Beberapa orang mungkin hanya mengalami satu atau dua episode biduran dalam hidupnya, sementara yang lain mungkin mengalami biduran kronis yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Memahami gejala-gejala ini dapat membantu dalam identifikasi dini dan penanganan yang tepat.

Diagnosis Biduran

Diagnosis biduran umumnya dilakukan melalui kombinasi pemeriksaan fisik, wawancara medis, dan dalam beberapa kasus, tes diagnostik tambahan. Berikut adalah langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam proses diagnosis biduran:

1. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dengan fokus khusus pada kulit. Mereka akan memeriksa karakteristik bentol atau ruam, seperti ukuran, warna, dan distribusinya di tubuh. Dokter juga akan mencari tanda-tanda angioedema atau gejala sistemik lainnya.

2. Wawancara Medis

Dokter akan menanyakan berbagai pertanyaan untuk memahami riwayat medis pasien dan faktor-faktor yang mungkin berkontribusi pada biduran. Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin meliputi:

  • Kapan gejala pertama kali muncul?
  • Seberapa sering gejala terjadi?
  • Berapa lama biasanya gejala berlangsung?
  • Apakah ada pemicu yang diketahui (misalnya, makanan tertentu, obat-obatan, atau situasi)?
  • Apakah ada riwayat alergi atau penyakit autoimun dalam keluarga?
  • Apakah ada perubahan baru dalam diet, lingkungan, atau gaya hidup?

3. Tes Alergi

Jika dicurigai adanya alergi sebagai penyebab biduran, dokter mungkin merekomendasikan tes alergi. Ini bisa meliputi:

  • Tes kulit: Sejumlah kecil alergen potensial ditempatkan pada kulit untuk melihat apakah ada reaksi
  • Tes darah: Untuk mengukur tingkat antibodi spesifik terhadap alergen tertentu

4. Pemeriksaan Darah

Tes darah mungkin dilakukan untuk memeriksa berbagai faktor, termasuk:

  • Jumlah sel darah putih dan merah
  • Fungsi hati dan ginjal
  • Tanda-tanda infeksi atau peradangan
  • Hormon tiroid
  • Autoantibodi yang mungkin menunjukkan penyakit autoimun

5. Biopsi Kulit

Dalam kasus yang jarang terjadi, terutama jika dicurigai adanya kondisi kulit lain, dokter mungkin melakukan biopsi kulit. Ini melibatkan pengambilan sampel kecil jaringan kulit untuk diperiksa di bawah mikroskop.

6. Tes Provokasi

Untuk biduran fisik, dokter mungkin melakukan tes provokasi untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ini bisa meliputi:

  • Tes es untuk urtikaria dingin
  • Tes air hangat untuk urtikaria panas
  • Tes tekanan untuk urtikaria dermografisme

7. Pemeriksaan Tambahan

Tergantung pada gejala dan riwayat medis, dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan tambahan seperti:

  • Rontgen dada
  • Ultrasonografi perut
  • Tes untuk infeksi spesifik seperti hepatitis atau HIV

Penting untuk diingat bahwa dalam banyak kasus biduran, terutama yang akut, penyebab spesifik mungkin tidak dapat diidentifikasi. Namun, proses diagnosis yang menyeluruh dapat membantu menyingkirkan kondisi serius lainnya dan memberikan panduan untuk pengelolaan yang tepat.

Jika gejala biduran berlangsung lebih dari beberapa minggu atau sangat mengganggu kualitas hidup, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli dermatologi. Mereka dapat melakukan evaluasi yang lebih mendalam dan merekomendasikan rencana pengobatan yang sesuai.

Pengobatan Biduran

Pengobatan biduran bertujuan untuk mengurangi gejala, mengidentifikasi dan menghindari pemicu, serta mencegah kekambuhan. Strategi pengobatan dapat bervariasi tergantung pada jenis biduran (akut atau kronis) dan tingkat keparahan gejala. Berikut adalah beberapa pendekatan pengobatan yang umum digunakan untuk mengatasi biduran:

1. Antihistamin

Antihistamin merupakan lini pertama pengobatan untuk biduran. Obat ini bekerja dengan memblokir efek histamin, zat yang dilepaskan tubuh saat terjadi reaksi alergi. Beberapa jenis antihistamin yang sering digunakan meliputi:

  • Antihistamin generasi kedua (non-sedatif): Cetirizine, loratadine, fexofenadine
  • Antihistamin generasi pertama (sedatif): Diphenhydramine, hydroxyzine

Dalam kasus biduran kronis, dokter mungkin meresepkan dosis yang lebih tinggi atau kombinasi antihistamin.

2. Kortikosteroid

Untuk kasus biduran yang parah atau tidak responsif terhadap antihistamin, dokter mungkin meresepkan kortikosteroid jangka pendek. Ini bisa dalam bentuk:

  • Tablet oral seperti prednisone
  • Krim atau salep topikal untuk aplikasi langsung pada kulit

Penggunaan kortikosteroid jangka panjang biasanya dihindari karena potensi efek samping.

3. Omalizumab

Untuk kasus biduran kronis yang sulit diobati, omalizumab (Xolair) mungkin direkomendasikan. Ini adalah antibodi monoklonal yang diberikan melalui suntikan dan telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala biduran kronis yang resisten terhadap antihistamin.

4. Cyclosporine

Dalam kasus biduran kronis yang sangat parah, cyclosporine, obat imunosupresan, kadang-kadang digunakan. Namun, penggunaannya terbatas karena potensi efek samping yang serius.

5. Antileukotrien

Obat antileukotrien seperti montelukast kadang-kadang digunakan sebagai terapi tambahan untuk biduran kronis, terutama jika ada komponen angioedema.

6. Perawatan Simptomatik

Beberapa perawatan simptomatik yang dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan meliputi:

  • Kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan dan gatal
  • Lotion calamine atau mentol untuk meredakan gatal
  • Mandi air dingin atau oatmeal koloid

7. Identifikasi dan Penghindaran Pemicu

Mengidentifikasi dan menghindari pemicu biduran merupakan bagian penting dari manajemen jangka panjang. Ini mungkin melibatkan:

  • Menjaga catatan harian untuk melacak makanan, aktivitas, dan paparan lingkungan yang mungkin memicu biduran
  • Menghindari makanan, obat-obatan, atau zat lain yang diketahui menyebabkan reaksi
  • Mengelola stres melalui teknik relaksasi atau terapi

8. Fototerapi

Dalam beberapa kasus, fototerapi (terapi cahaya) mungkin direkomendasikan untuk biduran kronis yang resisten terhadap pengobatan lain.

9. Manajemen Penyakit yang Mendasari

Jika biduran disebabkan oleh kondisi medis yang mendasarinya (seperti penyakit tiroid atau infeksi), pengobatan kondisi tersebut mungkin diperlukan untuk mengatasi biduran.

10. Pengobatan Darurat untuk Anafilaksis

Untuk individu yang berisiko mengalami reaksi alergi parah, dokter mungkin meresepkan auto-injector epinephrine untuk digunakan dalam keadaan darurat.

Penting untuk diingat bahwa respons terhadap pengobatan dapat bervariasi antar individu. Beberapa orang mungkin merespons dengan baik terhadap antihistamin sederhana, sementara yang lain mungkin memerlukan pendekatan yang lebih kompleks. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli dermatologi untuk rencana pengobatan yang disesuaikan dengan kebutuhan individual Anda.

Selain itu, pengobatan biduran kronis seringkali memerlukan pendekatan jangka panjang dan mungkin membutuhkan penyesuaian seiring waktu. Penting untuk tetap berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan Anda tentang efektivitas pengobatan dan adanya efek samping yang mungkin timbul.

Pencegahan Biduran

Meskipun tidak selalu mungkin untuk mencegah biduran sepenuhnya, terutama dalam kasus biduran idiopatik, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya biduran atau mencegah kekambuhannya. Berikut adalah beberapa strategi pencegahan yang dapat diterapkan:

1. Identifikasi dan Hindari Pemicu

Langkah paling penting dalam pencegahan biduran adalah mengidentifikasi dan menghindari faktor-faktor yang memicu terjadinya biduran pada diri Anda. Ini mungkin melibatkan:

  • Menjaga catatan harian tentang makanan, aktivitas, dan paparan lingkungan
  • Melakukan tes alergi untuk mengidentifikasi alergen spesifik
  • Menghindari makanan, obat-obatan, atau zat lain yang diketahui menyebabkan reaksi

2. Modifikasi Diet

Jika biduran Anda dipicu oleh makanan tertentu:

  • Hindari makanan yang diketahui menyebabkan reaksi
  • Baca label makanan dengan cermat untuk menghindari alergen tersembunyi
  • Pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet yang seimbang sambil menghindari pemicu

3. Manajemen Stres

Stres dapat memperburuk atau memicu biduran pada beberapa orang. Teknik manajemen stres yang dapat membantu meliputi:

  • Meditasi atau latihan pernapasan
  • Yoga atau tai chi
  • Olahraga teratur
  • Terapi kognitif-perilaku

4. Perawatan Kulit yang Tepat

Menjaga kesehatan kulit dapat membantu mengurangi risiko iritasi yang dapat memicu biduran:

  • Gunakan sabun dan produk perawatan kulit yang lembut dan bebas pewangi
  • Hindari air panas saat mandi, gunakan air hangat
  • Jaga kulit tetap terhidrasi dengan menggunakan pelembab yang cocok untuk kulit Anda

5. Perlindungan dari Faktor Lingkungan

Jika biduran Anda dipicu oleh faktor lingkungan:

  • Lindungi kulit dari paparan sinar matahari langsung dengan menggunakan pakaian pelindung dan tabir surya
  • Hindari perubahan suhu yang ekstrem
  • Gunakan pakaian yang longgar dan nyaman untuk menghindari gesekan atau tekanan pada kulit

6. Manajemen Penyakit yang Mendasari

Jika biduran Anda terkait dengan kondisi medis yang mendasarinya:

  • Pastikan untuk mengelola kondisi tersebut dengan baik melalui pengobatan yang tepat
  • Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk memantau kondisi Anda

7. Penggunaan Antihistamin Profilaksis

Dalam beberapa kasus, terutama untuk biduran kronis, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan antihistamin secara teratur sebagai tindakan pencegahan.

8. Hindari Iritasi Mekanis pada Kulit

Untuk individu dengan dermografisme (biduran yang dipicu oleh gesekan atau tekanan pada kulit):

  • Hindari menggaruk atau menggosok kulit dengan keras
  • Gunakan pakaian yang lembut dan longgar

9. Menjaga Kebersihan

Praktik kebersihan yang baik dapat membantu mencegah infeksi yang mungkin memicu biduran:

  • Cuci tangan secara teratur
  • Jaga kebersihan lingkungan

10. Edukasi dan Kesiapsiagaan

Terutama untuk individu dengan risiko reaksi alergi parah:

  • Edukasi diri dan orang-orang terdekat tentang gejala dan penanganan biduran
  • Selalu bawa obat-obatan yang diresepkan (seperti antihistamin atau auto-injector epinephrine) saat bepergian

Penting untuk diingat bahwa strategi pencegahan yang efektif dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak efektif untuk orang lain. Oleh karena itu, penting untuk bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan Anda untuk mengembangkan rencana pencegahan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik Anda.

Selain itu, meskipun langkah-langkah pencegahan ini dapat membantu mengurangi frekuensi dan keparahan episode biduran, mereka mungkin tidak selalu dapat mencegah semua kejadian, terutama dalam kasus biduran kronis atau idiopatik. Dalam situasi seperti ini, fokus mungkin lebih pada manajemen gejala dan peningkatan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kesimpulan

Biduran atau urtikaria adalah kondisi kulit yang umum terjadi dan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Meskipun seringkali tidak berbahaya, gejala-gejalanya seperti gatal dan bentol-bentol merah dapat sangat mengganggu. Pemahaman yang baik tentang penyebab, gejala, dan cara penanganan biduran sangat penting untuk manajemen yang efektif.

Penyebab biduran bisa beragam, mulai dari reaksi alergi hingga faktor lingkungan dan kondisi medis yang mendasarinya. Identifikasi dan penghindaran pemicu merupakan langkah penting dalam pengelolaan biduran. Diagnosis yang tepat, yang melibatkan pemeriksaan fisik dan serangkaian tes jika diperlukan, dapat membantu dalam menentukan pendekatan pengobatan yang paling sesuai.

Pengobatan biduran umumnya berfokus pada pengendalian gejala, dengan antihistamin sebagai pilihan utama. Dalam kasus yang lebih parah atau kronis, mungkin diperlukan pendekatan pengobatan yang lebih kompleks. Pencegahan, termasuk identifikasi dan penghindaran pemicu, manajemen stres, dan perawatan kulit yang tepat, juga memainkan peran penting dalam mengurangi frekuensi dan keparahan episode biduran.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu mungkin memiliki pengalaman yang berbeda dengan biduran, dan apa yang efektif untuk satu orang mungkin tidak sama efektifnya untuk orang lain. Oleh karena itu, pendekatan yang dipersonalisasi, bekerja sama dengan profesional kesehatan, sangat penting dalam mengelola kondisi ini.

Jika Anda mengalami gejala biduran yang persisten atau mengganggu, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli dermatologi. Dengan diagnosis yang tepat dan rencana pengelolaan yang sesuai, sebagian besar kasus biduran dapat dikendalikan dengan baik, memungkinkan individu untuk menjalani kehidupan yang nyaman dan produktif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya