Arti Bhinneka Tunggal Ika, Pahami Makna Mendalam di Balik Semboyan Nasional

Pelajari makna mendalam di balik semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan bagaimana menerapkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkuat persatuan bangsa.

oleh Ayu Isti Prabandari Diperbarui 07 Mar 2025, 16:14 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2025, 16:14 WIB
arti bhinneka tunggal ika
arti bhinneka tunggal ika ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional Indonesia yang memiliki makna mendalam bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Frasa yang berasal dari bahasa Jawa Kuno ini mengandung filosofi penting tentang keberagaman dan persatuan yang menjadi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mari kita telusuri lebih dalam arti, sejarah, dan penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks keindonesiaan.

Promosi 1

Definisi dan Arti Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika merupakan frasa dalam bahasa Jawa Kuno yang secara harfiah berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu". Frasa ini terdiri dari tiga kata utama:

  • Bhinneka: berarti beraneka ragam, berbeda-beda
  • Tunggal: berarti satu
  • Ika: berarti itu

Jadi, arti lengkap Bhinneka Tunggal Ika adalah "beraneka ragam itu satu jua" atau "berbeda-beda tetapi tetap satu". Semboyan ini menggambarkan realitas bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, ras, budaya, dan golongan, namun tetap bersatu padu sebagai satu bangsa Indonesia.

Makna filosofis Bhinneka Tunggal Ika menekankan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu. Justru keberagaman dipandang sebagai kekayaan dan modal sosial yang memperkuat persatuan bangsa. Semboyan ini mengajarkan pentingnya toleransi, saling menghormati perbedaan, dan mengutamakan persatuan di atas kepentingan golongan.

Dalam konteks kenegaraan, Bhinneka Tunggal Ika menjadi perekat yang menyatukan berbagai elemen bangsa yang beragam menjadi satu kesatuan negara Indonesia. Semboyan ini menjadi landasan ideologis bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan nasional di tengah pluralitas masyarakat Indonesia.

Sejarah dan Asal-Usul Bhinneka Tunggal Ika

Frasa Bhinneka Tunggal Ika pertama kali ditemukan dalam kitab Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad ke-14 pada masa Kerajaan Majapahit. Dalam kitab tersebut, frasa ini muncul dalam konteks ajaran toleransi antara agama Hindu dan Buddha yang berkembang pada masa itu.

Kutipan lengkap dari Kakawin Sutasoma yang memuat frasa Bhinneka Tunggal Ika adalah sebagai berikut:

"Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa"

Yang artinya kurang lebih:

"Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggalTerpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran."

Mpu Tantular menggunakan frasa ini untuk menggambarkan bahwa meskipun agama Buddha dan Hindu (Siwa) berbeda, namun pada hakikatnya kebenaran yang diajarkan keduanya adalah sama. Ini mencerminkan semangat toleransi dan harmoni antar agama yang berkembang pada masa Majapahit.

Setelah kemerdekaan Indonesia, frasa Bhinneka Tunggal Ika kemudian diangkat menjadi semboyan resmi negara. Tokoh yang berperan besar dalam mengusulkan penggunaan semboyan ini adalah Muhammad Yamin, salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pada sidang PPKI menjelang kemerdekaan, Yamin mengusulkan agar Bhinneka Tunggal Ika dijadikan semboyan negara karena dinilai sangat cocok menggambarkan realitas keberagaman Indonesia. Usulan ini kemudian diterima dan Bhinneka Tunggal Ika resmi menjadi semboyan negara yang tertulis pada lambang negara Garuda Pancasila.

Secara resmi, penggunaan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara. Sejak saat itu, Bhinneka Tunggal Ika menjadi semboyan resmi yang melekat pada lambang negara Garuda Pancasila.

Makna Mendalam Bhinneka Tunggal Ika

Sebagai semboyan nasional, Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna yang sangat dalam dan relevan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. Beberapa makna penting dari semboyan ini antara lain:

1. Persatuan dalam Keberagaman

Makna utama Bhinneka Tunggal Ika adalah persatuan dalam keberagaman. Semboyan ini menegaskan bahwa meskipun Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan golongan, namun tetap bersatu sebagai satu bangsa Indonesia. Keberagaman dipandang sebagai kekayaan, bukan ancaman bagi persatuan.

2. Toleransi dan Saling Menghormati

Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan pentingnya sikap toleran dan saling menghormati perbedaan. Setiap warga negara didorong untuk menghargai keberagaman dan tidak memaksakan kehendak atas nama perbedaan. Toleransi menjadi kunci terwujudnya kerukunan dalam masyarakat yang majemuk.

3. Kesatuan Tujuan Berbangsa

Di balik keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika menekankan adanya kesatuan tujuan sebagai satu bangsa. Meski berbeda-beda, seluruh elemen bangsa bersatu padu untuk mewujudkan cita-cita nasional dan memajukan Indonesia.

4. Pengakuan atas Kesetaraan

Semboyan ini mengandung makna pengakuan atas kesetaraan setiap warga negara terlepas dari latar belakangnya. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah, semua setara sebagai warga negara Indonesia.

5. Semangat Persaudaraan

Bhinneka Tunggal Ika mendorong tumbuhnya semangat persaudaraan sebagai sesama anak bangsa. Perbedaan tidak menghalangi untuk saling membantu dan bergotong royong membangun negeri.

6. Kekuatan dalam Keberagaman

Keberagaman dipandang sebagai kekuatan, bukan kelemahan. Bhinneka Tunggal Ika menegaskan bahwa Indonesia menjadi kuat justru karena keberagamannya yang dipersatukan.

7. Landasan Multikulturalisme

Semboyan ini menjadi landasan bagi penerapan multikulturalisme di Indonesia. Setiap budaya dan identitas diakui keberadaannya dan diberi ruang untuk berkembang dalam bingkai persatuan.

Makna-makna mendalam tersebut menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman penting dalam mengelola keberagaman dan mewujudkan persatuan Indonesia. Semboyan ini tetap relevan sebagai pemersatu bangsa di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.

apa arti semboyan bhinneka tunggal ika
apa arti semboyan bhinneka tunggal ika ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Penerapan Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan, tapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa cara menerapkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika antara lain:

1. Menghargai Perbedaan

Sikap menghargai perbedaan harus ditumbuhkan sejak dini. Misalnya dengan membiasakan diri bergaul dengan teman yang berbeda latar belakang, menghormati cara ibadah pemeluk agama lain, atau mengapresiasi keragaman budaya daerah. Perbedaan tidak boleh menjadi alasan untuk mendiskriminasi atau merendahkan pihak lain.

2. Mengutamakan Persatuan

Dalam situasi konflik atau perbedaan pendapat, kita harus mengutamakan persatuan di atas kepentingan golongan. Misalnya dengan mengedepankan musyawarah untuk mencapai mufakat, bukan memaksakan kehendak. Kepentingan bangsa harus diletakkan di atas kepentingan kelompok.

3. Memperkuat Identitas Nasional

Di tengah keberagaman, identitas sebagai bangsa Indonesia harus terus diperkuat. Misalnya dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, menghormati simbol-simbol negara, atau berpartisipasi dalam perayaan hari besar nasional. Identitas kedaerahan tetap dihargai namun tidak boleh mengalahkan identitas nasional.

4. Membangun Kerukunan

Kerukunan antar kelompok yang berbeda harus terus dibangun, misalnya melalui dialog antar agama, pertukaran budaya antar daerah, atau kerjasama lintas etnis dalam berbagai bidang. Interaksi positif antar kelompok akan memperkuat persatuan.

5. Menjunjung Tinggi Toleransi

Toleransi harus menjadi sikap hidup sehari-hari. Misalnya dengan menghormati pelaksanaan ibadah pemeluk agama lain, tidak memaksakan keyakinan pada orang lain, atau memberi kesempatan pada penganut kepercayaan minoritas untuk berekspresi. Toleransi adalah kunci kerukunan dalam masyarakat majemuk.

6. Menolak Diskriminasi

Segala bentuk diskriminasi atas dasar SARA (suku, agama, ras, antar golongan) harus ditolak. Misalnya dengan memberi kesempatan yang sama pada semua orang tanpa memandang latar belakang, atau menentang ujaran kebencian berbau SARA. Kesetaraan harus dijunjung tinggi.

7. Melestarikan Kearifan Lokal

Kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai persatuan harus dilestarikan. Misalnya tradisi gotong royong, musyawarah adat, atau kearifan dalam mengelola keberagaman di daerah masing-masing. Kearifan lokal bisa menjadi modal sosial yang memperkuat persatuan.

8. Mengembangkan Nasionalisme

Rasa cinta tanah air dan bangsa harus terus ditumbuhkan. Misalnya dengan mengenal sejarah perjuangan bangsa, menggunakan produk dalam negeri, atau berkontribusi memajukan daerah masing-masing. Nasionalisme yang inklusif akan memperkokoh persatuan.

