Pelajar Indonesia Kibarkan Merah Putih di Belanda

"Setelah mencium Merah Putih, rasa percaya diri saya bangkit," kata pelajar yang menjadi anggota paskibra.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 17 Agu 2014, 09:22 WIB
Diterbitkan 17 Agu 2014, 09:22 WIB
Pelajar Indonesia Kibarkan Merah Putih di Belanda
Seorang anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) asal Papua mencium bendera Merah Putih dalam acara Pengukuhan Paskibra di Gedung Eme Neme Yauware, Timika, Papua, Sabtu (16/8). (ANTARA/Spedy Paereng)

Liputan6.com, Den Haag - Pelajar Sekolah Indonesia Nederland (SIN) yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) akan mengibarkan Bendera Merah Putih pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 Kemerdekaan Indonesia yang akan diselenggarakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Belanda.

Tiga belas siswa sekolah menengah tersebut telah dikukuhkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda Retno L.P Marsudi dalam upacara pengukuhan Paskibra yang dihadiri oleh staf KBRI, para guru SIN serta orang tua siswa pada Jumat 15 Agustus lalu.

Pasukan Pengibar Bendera dari KBRI Den Haag terdiri atas lima siswa sekolah menengah pertama kelas IX dan delapan siswa sekolah menengah atas kelas XI dan XII. Mereka adalah Aurelie Britney (14), Kirana Pitaloka (14), Kitana Pires (15), Nadia Delfi Zafira (13) serta Nastiti Ayu Sayekti (14).

Sementara siswa sekolah menengah atas yang terlibat dalam Paskibra tersebut adalah Abi Asari (16), Ahmad Ghifari (15), Annisa Fadhilah Husna (17), Anwar Permana (16), Fadhila Rosmasari (16), Hagar Masae (17), Radika Febriano (16), dan Roichan Fernandes (16).

"Saya sangat bangga bisa menjadi anggota Paskibra, apalagi upacara pengibaran bendera Merah Putih dilaksanakan di Belanda," kata Radika yang mendapat tugas sebagai pengibar bendera bersama Abi Asari dan Aurelie Briteney.

Anggota Paskibra lain, Nadia Delfi Zafira menyatakan rasa syukurnya karena terpilih sebagai anggota Paskibra di Belanda. "Bagi saya, menjadi Paskibra adalah salah satu hal yang bisa saya lakukan untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Selain itu sebagai pelajar saya berusaha untuk selalu belajar dengan baik dan serius agar nantinya bisa berkontribusi untuk Indonesia," kata Nadia yang sudah dua kali menjadi anggota Paskibra di Belanda.

Menurut mereka, latihan yang dijalankan Paskibra cukup berat dan panjang yakni sepanjang Juni dan dimulai lagi pada awal Agustus hingga tiga hari menjelang peringatan 17 Agustus. Para anggota Paskibra dilatih oleh Atase Pertahanan Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag.

Upacara pengukuhan Paskibra tersebut di antaranya dilakukan dengan prosesi mencium bendera Merah Putih, pembacaan sumpah Paskibra serta penyematan lencana Paskibra oleh duta besar.

Radika mengakui dirinya sedikit gugup untuk menjalankan tugas pengibaran bendera, namun kepercayaan dirinya bangkit setelah melewati upacara pengukuhan Paskibra. "Setelah mencium Merah Putih, rasa percaya diri saya bangkit," ujarnya.

Sebagian besar siswa Sekolah Indonesia Nederland (SIN) telah lebih dari dua tahun tinggal di Belanda mengikuti orang tua mereka. Walaupun telah cukup lama tinggal di negara yang lebih maju dari Indonesia, perasaan rindu akan tanah air tak bisa dielakan.

"Rindu sekali dengan Indonesia. Makanya saya harus menyelesaikan studi saya di sini supaya nanti bisa membawa sesuatu untuk Indonesia," kata Nadia.

Amanat Mulia>>>


Amanat Mulia



Menurut Dubes Retno, pengibaran sang Dwi Warna oleh para siswa Paskibra merupakan amanat mulia, terlebih lagi upacara peringatan Hari Kemerdekaan tersebut dilaksanakan di negara kincir angin.

"Indonesia dan Belanda memiliki ikatan sejarah yang cukup kuat. Kita pernah berseberangan dengan mereka, bahkan mereka pernah menduduki tanah air kita, namun hubungan Indonesia dan Belanda kini sudah sangat baik," ujar Dubes.

Dia menambahkan tahapan sejarah antara kedua negara harus menjadi sumber pelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik pada masa yang akan datang.

"Belanda adalah tempat belajar yang unik. Dengan memahami ikatan sejarahnya dengan Indonesia, kita akan lebih tahu bagaimana seharusnya kita berjalan demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik," kata Dubes.

Indonesia adalah negara besar dengan kemajemukan suku, agama, budaya dan adat istiadat. Perbedaan ini harus dihargai dan dihormati, bahkan diharmonisasikan untuk Indonesia yang lebih baik, tambahnya.

"Keharmonisan hidup di Indonesia yang majemuk tidak bisa otomatis terwujud. Kita adalah duta bangsa untuk mengharmonisasikan kemajemukan ini. Indonesia milik kita semua," tandas Retno. (Ant/Ein)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya