AS Siap Bantu Irak Rebut Kembali Ramadi dari ISIS

AS akan membantu Irak dengan serangan udara mau pun penyedian penasehat militer.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 18 Mei 2015, 15:08 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2015, 15:08 WIB
Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS

Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) bereaksi keras setelah kota penting di Irak, Ramadi direbut ISIS. Mereka mengatakan siap membantu militer Irak merebut kembali kota tersebut.

Pentagon menyebut merebut kembali Ramadi begitu penting. Jika dibiarkan, kelompok radikal ini dapat mendulang untung besar dari penguasaan Ramadi.

"Sejak musim panas tahun lalu Ramadi sudah menjadi rebutan. ISIS sekarang ini telah mengambil keuntungan besar dari ini," ucap Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS, Elissa Smith, seperti dikutip daro Reuters, Senin (18/5/2015).

Dia menjelaskan, dikuasainya Ramadi bukan berarti seluruh upaya militer Irak untuk membasmi kelompok itu gagal. Namun, dengan adanya Ramadi, ISIS dapat melipatgandakan propagandanya di Negeri 1001 Malam.

"(Dengan Ramadi dikuasai ISIS) berarti koaliasi internasional akan mendukung habis-habis tentara Irak untuk merebut kembali (Ramadi) nanti," sambung dia.

AS pun dipastikan akan memberikan Irak bantuan secara nyata. Baik berupa penasihat keamanan mau pun penambahan kekuatan udara.

ISIS menguasai kota Ramadi ditandai dengan ditarik mundurnya pasukan pemerintah Irak. Otoritas setempat pun menyebut sesudah berhari-hari pertempuran sengit, polisi dan militer mundur dalam keadaan kacau-balau.

Ramadi merupakan salah kota vital di Irak. Sebab , daerah ini adalah ibukota provinsi Irak terbesar, Anbar, dan jaraknya hanya 112 km di barat Baghdad.

Wakil Ketua parlemen Anbar pun, Faleh al-Issawi, mengatakan pertempuran berhari-hari di Ramadi telah meninggalkan luka mendalam. Lebih dari 500 orang tewas pertempuran di Ramadi dan sekitarnya. Termasuk sejumlah polisi yang terjebak setelah kehabisan amunisi dan warga sipil yang terperangkap dalam baku tembak.

Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), sekitar 8.000 orang telah mengungsi. (Ger/yus)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya