Liputan6.com, California - Kisah dongeng Putri Salju mengisahkan tentang seorang putri yang menderita karena menjadi sasaran keirian ibu tiri terhadap kecantikannya. Namun, jika dongeng sama persis dengan kenyataan, Putri Salju-lah yang seharusnya merasa iri.
Mengapa begitu? Karena kini sudah terbukti, dewasa muda merupakan kelompok usia yang paling mudah merasakan sifat iri. Menurut pembelajaran yang dilakukan oleh California University, dan diterbitkan dalam jurnal Basic and Applied Social Psychology-- mereka di bawah usia 30 tahun cenderung mudah iri dalam hal kecantikan, ketampanan, kekayaan, serta berbagai faktor lainnya. Mereka juga umumnya merasa iri pada orang bergender sama.
Christine Harris, salah satu pengarang dan dosen psikologi UC mengungkapkan: "Rasa iri merupakan emosi yang kuat. Dalam tradisi Kristiani, iri merupakan salah satu dari 'tujuh dosa mematikan'. Kami ingin menginvestigasi rasa iri tak hanya secara subjektif sebagai perasaan negatif-- namun karena telah menjad bukti sejumlah kejadian di dunia, seperti pembunuhan, sampai dorongan di balik gerakan Occupy Wall Street."
Advertisement
Dilaporkan Science Daily, Selasa (10/11/2015), karya tulis gagasan Harris bersama mahasiswi S1 Nicole Henniger meliputi dua penelitian: pertama, survey terhadap lebih dari 900 orang berusia 18 sampai 80 tahun-- mengenai pengalaman mereka merasakan keirian. Dan menanyakan kepada 800 orang pada usia sama, untuk mengingat kembali apakah mereka pernah menjadi target orang yang iri. Sebagian besar subjek berasal dari AS.
Sebelumnya, sudah ada studi mengenai rasa iri yang berfokus pada mahasiswa dan mahasiswi. Lainnya, yang menggunakan subjek dewasa muda, melahirkan hipotesis bahwa jangkauan usia ini memiliki pengendalian lebih baik terhadap emosi negatif secara umum. Namun belum ada yang membahas mengenai efek 'sifat iri berdasarkan usia'.
Pun begitu, terbukti bahwa perasaan iri menjadi pengalaman yang umum. Lebih dari 3/4 peserta studi dilaporkan merasakan keirian satu tahun terakhir, dengan wanita sedikit lebih sering (79,4) dibanding pria (74,1 persen). Namun, perasaan iri akan menurun dengan bertambahnya usia. Sekitar 80 persen dari partisipan kelompok usia di bawah 30 melaporkan merasa iri, sedangkan pada kelompok usia di atas 50, jumlah tersebut menurun menjadi 69 persen.
Ternyata, subjek iri orang-orang secara eksklusif bergender sama dengan mereka."Ini mengejutkan," ungkap Harris, "secara konsisten, pria iri terhadap pria lainnya-- dan wanita, pada wanita lain. Bahkan dalam kesuksesan profesi dan keuangan, di mana Anda bisa dengan mudah membayangkan seorang wanita iri dengan pria yang mendapat bayaran lebin tinggi, kasus itu ternyata tidak umum.
"Ditambah lagi, kebanyakan orang menargetkan rasa iri mereka kepada individu yang sebaya-- jangkauan hingga 5 tahun dari usia mereka. Namun, alasan yang membuat iri berubah-ubah dari setiap usia. Orang-orang usia muda dilaporkan lebih sering merasakan keirian dalam hal kecantikan dan ketampanan, romansa, juga pencapaian di sekolah dan kesuksesan sosial.
Contohnya, 40 persen dari pertisipan di bawah 30 tahun memberi tahu bahwa mereka iri kepada orang lain dalam kesuksesannya dalam percintaan-- sementara pada usia di atas 50, tercatat hanya 15 persen. Jika dibandingkan melalui kelompok usia yang lebih tinggi, rasa iri terhadap kesuksesan keuangan dan profesi lebih umum terjadi.
Sedangkan, kategori pilihan alasan iri atas "keberuntungan" dan "lainnya" tidak bervariasi dalam perbedaan usia.
Perbedaan rasa iri pada pria dan wanita
Bagaimana dengan perbedaan rasa iri pada pria dan wanita? Dalam 5 dari 8 domain, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Meskipun, pria lebih sering merasa iri terhadap kesuksesan profesi dibandingkan dengan wanita (41,4 : 24,5 persen). Sementara wanita lebih sering merasa iri pada penampilan dibanding pria (23,8 : 13,5), perbedaan dipengaruhi oleh kelompok usia.
Laporan menjadi sasaran sifat keirian dan merasa iri tidak mengalami perubahan, namun perbedaan terlihat pada dalam lingkup keuangan. Lebih banyak orang yang melaporkan menjadi iri karena kondisi keuangan. Namun dalam studi mengenai sasaran dari keirian-- tak banyak yang mengaku ada orang iri dengan kekayaan mereka. Mungkin saja ini terjadi, karena orang-orang cenderung kurang tanggap untuk melihat jika ada yang iri dengan apa yang mereka miliki.
Lalu, apakah sifat iri berpengaruh dalam keluarga? Dalam studi kedua, Harris dan Henniger juga menjelaskan aspek ini. Ada tingkat berbeda mengenai rasa iri terhadap sanak saudara. Iri terhadap teman dekat dilaporkan lebih besar tiga kali lipat kasusnya dibanding iri pada sanak saudara.
Sedangkan, rasa iri dalam keluarga, statistiknya berbeda. Kasus merasakan iri cenderung lebih sedikit ditemukan dalam hubungan bersaudara termasuk dengan sahabat dekat dan kekasih. Ini terjadi, karena kesuksesan yang dicapai oleh keluarga secara tidak langsung akan tercermin pada diri kita sendiri, dan lebih sering mengakibatkan kebanggaan dan kebahagiaan dibanding rasa iri.
"Semua penemuan menarik," tulis Henniger dan Harris, "namun hanya riset lanjutan di masa mendatang yang bisa membedakan antara dua pilihan.""Kesimpulannya," komentar Harris, "adalah rasa iri pada orang-orang berkurang seiring usia, jadi, itu adalah kabar baik dalam bertambah usia." (Ikr/Rcy)
Advertisement