PM Abe Sesalkan Penderitaan Akibat Tindakan Jepang Selama PD II

Pidato PM Shinzo Abe ini memang dinantikan, terutama oleh Korea Selatan dan China yang banyak menderita selama PD II.

oleh Anri Syaiful diperbarui 14 Agu 2015, 22:34 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2015, 22:34 WIB
PM Jepang
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. (www.thetimes.co.uk)

Liputan6.com, Tokyo - Perang Dunia II usai 70 tahun lalu. Namun kenangan terhadap tindakan balatentara Jepang dalam PD II zona Pasifik atau disebut pula Perang Asia Timur Raya, masih membekas di banyak negara yang sempat diduduki Negeri Matahari Terbit tersebut.

Terkait itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan penyesalan mendalam terhadap 'penderitaan dan pengorbanan banyak orang' yang diakibatkan oleh tindakan Jepang selama perang global tersebut.

Hal itu dikemukakan Abe dalam pidato peringatan 70 tahun menyerahnya Jepang di PD II. "Abe juga menyatakan 'penyesalan yang tulus' terhadap kaum perempuan (Jugun Ianfu) yang kehormatannya direnggut selama perang tersebut," tulis BBC seperti dikutip pada Jumat (14/8/2015).

Pameran foto perempuan korban kekejaman tentara Jepang di Korea Selatan. (AP/BBC)

Abe pun menyatakan, negaranya harus memastikan bahwa konflik seperti itu tak akan terjadi lagi.

Pidato PM Abe ini memang dinantikan, terutama oleh Korea Selatan dan China yang banyak menderita di bawah pendudukan militer Jepang.

Kedua negara itu berharap Abe tidak melemahkan pidato PM Tomiichi Murayama pada 1995. Saat itu PM ke-81 Jepang tersebut menyatakan 'permintaan maaf yang tulus' dan 'penyesalan mendalam' untuk 'pemerintahan kolonial dan agresi' Jepang selama PD II.

Dan pernyataan Murayama ini diulangi lagi 10 tahun kemudian oleh PM Junichiro Koizumi.

Dinantikan 2 Negara

Tiongkok secara khusus menanti apakah akan ada pernyataan seputar pembantaian di Nanjing yang menurut versi pemerintah Beijing menewaskan sekitar 300.000 orang.

Sedangkan Korea Selatan menunggu permintaan maaf soal perempuan Korea yang dijadikan pemuas nafsu syahwat pasukan Dai Nippon selama PD II.

Protes dan sentimen anti-Jepang di Korea Selatan. (BBC)

Adapun sebelum pidato tersebut, PM Abe dilaporkan menginginkan Jepang yang 'memandang ke depan' dan menegaskan berkembangnya perdamaian di negaranya dan peran sentral mereka di panggung dunia.

Namun di sisi berbeda, Abe juga di tengah tekanan untuk menghindari kemarahan China dan Korea Selatan -- sekutu regional yang penting buat Jepang -- sekaligus juga tekanan dari kaum nasionalis yang semakin tak nyaman dengan diulanginya pernyataan maaf untuk keputusan Jepang terlibat dalam PD II.

Kantor Berita Korea Selatan, Yonhap, mencatat bahwa Abe telah menyatakan 'penyesalan mendalam', tapi berhenti sejenak hanya untuk membuat permintaan maaf sendiri. Sementara itu Kantor Berita China, Xinhua, mengkritik Abe hanya membuat pernyataan yang disetel 'minta maaf'.

Pidato ini disampaikan beberapa pekan setelah majelis rendah Jepang menyetujui perubahan konsitusi yang mengizinkan Jepang mengirim tentaranya ke luar negeri. Perubahan ini adalah untuk pertama kalinya terjadi sejak PD II.

PM Abe memang telah mendorong untuk perubahan. Namun sejumlah jajak pendapat menunjukkan bahwa lebih dari setengah warga Jepang menentang mereka. (Ans/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya