Sekjen PBB Tak Ada Agenda ke Korut

Kantor PBB mengatakan, meski tak ada agenda ke Korut, Sekjen berharap ia bisa berperan untuk tercapainya perdamaian dan stabilitas di Korut.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 18 Nov 2015, 20:21 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2015, 20:21 WIB
Korea Utara Persenjatai Diri Dengan 6.000 Tentara Cyber
20% belanja militer Korut diarahkan kepada "Biro 121", sebuah unit militer dan intelijen yang diisi oleh hacker berkemampuan istimewa.

Liputan6.com, New York - Juru bicara PBB untuk Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan bahwa Ban tidak akan ke Korea Utara. Hal itu bertolak belakang dengan laporan sebelumnya bahwa Ban akan ke Pyongyang dan bertemu dengan Kim Jong-un,

Sebelumnya kantor berita Korsel, Yonhap melaporkan pada Senin 16 November lalu, Ban yang orang Korsel diharapkan akan bertemu dengan pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong-un pada Minggu 21 November mendatang. Pertemuan itu diharapkan keduanya berbicara tentang program nuklir.

Yonhap menjelaskan, informasi yang mereka dapat berasal dari petinggi di PBB.

"Meskipun Sekjen tidak berkunjung ke Korea Utara dalam waktu dekat, Ban Ki-moon berharap bahwa ia ingin berperan dalam apa pun selama itu konstruktif, termasuk datang ke DPRK (Democratic People Republic of Korea--nama resmi Korut), demi tercapainya perdamaian, stabilitas dan dialog dengan Semenanjung Korea," tutur juru bicara PBB seperti dilansir CNN, Rabu (18/11/2015).

Jika pertemuan bersejarah benar terjadi, Ban adalah sekjen PBB ketiga yang datang ke Korut. Sejauh ini hanya 2 sekjen yang datang ke Pyongyang, yaitu Kurt Waldheim pada 1979 dan Boutros Boutros-Ghali pada 1993.

Pada Mei lalu, Ban diharapkan datang ke Kota Kaesong, di perbatasan Korut. Namun, urung datang karena Pyongyang membatalkan undangannya. Ia dahulu adalah menteri luar negeri Korsel, sebelum bekerja sebagai orang nomor satu PBB.

Bulan lalu, PBB mengeluarkan laporan bahwa rezim Kim Jong-un mengambil keuntungan dari pekerja yang mereka kirim ke luar negeri. Gaji para pekerja itu disetorkan ke pemerintah, sementara mereka tak mendapatkan sepeser pun.

Di dalam negeri, para pekerja Korut harus bekerja selama 20 jam per hari tanpa makanan yang sehat dan selalu diawasi oleh petugas keamanan. Demikian laporan PBB. 

Secara teknis, kedua Korea masih dalam keadaan perang. Karena pada 1950-1953 Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. (Rie/Ans)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya