Dubes AS: Mari Bertindak Akhiri Epidemi AIDS di Dunia

Dubes Blake mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk melaksanakan berbagai program untuk menanggulangi epidemi HIV/AIDS.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 30 Nov 2015, 17:57 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2015, 17:57 WIB
[FOTO] 3 Bulan di Indonesia, Dubes AS Datangi KPK
Kedatangan Robert ke KPK untuk berkenalan dengan pimpinan KPK , Jumat (11/4/2014) (Liputan6.com/Faisal R Syam).

Liputan6.com, Jakarta - Tiap 1 Desember, dunia memperingati Hari AIDS. HIV AIDS merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia.

Dalam rangka peringatan tersebut, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert Blake berharap jumlah infeksi baru HIV, di antara perempuan, laki-laki, dan anak-anak, bisa berkurang sebesar 90 persen. Pun menginginkan generasi bebas AIDS dan HIV agar tak lagi menjadi ancaman kesehatan masyarkat.

"Hari Hari AIDS Sedunia tahun 2015 menjadi kesempatan untuk menghormati orang-orang yang telah kehilangan nyawa karena AIDS, orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS, dan orang-orang yang memberikan perawatan, keluarga, teman-teman, dan masyarakat yang mendukungnya," kata Dubes Blake dalam pernyataan tertulis yang diterima oleh redaksi Liputan6.com pada Senin (30/11/2015).

"Tidak hanya itu, kini saatnya kita bertindak. Masyarakat di seluruh dunia wajib berkomitmen untuk mengakhiri epidemi HIV/AIDS pada tahun 2030, sebagaimana dinyatakan dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan tahun 2030 dan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)," ia menambahkan.

Oleh sebab itu, Dubes Blake mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk melaksanakan berbagai program untuk menanggulangi epidemi HIV/AIDS.

Ilmu pengetahuan telah memberikan instrumen yang kaya untuk menghentikan HIV, antara lain obat yang lebih efektif dan telah terbukti secara klinis, alat diagnostik seperti tes kit yang mudah digunakan dan memberikan hasil dalam beberapa menit, tidak lagi berjam-jam atau atau berhari-hari, serta alat dan pendekatan yang lebih efektif untuk pencegahannya.

Contohnya, pengobatan antiretroviral (ARV) dianggap telah meningkatkan prospek kelangsungan hidup seseorang dan menjaganya tetap sehat hingga lebih dari dua kali lipat. Pengobatan ARV juga dapat mencegah penularan dari orang-orang yang hidup dengan HIV terhadap pasangannya yang negatif HIV, dan penggunaan ARV secara teratur dapat melindungi seseorang dari infeksi.

Pemerintah Indonesia sejauh ini telah berkomitmen untuk menggunakan berbagai instrumen baru tersebut dalam Strategi dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2015-2019.

"Termasuk menjangkau menjangkau dan menyediakan akses langsung terhadap pengobatan untuk populasi yang memiliki risiko lebih tinggi darirata-rata terinfeksi HIV," ucap Dubes Blake.

Menurut penelitian, pelaksanaan strategi baru itu akan memastikan infeksi baru HIV dan kematian akibat AIDS menurun 50%. Sedikitnya setengah dari orang yang hidup dengan HIV akan mendapatkan obat ARV yang dapat menyelamatkan nyawa, dan jumlah infeksi HIV pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV positif akan menurun secara signifikan.

Indonesia-AS Saling Bermitra

Agar tujuan itu bisa tercapai, pemerintah Indonesia telah menetapkan target baru yang ambisius, yaitu menggabungkan pencegahan, pengujian, dan pengobatan yang memanfaatkan ilmu pengetahuan terbaru, data terbaru, serta obat-obatan dan alat-alat diagnostik yang lebih efektif, dikombinasikan dengan kerja keras para tenaga kesehatan, dokter, masyarakat dan organisasi masyarakat sipil. Strategi itu juga membawa pelayanan lebih dekat dengan masyarakat yang membutuhkannya.

Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan Rencana Darurat Presiden AS untuk AIDS (PEPFAR) pun sangat gembira dapat bermitra dengan pemerintah Indonesia untuk menjawab tantangan dan mengakhiri epidemi AIDS pada 2030. Melalui upaya bersama yang dilakukan dengan beberapa organisasi masyarakat sipil lokal, USAID mampu menjangkau 100.589 anggota prioritas dan populasi kunci untuk memaparkan informasi tentang HIV/AIDS, dan 81 persen di antaranya telah melakukan tes HIV di fasilitas kesehatan milik pemerintah maupun dan swasta.

"Jadi sekarang kita memiliki ilmu, obat, dan dapat melihat hasil yang nyata saat kita semua bekerja sama: Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, Kementerian Kesehatan, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, organisasi keagamaan, PBB, serta berbagai lembaga donor," ucap Dubes Blake.

"Mencapai tujuan ini tentunya tidak mudah. Untuk menjangkau orang-orang yang hidup dengan HIV, kita semua harus berbagi tanggung jawab dan bersama memperkuat upaya ini. Kita semua paham apa yang harus kita lakukan untuk dapat mengendalikan epidemi, dan kini kita memiliki perangkat yang memungkinkan hal tersebut terwujud. Melalui kemitraan, kita sudah mencapai banyak hal sejak epidemi berada di titik terburuk hingga sekarang, tetapi pekerjaan kita masih jauh dari selesai," katanya lagi.

"USAID dan PEPFAR bangga dapat bermitra dengan pemerintah Indonesia dalam komitmennya untuk mengakhiri epidemi ini," Dubes Blake menegaskan.

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat global yang tercatat dalam sejarah. Pasalnya, penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) ini menyebabkan dua juta kematian setiap tahun di mana sekitar 270.000 korbannya adalah anak-anak.

(Rie/Tnt)**

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya