Liputan6.com, Tel Aviv - Sebuah rumah pertanian kuno ditemukan di penggalian purbakala di Rosh Ha’ayin di dekat kota Tel Aviv, Israel. Tempat penemuannya berdekatan dengan sebuah biara Bizantium yang memiliki mosaik warna-warni sebagai lantai pintu masuknya.
Dikutip dari Daily Mail pada Kamis (07/01/2016), rumah pertanian itu diduga dibangun setelah pendudukan Israel oleh bangsa Asyura pada 2.700 tahun lalu, sedangkan mosaik di biara itu berusia jauh lebih muda. Dua bangunan itu sepertinya dipakai berabad-abad lamanya hingga akhirnya kawasan itu diabaikan pada masa Helenistik, sesudah kematian Alexander Agung.
Baca Juga
Situs itu digali bersama oleh Otoritas Purbakala Israel (Israel Antiquities Authority, IAA) dan berlangsung sebelum pembangunan kawasan baru di kota Rosh Ha’ayin, di dekat Tel Aviv.
Advertisement
Rumah pertanian itu berukuran 30 x 50 meter dan memiliki dinding-dinding setinggi hingga 2 meter.
“Bangunan ini berusia 2.700 tahun dan memiliki 24 ruangan seputar halaman tengahnya. Ia dibangun setelah pendudukan Israel oleh bangsa Asyura pada 722 SM," kata direktur penggalian, Amit Shadman.
Bangsa Asyura adalah kaum Semit yang tinggal di ujung utara Mesopotamia. Bangsa itu mendominasi Timur Tengah dan memaksa suku-suku Israel untuk berserakan ke seluruh daerah pendudukannya. Bukannya menggiring kaum Israel ke satu tempat, bangsa Asyura malah mendirikan kantong-kantong kecil suku Israel di seluruh Timur Tengah. Namun demikian belum diketahui pasti siapa yang membangun rumah pertanian itu maupun alasan pembangunannya.
“Gudang besar atau silo dimaksudkan untuk melindungi gandum dari paparan di halaman. Sepertinya karbohidrat sudah populer sebagaimana halnya sekarang, penanaman dan pemrosesan gandum lumayan tersebar di kawasan pedesaan-pertanian," lanjut Dr. Shadman.
Pendapatnya didukung oleh penemuan ladang di dekat sana yang memiliki sejumlah batu gilingan yang mungkin digunakan untuk menggiling gandum menjadi tepung.
“Selain itu, kami menemukan cobek batu untuk pembuatan minyak zaitun," tambahnya lagi.
Warga jaman purba itu diduga mengandalkan diri kepada hasil gandum, minyak zaitun, dan kemungkinan anggur sebagai sumber makanan atau bahkan uang—barang-barang itu dapat diperjualbelikan.
Ditemukan juga dua keping uang perak yang berasal dari abad 4 SM bergambar mirip dewi Athena dan burung hantunya. Diduga ada pengaruh Yunani kuno atau jalur perdagangan dengan peradaban besar tersebut.
Dr. Shadman melanjutkan dengan mengatakan bahwa pertanian itu dipakai selama berabad-abad hingga akhirnya diterlantarkan pada masa Helenistik—sesudah kematian Alexander Agung pada 323 SM dan kebangkitan Kekaisaran Romawi pada 31 SM.
Pada 332 SM Alexander Agung menduduki Persia sehingga menjadi penguasa seluruh dunia pada masa itu. Sesudah kematiannya, kekaisaran dibagi-bagi di antara kalangan para jenderalnya. Antigonus—dan kemudian Ptolemius—mendapatkan Mesir, sedangkan Timur Tengah dan Mesopotamia diperintah oleh Seleucus.
Kawasan itu berubah lagi pada abad ke 5 Masehi ketika kaum Kristen tiba di kawasan itu dan membangun gereja-gereja pedesaan yang megah, beserta sejumlah biara. Sejumlah di antaranya telah ditemukan baru-baru ini.
Salah satu contoh, para ahli kepurbakalaan mengungkapkan bahwa biara di salah satu daerah perbukitan berasal dari masa Bizantium sekitar 1.500 tahun lalu. Biara itu mencakup peninggalan gereja, tempat pembuatan minyak, ruangan-ruangan tempat tinggal, dan kandang kuda yang dilengkapi dengan palungan dan tempat minum.
Namun demikian, mosaik itulah yang menjadi daya tarik di kalangan ahli purbakala. Ada bagian yang bertuliskan huruf Yunani kuno yaitu nama seorang rohaniwan Theodisius, yang sebetulnya merupakan nama yang lazim di masa Bizantium.
Jika diterjemahkan, kalimatnya berbunyi, “Tempat ini dibangun di bawah perintah Theodisius, sang rohaniwan. Damai besertamu ketika kamu datang, damai besertamu ketika kamu pergi, amin.”
Menurut para ahli arkeologi, ratusan tahun setelah biara itu tidak dipakai lagi, sebuah tungku batu dibangun di tempat itu di masa Ottoman yang menghancurkan sebagian besar biara tersebut.
Pihak IAA memastikan bahwa peninggalan purbakala ini akan dilestarikan di tempatnya dan menjadi fokus pemukiman-pemukiman baru.