9. Mengedepankan Keadilan

Keadilan bagi seluruh elemen bangsa harus diperjuangkan. Misalnya dengan memberi akses yang sama dalam pendidikan dan ekonomi bagi seluruh daerah, atau memperjuangkan hak-hak kelompok minoritas. Keadilan akan mencegah kecemburuan sosial yang bisa memecah belah.

10. Membangun Solidaritas

Solidaritas antar sesama anak bangsa harus terus dipupuk. Misalnya dengan membantu korban bencana di daerah lain, atau mendukung prestasi putra-putri daerah di kancah nasional/internasional. Solidaritas akan mempererat persatuan bangsa.

Penerapan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika tersebut akan memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia di tengah keberagaman. Semboyan ini harus menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita Indonesia yang maju, adil dan sejahtera.

Tantangan Penerapan Bhinneka Tunggal Ika di Era Modern

Meski telah menjadi semboyan nasional selama puluhan tahun, penerapan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika masih menghadapi berbagai tantangan di era modern. Beberapa tantangan tersebut antara lain:

1. Menguatnya Politik Identitas

Fenomena menguatnya politik identitas berbasis SARA menjadi ancaman bagi semangat persatuan. Penggunaan isu-isu primordial untuk kepentingan politik jangka pendek bisa memecah belah bangsa. Diperlukan kedewasaan politik untuk mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok.

2. Penyebaran Ujaran Kebencian

Kemudahan akses informasi di era digital membuat penyebaran ujaran kebencian berbau SARA semakin masif. Hoaks dan provokasi berbau SARA di media sosial bisa memicu konflik horizontal. Literasi digital dan etika bermedia sosial perlu ditingkatkan.

3. Kesenjangan Ekonomi

Kesenjangan pembangunan antar daerah bisa memicu kecemburuan sosial yang mengancam persatuan. Pemerataan pembangunan dan keadilan ekonomi harus terus diperjuangkan agar tidak ada daerah yang merasa tertinggal.

4. Radikalisme dan Intoleransi

Menguatnya paham radikal dan sikap intoleran di sebagian kelompok masyarakat menjadi ancaman bagi kerukunan. Moderasi beragama dan penguatan nilai-nilai toleransi harus terus digalakkan untuk mencegah konflik.

5. Globalisasi Budaya

Arus globalisasi membuat masuknya budaya asing yang bisa mengikis nilai-nilai lokal. Di sisi lain, sikap tertutup terhadap budaya luar juga bisa kontraproduktif. Diperlukan sikap selektif dalam menyikapi pengaruh budaya global.

6. Ancaman Disintegrasi

Masih adanya gerakan separatisme di beberapa daerah menjadi ancaman bagi keutuhan NKRI. Dialog dan pendekatan kesejahteraan harus terus dilakukan untuk menyelesaikan akar masalah.

7. Krisis Identitas

Sebagian generasi muda mengalami krisis identitas kebangsaan akibat kurangnya pemahaman sejarah dan nilai-nilai kebangsaan. Penguatan pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan harus digiatkan sejak dini.

8. Pragmatisme

Menguatnya sikap pragmatis dan individualis di masyarakat bisa mengikis semangat gotong royong dan kebersamaan. Nilai-nilai kearifan lokal yang mengutamakan kebersamaan perlu direvitalisasi.

9. Politisasi Agama

Penggunaan sentimen agama untuk kepentingan politik jangka pendek bisa memecah belah umat. Tokoh agama harus berperan menjaga netralitas dan menyejukkan umat.

10. Ego Kedaerahan

Menguatnya ego kedaerahan bisa menghambat kerjasama antar daerah dan memicu konflik. Perlu ditumbuhkan kesadaran sebagai satu kesatuan bangsa di atas identitas kedaerahan.

Menghadapi berbagai tantangan tersebut, penerapan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika harus terus diaktualisasikan sesuai konteks kekinian. Diperlukan sinergi seluruh elemen bangsa untuk memperkokoh persatuan di tengah keberagaman Indonesia.

Kesimpulan

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan nasional yang memiliki makna mendalam bagi persatuan dan kesatuan Indonesia. Frasa yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu" ini menjadi landasan filosofis dalam mengelola keberagaman bangsa Indonesia yang majemuk. Semboyan ini mengajarkan pentingnya toleransi, saling menghormati perbedaan, dan mengutamakan persatuan di atas kepentingan golongan.

Meski telah menjadi semboyan nasional selama puluhan tahun, penerapan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika masih menghadapi berbagai tantangan di era modern. Diperlukan komitmen dan sinergi seluruh elemen bangsa untuk terus mengaktualisasikan semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, cita-cita Indonesia yang bersatu, maju, adil dan sejahtera dapat terwujud di tengah keberagaman yang ada.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya