Liputan6.com, Bangkok Ribuan pengungsi etnis Rohingya yang berasal dari Bangladesh dan Myanmar yang terkatung-kantung di laut kembali ditolak kehadirannya. Jika kemarin penolakan datang dari Malaysia, kali ini hal serupa dilakukan Otoritas Thailand.
Pemerintah Thailand bahkan mengeluarkan pernyataan cukup keras terkait rencananya hadirnya pengungsi Rohingya di negaranya. Mereka mengatakan, warga Rohingya tidak diinginkan kehadirannya di negara itu.
Pernyataan tersebut terlontar langsung dari bibir Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan Ocha. Dia beralasan negaranya tidak mampu menampung pengungsi Rohingya karena masalah biaya.
"Jika kami menampung mereka, lalu siapa lagi yang akan datang secara bebas ke negara kami," ucap Prayuth seperti dikuitip dari Yahoo News, Jumat (15/5/2015).
"Dari mana kami akan mendapat dana untuk menampun mereka semua?" tegasnya.
Prayuth pun merespons pertanyaan soal ke mana para pengungsi itu akan pergi setelah mendapat penolakan dari Thailand. Ia menjelaskan tidak bisa memberikan jawaban terkait hal itu, karena tak ada negara yang mau menampung kaum Rohingya.
Malaysia Menolak
Sebelumnya, Malaysia juga menolak kehadiran kaum Rohingya. Dari keterangan Wakil Menteri Dalam Negeri Malaysia Wan Junaidi Jafaar, negaranya bisa memberi makan dan perbuat baik pada pengungsi Malaysia tapi tak bisa menerimanya di sana.
Penolakan negara-negara Asia Tenggara terhadap ribuan orang dari etnis Rohingya ini mendapat sorotan Lembaga HAM dunia. Mereka mengatakan negara-negara Asia Tenggara telah menjadikan warga Rohingya 'bola pingpong'.
Pengungsi Rohingya merupakan salah satu masalah kemanusian yang paling disorot dunia saat ini. Sebab Myanmar tempat penduduk Rohingya tinggal, menolak memberi kewarganegaraan bagi etnis tersebut.
Pada Juni dan Oktober 2012, kerusuhan bernuansa etnis pecah di negara bagian Rakhine, Myanmar. Puluhan ribu warga Rohingya kemudian meninggalkan wilayah mereka. Kekerasan etnis ini menewaskan ratusan orang dan membuat 140 ribu warga minoritas tersebut kehilangan tempat tinggal.
Reuters menulis, Rohingya tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar meski telah tinggal beberapa generasi di negara yang dulunya bernama Burma tersebut. Praktis, mereka sulit mendapatkan pekerjaan, sekolah ataupun jaminan kesehatan.
Baca Juga
Terdampar di Aceh
Advertisement
Nelayan di perairan Langsa, bagian timur Provinsi Aceh, kembali menemukan sekitar 700 imigran etnis Rohingya dari Myanmmar dan Bangladesh yang terdampar di perairan sekitar pada Jumat pagi.
Ini adalah kali kedua, setelah kelompok imigran pertama kali terdampar di perairan Aceh pada Minggu 10 Mei lalu.
Menurut keterangan Kepala Polres Langsa AKBP Sunarya, para imigran tersebut menggunakan sebuah kapal yang mengangkut 430 imigran asal Bangladesh dan 250 asal Myanmar, termasuk 122 perempuan dan anak-anak.
"Mereka diselamatkan oleh 4 kapal nelayan kita ke daratan Kuala Langsa," ujar Sunarya di Langsa, Jumat (15/5/2015).
Menurut Sunarya, kondisi para imigran tersebut sangat memprihatinkan karena kekurangan makanan dan minuman setelah terombang ambing di laut lepas selama beberapa hari. Saat ini para pencari suaka tersebut telah dibawa ke Kuala Langsa, Kota Langsa.
Minggu lalu, ratusan imigran gelap asal Myanmar juga terdampar di perairan wilayah Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Mereka terdampar di kawasan Kecamatan Seunuddon dengan perahu motor yang ditumpangi dari negara asalnya.
Seorang imigran yang bisa berbahasa Melayu, Malik (45) mengatakan, rombongannya hendak menuju Malaysia. Namun ditipu oleh tekong perahu dan akhirnya terdampar di perairan Aceh Utara.
Keberadaan imigran asal Myanmar itu diketahui oleh sejumlah nelayan yang hendak melaut pada subuh hari. Lalu, sejumlah imigran asing itu dievakuasi oleh nelayan dan warga setempat ke sejumlah meunasah atau surau yang ada di pesisir pantai Kecamatan Senuddon. (Ger/Ado/Sss)