Liputan6.com, Jakarta - Tiga kecelakaan pesawat berskala besar terjadi pada 2014 lalu. Ketiganya merupakan maskapai asal Malaysia. Dua di antaranya Malaysia Airlines. Satu lagi, AirAsia.
Dua dari tiga insiden, yakni Malaysia Airlines MH17 dan AirAsia QZ8501 sudah hampir terpecahkan. Setidaknya puing pesawat dan korban ditemukan.
Namun tidak demikian bagi MH370. Sudah setahun berlalu, namun kapal terbang yang mengangkut 239 orang itu belum juga ditemukan. Baca juga: [Setahun Hilangnya MH370 dan Berbagai Teori Konspirasi]
Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott mengisyaratkan kemungkinan pihaknya akan mengurangi intensitas pencarian pesawat yang mengangkut 239 orang tersebut. Tapi ia berjanji akan memecahkan misteri hilangnya kapal terbang nahas tersebut.
"Saya berharap pencarian yang sedang berlangsung hingga saat ini membuahkan hasil," ujar Abbott di Gedung Parlemen Canberra, seperti diwartakan BBC, 5 Maret 2015. "Saya tidak bisa menjanjikan intensitas pencarian akan terus dilakukan seperti sebelumnya. Tapi kita akan lakukan terbaik untuk memecahkan misteri dan memberikan jawaban."
Sementara, Menteri Transportasi Malaysia Liow Tiong Lai menegaskan pihaknya tetap berkomitmen untuk menemukan pesawat yang mengangkut 239 orang tersebut. Dengan bantuan para ahli, ia yakin bisa menemukan pesawat nahas itu pada Mei 2015 mendatang.
"Ya, pesawat mungkin ditemukan pada Mei. Ini yang para ahli katakan ke kita," ujar Liow Tiong Lai, dalam wawancara dengan CNN, dan dimuat Today Online, 7 Maret 2015. "Kami yakin, kami harap bisa menyelesaikan pencarian ini pada Mei dan kita menemukan pesawat tersebut. Kami menemukan pesawat, kami bisa menemukannya."
Sebagaimana dilansir USA Today, setidaknya ada 4 alasan mengapa pesawat MH370 belum ditemukan. Berikut ulasannya:
1. Kedalaman Laut>>>
1. Kedalaman Laut
1. Kedalaman Laut
Puing AirAsia QZ8501 berada di Laut Jawa dan Selat Karimata yang relatif dangkal. Sehingga serpihan mudah dijangkau dan ditemukan. Puing MH17 ditemukan di Ukraina dalam waktu cepat. Sebab jatuhnya di daratan.
Sementara, tujuan akhir MH370 tak diketahui secara pasti, meski Pemerintah Malaysia dan Australia meyakini Boeing 737-200ER itu terbang ke Samudera Hindia bagian selatan. Lautan Hindia dikenal dalam, sehingga sulit untuk menemukan benda yang tercebur di kawasan tersebut.
2. Laporan Cuaca
Pada kasus AirAsia QZ8501, cuaca diketahui dalam kondisi buruk. Sang pilot sempat meminta petugas pemandu lalu lintas udara (ATC) untuk menaikkan ketinggian pesawat karena cuaca buruk. Ini jelas bahwa cuaca menjadi faktor yang diduga pesawat mengalami masalah. Titik akhir saat momen dihantam cuaca buruk itu diketahui.
Sedangkan, saat Malaysia Airlines MH370 terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing, cuaca dalam kondisi baik. Tak ada laporan kondisi awan yang bisa mengganggu penerbangan. Pilot pun mengucapkan "All right, good night." Namun Pesawat diketahui putar balik dan sistem komunikasi pesawat dimatikan dari kokpit.
3. Tidak Terlacak>>>
Advertisement
3. Tidak Terlacak
3. Tidak Terlacak
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, keberadaan pesawat AirAsia QZ8501 mudah diketahui atau terlacak. Sementara untuk kasus MH370, sistem komunikasi dimatikan setelah pesawat diketahui putar balik.
4. Area pencarian
Berbeda dengan area pencarian AirAsia QZ8501 yang tak begitu luas, pencarian Pesawat Malaysia Airlines MH370 dilakukan di Samudera Hindia bagian selatan, termasuk kawasan pesisir barat Australia dengan luas area yang begitu besar, yakni lebih dari 100.579 mil persegi.
Sejauh ini, pencarian MH370 telah dilakukan di sekitar 10.000 mil persegi. Eksplorasi seluas 23.000 mil persegi di Samudera Hindia akan dilanjutkan hingga Mei mendatang. (Riz/Mut)