Apa Itu Mokel: Fenomena Bahasa Gaul di Bulan Puasa

Pelajari arti mokel, istilah gaul populer saat Ramadhan. Ketahui hukum dan dampaknya dalam Islam. Temukan tips menghindari mokel saat berpuasa.

oleh Septika Shidqiyyah Diperbarui 07 Mar 2025, 11:15 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2025, 11:15 WIB
apa itu mokel
ilustrasi diet makan sayur/Photo by Louis Hansel on Unsplash... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan selalu diwarnai dengan berbagai tradisi unik dan istilah khas yang muncul di masyarakat. Salah satu istilah yang populer belakangan ini adalah "mokel". Banyak orang, terutama generasi muda, sering menggunakan kata ini dalam percakapan sehari-hari selama bulan puasa.

Namun, tidak semua orang memahami arti dan implikasi dari istilah tersebut. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang apa itu mokel, asal-usulnya, hukumnya dalam Islam, serta berbagai aspek terkait lainnya.

Promosi 1

Definisi dan Asal-Usul Mokel

Mokel merupakan istilah dalam bahasa gaul yang merujuk pada tindakan membatalkan puasa sebelum waktu berbuka yang ditentukan, yaitu sebelum adzan Maghrib berkumandang. Kata ini berasal dari bahasa lokal yang populer di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Secara etimologi, mokel terdiri dari dua suku kata:

  • "Mo" yang berarti "tidak mau" atau "tidak ingin"
  • "Kel" yang merupakan kependekan dari kata "keleson" dalam bahasa Jawa, artinya "kelaparan"

Jadi, jika digabungkan, mokel memiliki makna "tidak ingin kelaparan". Dalam konteks puasa Ramadhan, istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak kuat menahan lapar dan haus, sehingga memutuskan untuk membatalkan puasanya sebelum waktu berbuka yang sah.

Meskipun istilah mokel sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, perlu dicatat bahwa kata ini tidak terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ini menunjukkan bahwa mokel merupakan bagian dari bahasa gaul atau slang yang berkembang di masyarakat, khususnya di kalangan anak muda.

Variasi Istilah Serupa di Berbagai Daerah

Menariknya, fenomena membatalkan puasa sebelum waktunya tidak hanya dikenal dengan istilah mokel. Di berbagai daerah di Indonesia, terdapat beberapa variasi istilah yang memiliki makna serupa:

  • Mokah: Istilah ini populer di Jawa Tengah dan memiliki arti yang sama dengan mokel.
  • Godin: Di wilayah Sunda atau Jawa Barat, orang-orang menggunakan istilah ini untuk merujuk pada tindakan membatalkan puasa sebelum waktunya.
  • Tempus: Di Medan, istilah ini digunakan sebagai singkatan dari "tembak puasa", yang juga bermakna membatalkan puasa sebelum waktu berbuka.
  • Puasa Sapi: Sebagian masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah menggunakan istilah ini, yang merupakan singkatan dari "mari mangan diusapi" dalam bahasa Jawa. Artinya, makan diam-diam sambil pura-pura masih berpuasa.

Keberagaman istilah ini menunjukkan bahwa fenomena membatalkan puasa sebelum waktunya cukup umum terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Meskipun memiliki nama yang berbeda-beda, esensi dari tindakan tersebut tetap sama dan umumnya dipandang negatif dalam konteks ibadah puasa.

Hukum Mokel dalam Islam

Dalam ajaran Islam, tindakan mokel atau membatalkan puasa dengan sengaja tanpa alasan yang dibenarkan syariat termasuk perbuatan yang dilarang dan berdosa. Puasa Ramadhan merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat Muslim yang telah memenuhi syarat (baligh, berakal, dan mampu). Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 183:

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Membatalkan puasa tanpa uzur syar'i (alasan yang dibenarkan agama) dianggap sebagai pelanggaran terhadap perintah Allah dan dapat mengurangi nilai ibadah puasa itu sendiri. Beberapa ulama bahkan menyatakan bahwa orang yang sengaja membatalkan puasa Ramadhan tanpa alasan yang dibenarkan wajib mengqadha (mengganti) puasa tersebut dan juga dikenai kafarat (denda dalam bentuk ibadah).

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

"Barangsiapa tidak puasa satu hari di bulan Ramadhan tanpa adanya keringanan yang Allah 'azza wa jalla berikan kepadanya, maka tidak akan bisa menjadi ganti darinya, sekalipun ia berpuasa selama satu tahun." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

Hadits ini menunjukkan betapa beratnya konsekuensi dari membatalkan puasa Ramadhan tanpa alasan yang sah. Bahkan jika seseorang berpuasa selama setahun penuh sebagai ganti satu hari puasa Ramadhan yang dibatalkan, hal itu tidak akan dapat menggantikan keutamaan puasa Ramadhan yang telah ditinggalkan.

Alasan-Alasan yang Membolehkan Tidak Berpuasa

Meskipun Islam melarang keras tindakan mokel atau membatalkan puasa tanpa alasan, terdapat beberapa kondisi di mana seseorang diperbolehkan untuk tidak berpuasa atau membatalkan puasanya. Ini disebut dengan uzur syar'i. Berikut adalah beberapa alasan yang dibenarkan dalam syariat Islam:

  1. Sakit: Jika seseorang menderita penyakit yang dapat memburuk atau sembuhnya terhambat karena berpuasa, ia diperbolehkan untuk tidak berpuasa.
  2. Bepergian (Safar): Orang yang melakukan perjalanan jauh sesuai dengan ketentuan syariat diperbolehkan untuk tidak berpuasa.
  3. Hamil dan Menyusui: Wanita hamil dan menyusui yang khawatir akan kesehatan dirinya atau bayinya boleh tidak berpuasa.
  4. Lanjut Usia: Orang tua yang sudah tidak mampu berpuasa karena kondisi fisiknya diperbolehkan untuk tidak berpuasa.
  5. Haid dan Nifas: Wanita yang sedang haid atau nifas dilarang berpuasa dan wajib menggantinya di hari lain.
  6. Kondisi Darurat: Dalam situasi darurat di mana seseorang terancam keselamatannya jika terus berpuasa, ia diperbolehkan untuk berbuka.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun diperbolehkan untuk tidak berpuasa dalam kondisi-kondisi di atas, sebagian besar kasus tetap mengharuskan orang tersebut untuk mengganti puasanya di hari lain (qadha) atau membayar fidyah jika tidak mampu berpuasa sama sekali.

Dampak Negatif Mokel

Tindakan mokel atau membatalkan puasa tanpa alasan yang sah tidak hanya berdampak pada aspek spiritual, tetapi juga dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari mokel:

  1. Mengurangi Nilai Ibadah: Mokel mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa yang telah dilakukan sebelumnya. Ini dapat mengakibatkan kerugian spiritual yang besar.
  2. Melemahkan Iman: Kebiasaan mokel dapat melemahkan iman seseorang karena menunjukkan ketidakmampuan untuk menahan hawa nafsu dan godaan.
  3. Menimbulkan Rasa Bersalah: Pelaku mokel sering merasa bersalah dan tidak nyaman, terutama ketika harus berpura-pura masih berpuasa di hadapan orang lain.
  4. Merusak Integritas: Berbohong atau berpura-pura masih berpuasa setelah mokel dapat merusak integritas dan kejujuran seseorang.
  5. Mengganggu Kesehatan: Pola makan yang tidak teratur akibat mokel dapat mengganggu metabolisme tubuh dan mengurangi manfaat kesehatan dari puasa.
  6. Mempengaruhi Hubungan Sosial: Jika ketahuan melakukan mokel, seseorang mungkin akan kehilangan kepercayaan dari teman dan keluarga, serta dapat mempengaruhi hubungan sosialnya.

Mengingat dampak negatif yang signifikan ini, penting bagi setiap Muslim untuk berusaha keras menghindari tindakan mokel dan menjaga kesucian ibadah puasa Ramadhan.

Tips Menghindari Mokel

Menghindari mokel memang bukan hal yang mudah, terutama bagi mereka yang memiliki aktivitas padat atau tinggal di daerah dengan cuaca panas. Namun, dengan persiapan yang baik dan niat yang kuat, kita dapat meminimalkan godaan untuk membatalkan puasa sebelum waktunya. Berikut beberapa tips yang dapat membantu:

  1. Niat yang Kuat: Mulailah puasa dengan niat yang ikhlas dan tekad yang kuat untuk menjalankannya hingga waktu berbuka tiba.
  2. Sahur yang Berkualitas: Konsumsi makanan yang bergizi dan mengenyangkan saat sahur. Pilih makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan serat untuk memberikan energi yang tahan lama.
  3. Hindari Makanan Berlemak dan Terlalu Manis saat Sahur: Makanan ini dapat meningkatkan rasa haus dan lapar lebih cepat.
  4. Minum Air yang Cukup: Pastikan untuk minum air yang cukup saat sahur dan berbuka untuk menjaga hidrasi tubuh.
  5. Atur Aktivitas: Jika memungkinkan, atur jadwal aktivitas yang berat di pagi hari atau malam hari ketika energi masih terjaga.
  6. Istirahat yang Cukup: Usahakan untuk tidur cukup di malam hari agar tubuh tetap segar saat berpuasa.
  7. Hindari Paparan Panas Berlebihan: Jika memungkinkan, hindari berada di luar ruangan terlalu lama saat cuaca panas untuk mengurangi dehidrasi.
  8. Sibukkan Diri: Lakukan aktivitas yang bermanfaat untuk mengalihkan pikiran dari rasa lapar dan haus.
  9. Perbanyak Ibadah: Tingkatkan ibadah seperti membaca Al-Quran, berzikir, atau shalat sunnah untuk memperkuat spiritual.
  10. Ingat Tujuan Puasa: Selalu ingat bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih kesabaran dan ketakwaan.

Dengan menerapkan tips-tips di atas, diharapkan kita dapat lebih kuat dalam menjalani puasa dan terhindar dari godaan untuk melakukan mokel.

Tradisi dan Budaya Terkait Puasa Ramadhan

Meskipun mokel dipandang negatif, bulan Ramadhan juga diwarnai dengan berbagai tradisi dan budaya positif yang memperkaya pengalaman berpuasa. Beberapa tradisi yang populer di Indonesia antara lain:

  1. Ngabuburit: Kegiatan mengisi waktu menjelang berbuka puasa dengan berbagai aktivitas seperti jalan-jalan, berkumpul dengan teman, atau melakukan hobi.
  2. Bukber (Buka Bersama): Tradisi berbuka puasa bersama keluarga, teman, atau kolega yang memperkuat ikatan sosial.
  3. Bedug Takbiran: Memukul bedug sambil melantunkan takbir pada malam Idul Fitri sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadhan.
  4. Pasar Ramadhan: Pasar temporer yang menjual berbagai makanan khas untuk berbuka puasa.
  5. Mudik: Tradisi pulang kampung menjelang Idul Fitri untuk berkumpul dengan keluarga besar.

Tradisi-tradisi ini tidak hanya memperkaya pengalaman spiritual selama Ramadhan, tetapi juga membantu memperkuat ikatan sosial dan budaya dalam masyarakat. Penting untuk menjaga keseimbangan antara menjalankan ibadah puasa dengan baik dan menikmati aspek sosial budaya yang positif dari bulan Ramadhan.

Fenomena Mokel di Era Digital

Di era digital seperti sekarang, fenomena mokel telah mengalami pergeseran dan mendapatkan dimensi baru. Media sosial dan teknologi informasi memiliki peran yang signifikan dalam membentuk persepsi dan perilaku masyarakat terkait puasa Ramadhan, termasuk dalam hal mokel. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan:

  1. Viral di Media Sosial: Istilah mokel dan variasinya sering menjadi topik viral di platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Hal ini dapat menyebabkan normalisasi perilaku mokel di kalangan pengguna media sosial.
  2. Konten Humor: Banyak konten humor yang dibuat seputar mokel, yang meskipun menghibur, dapat mengurangi keseriusan dalam memandang ibadah puasa.
  3. Tantangan Online: Beberapa influencer atau content creator membuat tantangan atau challenge terkait puasa yang terkadang mengarah pada perilaku mokel demi konten yang viral.
  4. Edukasi Digital: Di sisi positif, banyak konten edukasi tentang puasa dan bahaya mokel yang disebarkan melalui media sosial, membantu meningkatkan kesadaran masyarakat.
  5. Aplikasi Islami: Munculnya berbagai aplikasi Islami yang membantu dalam menjalankan ibadah puasa, seperti pengingat waktu shalat dan berbuka, serta tips menghindari mokel.

Penting bagi pengguna media sosial untuk bijak dalam menyikapi konten terkait mokel dan puasa Ramadhan. Kita perlu memilah informasi yang bermanfaat dan menghindari pengaruh negatif yang dapat mengganggu ibadah puasa.

Pandangan Medis tentang Mokel

Dari sudut pandang medis, tindakan mokel atau membatalkan puasa secara tiba-tiba dan tidak teratur dapat memiliki dampak terhadap kesehatan tubuh. Beberapa aspek medis yang perlu diperhatikan terkait mokel antara lain:

  1. Gangguan Metabolisme: Puasa yang teratur dapat membantu mengatur metabolisme tubuh. Mokel dapat mengganggu ritme metabolisme ini, yang dapat berdampak pada pencernaan dan penyerapan nutrisi.
  2. Fluktuasi Gula Darah: Membatalkan puasa dan makan di luar jadwal dapat menyebabkan fluktuasi gula darah yang tidak sehat, terutama bagi penderita diabetes.
  3. Gangguan Pencernaan: Makan secara tiba-tiba saat perut kosong dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti mual, kembung, atau sakit perut.
  4. Dehidrasi: Jika mokel dilakukan dengan mengonsumsi minuman yang mengandung kafein atau gula tinggi, risiko dehidrasi dapat meningkat.
  5. Pola Makan Tidak Sehat: Mokel sering kali diikuti dengan konsumsi makanan yang tidak sehat atau berlebihan, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jangka panjang.

Para ahli kesehatan umumnya menyarankan untuk menjaga konsistensi dalam berpuasa dan berbuka. Jika memang harus membatalkan puasa karena alasan kesehatan, sebaiknya dilakukan dengan berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti pola makan yang sehat.

Kesimpulan

Mokel, meskipun hanya sebuah istilah gaul, mencerminkan fenomena sosial yang cukup kompleks dalam konteks ibadah puasa Ramadhan. Dari perspektif agama, tindakan ini jelas dilarang dan dapat mengurangi nilai spiritual puasa. Dari sisi kesehatan, mokel juga dapat berdampak negatif pada metabolisme dan pola makan yang sehat.

Penting bagi setiap Muslim untuk memahami esensi puasa bukan hanya sebagai ritual menahan lapar dan haus, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan dan pengendalian diri. Dengan pemahaman yang benar, persiapan yang baik, dan dukungan sosial yang positif, kita dapat menjalani ibadah puasa Ramadhan dengan lebih baik dan terhindar dari godaan untuk melakukan mokel.

Di era digital ini, tantangan dalam menjalani puasa mungkin semakin kompleks, tetapi di sisi lain, akses terhadap informasi dan dukungan juga semakin mudah. Mari kita manfaatkan teknologi dan media sosial secara bijak untuk saling mengingatkan dan mendukung dalam menjalankan ibadah puasa, bukan untuk mempromosikan atau menormalisasi perilaku yang dapat mengurangi nilai ibadah kita.

Akhirnya, mari kita jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk meningkatkan kualitas diri, baik secara spiritual maupun sosial, serta memperkuat solidaritas dalam masyarakat. Dengan demikian, kita dapat meraih keberkahan dan hikmah sejati dari ibadah puasa Ramadhan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya