Liputan6.com, Jakarta Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan keputusan untuk menunjuk Thaksin Shinawatra sebagai dewan penasihat Danantara dapat memicu reaksi negatif dari berbagai pihak, terutama para investor.
Permasalahan utama bukan sekadar karena Thaksin adalah figur asing, tetapi lebih kepada rekam jejaknya yang kontroversial dan penuh dengan kasus hukum.
Advertisement
Baca Juga
"Bukan masalah nama asing nya tapi ada sosok seperti Thaksin Shinawatra sebagai dewan penasihat yang problematis. Investor bereaksi negatif masuknya Thaksin sebagai Dewan Penasihat," kata Bhima kepada Liputan6.com, Selasa (25/3/2025).
Advertisement
Punya Catatan Hitam
Bhima menyebut, Thaksin bukanlah sosok tanpa catatan hitam. Ia memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan kasus korupsi dan penghindaran pajak.
Salah satu kasus yang paling dikenal adalah pada tahun 2006, ketika keluarga Thaksin menjual saham Shin Corp kepada Temasek tanpa membayar capital gain tax.
Transaksi ini memicu kemarahan publik dan memperburuk citranya sebagai pemimpin yang dianggap menggunakan jabatannya untuk kepentingan pribadi.
"Padahal Thaksin punya deretan kasus seperti korupsi dan penghindaran pajak contohnya tahun 2006 saat keluarga Thaksin melepas saham Shin Corp ke Temasek tanpa membayar capital gain tax," ujarnya.
Pernah Korupsi Lahan di Thailand
Selain itu, pada tahun 2008, Thaksin juga terjerat kasus pembelian lahan pemerintah di Bangkok yang kembali menimbulkan kecurigaan atas praktik korupsi yang melibatkan dirinya.
Kasus ini semakin memperkuat anggapan bahwa Thaksin memiliki rekam jejak buruk dalam transparansi keuangan dan kepatuhan terhadap regulasi.
"Kemudian tahun 2008 Thaksin juga terseret kasus pembelian lahan pemerintah di Bangkok. Distrust terhadap Danantara bisa makin besar," ujar Bhima.
Advertisement
Dampak Negatif bagi Investor dan Kepercayaan Pasar
Masuknya Thaksin dalam jajaran dewan penasihat menimbulkan ketidakpercayaan (distrust) yang semakin besar terhadap Danantara, perusahaan yang menunjuknya.
Para investor mulai khawatir bahwa keterlibatan Thaksin dapat membuka celah korupsi yang lebih luas dalam manajemen perusahaan.Kepercayaan pasar sangat bergantung pada kredibilitas kepemimpinan di dalam sebuah perusahaan.
Menurut Bhima, kehadiran sosok dengan reputasi kontroversial seperti Thaksin berpotensi memicu spekulasi negatif di kalangan investor. Mereka bisa saja menarik investasi mereka atau memilih untuk mengalihkan modal ke perusahaan lain yang dianggap lebih transparan dan bebas dari risiko politis.
"Karena ada Thaksin memunculkan kekhawatiran celah korupsi Danantara terbuka lebar," ujarnya.
