Liputan6.com, Canberra - Hampir setahun, pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 menghilang. Hingga kini kapal terbang pelat merah Malaysia yang hilang hilang kontak sejak 8 Maret 2014 itu belum juga ditemukan.
Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott mengisyaratkan kemungkinan pihaknya akan mengurangi intensitas pencarian pesawat yang mengangkut 239 orang tersebut. Tapi ia berjanji akan memecahkan misteri hilangnya kapal terbang nahas tersebut.
"Saya berharap pencarian yang sedang berlangsung hingga saat ini membuahkan hasil," ujar Abbott di Gedung Parlemen Canberra, seperti dimuat BBC, Kamis (5/3/2015).
"Saya tidak bisa menjanjikan intensitas pencarian akan terus dilakukan seperti sebelumnya. Tapi kita akan lakukan terbaik untuk memecahkan misteri dan memberikan jawaban," imbuh dia.
Dia menambahkan area laut yang menjadi lokasi pencarian MH370 merupakan samudera yang cukup 'berbahaya'. Tapi ia berjanji kepada keluarga yang telah lama menanti, pihaknya berusaha menemukan pesawat itu.
Sebelumnya Wakil Perdana Menteri Australia Warren Truss mengatakan, "Kami tidak bisa mencari pesawat MH370 terus-menerus."
Pemerintah Malaysia sebelumnya menyatakan bahwa kejadian MH370 sebagai sebuah kecelakaan dan menyebut dugaan sementara bahwa tidak ada penumpang yang selamat.
Meski menyebut peristiwa MH370 sebagai kecelakaan, negeri jiran menyatakan operasi pencarian belum dihentikan. Mereka memastikan pencarian pesawat jenis Boeing 737-200ER ini terus dilanjutkan.
"Upaya pencarian masih berjalan tapi 239 penumpang yang ada dalam pesawat kami perkirakan tewas," sebut pernyataan resmi Pemerintah Malaysia, 29 Januari 2015.
Sejak MH370 menghilang, Australia memimpin tim multinasional yang melakukan pencarian di kawasan pesisir barat Samudera Hindia dengan luas area sekitar 1.600 km. Selama ini, fokus pencarian dilakukan di titik 60 ribu km persegi.
Baca Juga
Belajar dari kasus MH370, Australia, Indonesia, dan Malaysia akan menguji coba sebuah metode baru untuk melacak pesawat. Sistem yang akan diuji itu akan melacak pesawat setiap 15 menit atau meningkat dari 30 hingga 40 menit yang sekarang ini.
Warren Truss mengatakan, sistem ini diharapkan bisa melacak lebih intensif menjadi setiap lima menit jika terjadi penyimpangan dari arah penerbangan yang semestinya.
Uji coba sistem ini akan dimulai untuk penerbangan dari Kota Brisbane, Australia. Kemudian akan diuji coba di kawasan Indonesia dan Malaysia. (Riz/Ein)
Advertisement