Liputan6.com, Baghdad - Setelah ditutup untuk umum selama 12 tahun, untuk pertama kalinya pemerintah Baghdad menyatakan wilayah Green Zone yang dijaga ketat dibuka lagi untuk umum.
"Langkah itu merupakan bagian dari sebuah perjalanan reformasi yang telah dijanjikannya kepada rakyat," kata Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi seperti dikutip dari BBC, Senin (5/10/2015).
Baca Juga
Namun, ia menambahkan, akan tetap ada beberapa pembatasan yang dijaga. Sementara sejumlah jalan-jalan memerlukan izin khusus untuk melintas.
Advertisement
Wilayah seluas 10 km persegi di tepi barat Sungai Tigris itu -- rumah bagi gedung-gedung pemerintah dan kedutaan asing -- ditutup setelah invasi pimpinan AS pada 2003.
Kompleks wilayah itu dilindungi oleh dinding beton tinggi dengan kawat berduri dan sejumlah pos pemeriksaan. Meski demikian, beberapa kali menjadi target serangan oleh kelompok militan.
"Pembukaan Green Zone adalah salah satu langkah yang kami janjikan kepada rakyat. Perdana menteri membukanya untuk umum dan orang-orang berbondong-bondong mendatanginya," papar Abadi melalui pernyataan yang dikeluarkan kantornya pada Minggu 4 Oktober.
Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian langkah-langkah Abadi untuk meredakan ketegangan sektarian dan menindak korupsi.
Orang-orang Irak sejak lama mengeluhkan bahwa Green Zone menjadi simbol jurang pemisah antara pejabat negara dan warganya.
Pembukaan terjadi sehari setelah sedikitnya 18 orang tewas dalam dua serangan bom mobil di Baghdad. Puluhan orang telah tewas dalam pemboman di ibukota dalam beberapa bulan terakhir.
Baghdad tengah dilanda protes atas layanan yang buruk dan penyalahgunaan kekuasaan selama berminggu-minggu. (Tnt/Mut)