Liputan6.com, Jakarta Uang memang tidak tumbuh di pohon. Namun, ada pohon yang berhasil 'menumbuhkan' uang dengan mengubah bentuknya menjadi perabotan unik. Bagaimana caranya?
Gavin Munro, desainer asal Inggris, memiliki ide untuk mengubah bentuk tanaman berkembang menjadi meja dan kursi. Hal tersebut ia lakukan dengan membentuk pasak pohon menjadi cetakan perabotan, dan tanaman akan tumbuh mengikuti bentuknya.
Baca Juga
Ketika usia tanamannya sudah matang, ia hanya perlu 'memanen' perabotan, dan tak perlu lagi untuk memotong, gergaji, atau menyusun-nyusun perabotan.
Advertisement
Perusahaan perabotan uniknya dinamakan "Full Grown" (tumbuh sempurna), Munro mengaku tak ingin melibatkan proses yang tidak ramah lingkungan dalam produksi masal perabotannya tersebut.
"Jika melihat dari sudut pandang pabrik dan desain, sebenarnya ini masuk akal. Mengapa pohon ditanam jika akhirnya ditebang secara berlebihan?" Ungkap Munro kepada Oddity Central.
"Mengapa tidak tumbuhkan saja bentuk yang diinginkan, kemudian mengubah ukurannya? Anda bisa membuat ribuan perabot dengan cara yang sama jika ingin membuat 10, namun masing-masing memiliki keunikan."
Ide ini pertama kali muncul saat bekerja sebagai tukang kebun di California sembari membuat perabotan dengan kayu apung di waktu senggang.
Suatu hari, ia teringat dengan pohon bonsai milik ibunya yang tumbuh menyerupai singgasana. Ketika itulah, ia berpikir, kenapa kita menghabiskan waktu menebang pohon, membuat potongan kayu, dan merakitnya kembali. Sementara, kita bisa tumbuhkan pohon saja dari awal."
Setelah beberapa kali mencoba melakukan metode yang disebutnya 'manufaktur biologi', Munro berhasil membuat prototipe kursi dari empat pohon.
Hari ini, Munro merawat 'hutan perabotan' sebesar 10.117 meter kubik, yang terdiri dari 400 pohon di Derby Utara, Inggris. Ia menggunakan rangka plastik untuk membentuk pohon willow muda, oak, ash, dan sycamore menjadi bentuk kursi, meja, bingkai, atau lampu.
Baca Juga
Perlu kerja keras dalam membuat perabotan-perabotan tampak seperti dari negeri dongeng ini. Hutan miliknya ini terdiri dari barisan pepohonan yang tertutup cetakan plastik berwarna biru, yang akan bentuk pohon menjadi perabotan.
Ketika bentuk yang diinginkan sudah didapatkan, batang pohon akan dirawat hingga dewasa, menebal, dan siap dipanen. Dari setiap 100 pohon, ada 10.000 kecambah yang perlu pembabatan dan 1.000 ranting yang perlu perawatan ekstra.
"Proses pengawasan merupakan wujud seni," ungkap Munro, menggambarkan proses itu sebagai 'cetak tiga dimensi organik yang menggunakan udara, tanah, dan sinar matahari sebagai bahannya'.
"Pada intinya, ini karya seni yang sederhana," tambahnya.
"Anda memulai dengan menumbuhkan dan memangkas ranting-ranting pohon selagi berkembang. Terkadang, kita harus tempelkan batang pohon tambahan untuk membentuk perabotan kokoh.
Proses keseluruhan memerlukan waktu empat sampai delapan tahun, menghasilkan perabot yang berfungsi baik, organik, ramah lingkungan, lebih kuat dan tahan lama dibanding produk lainnya di pasaran.
Ditumbuhkan dan dicangkokkan menjadi satu perabot utuh, kayunya tak akan patah dimakan waktu, menurut Munro, bahkan bisa tahan berabad-abad.
Kualitas tak menjadi masalah bagi perabotan yang ditumbuhkan langsung di hutan ini, namun sebaliknya bagi logistik dan skalabilitasnya.
Sekarang ini, Munro diharapkan bisa menumbuhkan 50 perabotan per tahunnya. Kursi dalam jumlah yang banyak akan tersedia untuk dibeli pada pertengahan tahun 2017 mendatang seharga US$3700 masing-masing. Sedangkan, lampu gantung geometris dan bingkai cermin akan diobral tahun 2016 ini.