Liputan6.com, Chibok - Kelompok militan Nigeria, Boko Haram, merilis sebuah video berisi tayangan sekelompok anak perempuan dalam kondisi hidup yang mereka culik dua tahun lalu dari Kota Chibok. Rekaman itu dikirim ke pemerintah Nigeria.
"Video itu menunjukkan 15 perempuan berjubah hitam dan mengidentifikasikan diri mereka sebagai murid diculik dari sekolah menengah," demikian seperti dikutip dari BBC, Kamis (14/4/2016).
Baca Juga
Baca Juga
Mendapati video tersebut, beberapa orangtua yang kehilangan anak gadisnya pun mencoba mengidentifikasi yang mana buah hati mereka.
Advertisement
Rekaman para siswi yang beredar ini merupakan yang pertama sejak terakhir kali muncul pada Mei 2014. Ini menjadi bukti bahwa korban penculikan masih hidup.
Video terbaru yang dipublikasikan ini diperkirakan direkam pada Hari Natal tahun 2015. Cuplikan tersebut menunjukkan anak-anak perempuan itu memohon kepada pemerintah Nigeria untuk bekerja sama dengan militan agar membebaskan mereka.
Mereka mengatakan diperlakukan dengan baik dan dalam kondisi sehat, tapi ingin hidup bersama keluarga mereka.
Berikut rekaman videonya:
Identifikasi yang Emosional
Setelah melihat video itu, dua ibu, Rifkatu Ayuba dan Mary Ishaya, mengaku mengenali anak perempuan mereka. Pun demikian dengan Yana Galang, yang mengidentifikasi lima gadis yang hilang seperti dilaporkan Reuters.
Pejabat lokal di Maiduguri, ibu kota negara bagian Borno, menggelar nonton bersama video itu dengan para ibu.
"Itu Saratu-ku!" teriak Ayuba menunjuk ke layar komputer jinjing yang digunakan pemerintah lokal untuk menayangkan rekaman tersebut seperti Liputan6.com lansir dari CNN.
Ayuba terlihat begitu putus asa dan emosional. Sudah dua tahun ia tak melihat putri kesayangannya yang diculik kelompok Boko Haram.
Saratu Ayuba adalah salah satu dari 15 gadis yang terlihat dalam rekaman yang ditunjukkan kepada beberapa keluarga untuk pertama kalinya pada pertemuan emosional minggu ini. Ia terlihat mengenakan abaya (baju panjang) berwarna ungu dengan syal cokelat bermotif menutupi rambutnya. Saratu menatap langsung ke kamera.
"Rasanya aku ingin menariknya keluar dari layar laptop," ucap Ayuba yang tak tahu lokasi misterius penculikan putrinya. "Jika aku bisa, aku akan mengeluarkannya dari layar."
Ketika kamera tengah fokus pada 15 anak perempuan itu, terdengar suara seorang pria mengucapkan, "Siapa namamu? Apakah itu nama panggilanmu di sekolah? Dari mana kamu diambil?"
Satu demi satu, setiap gadis dengan tenang menyatakan namanya dan menjelaskan bahwa dia diambil dari Chibok, sekolah menengah pemerintah. Sesekali mereka terlihat ragu dan takut serta emosi.
Ketika klip sepanjang dua menit berakhir, salah satu gadis, Naomi Zakaria, menutup rekaman dengan permintaan mendesak pihak berwenang Nigeria untuk menyatukan kembali dengan keluarga mereka. Kata-kata itu tampaknya sudah diatur.
"Aku berbicara pada 25 Desember 2015, atas nama semua gadis Chibok dan kami semua baik-baik saja," kata Naomi. Intonasinya menyiratkan bahwa 15 remaja dalam video itu telah dipilih untuk mewakili kelompok secara keseluruhan.
Tak seberuntung Rifkatu Ayuba dan Mary Ishaya, Yana Galang tak bisa menemukan putrinya dari 15 anak dalam rekaman tersebut.
"Aku tak melihat anakku, tapi rasanya ada banyak harapan bahwa dia masih hidup... Mereka semua putri kami... Yang kami inginkan untuk pemerintah adalah membawa pulang anak-anak kami. Kembalikan putri kami..." kata Galang sedih sambil menangis pilu.
Penculikan Boko Haram terhadap 276 anak perempuan ini memicu kampanye global di media sosial dengan hastags #BringBackOurGirls, yang melibatkan Ibu Negara AS, Michelle Obama, dan sejumlah selebritas. Meski demikian, sebagian besar anak perempuan yang diculik belum juga ditemukan.
Sementara itu, ratusan orang tua mengadakan protes di ibu kota Nigeria, Abuja, untuk menuntut pemerintah karena tak kunjung menemukan anak perempuan mereka.
Wartawan BBC, Martin Patience, di Abuja mengatakan mereka menyalahkan pemerintah sebelumnya karena tak melakukan apa-apa ketika penculikan itu terjadi. Pemerintah dianggap gagal mencurahkan sumber daya yang cukup untuk pencarian korban penculikan massal tersebut.
Amnesty International mengatakan sekitar 2.000 anak-anak telah diculik oleh Boko Haram sejak 2014. Anak-anak banyak digunakan sebagai budak seks, pejuang, dan bahkan pelaku bom bunuh diri. Meskipun militan masih meluncurkan serangan, tentara Nigeria telah membuat kemajuan dalam memerangi mereka selama tahun lalu.
Mereka telah merebut kembali kota dan desa yang dikendalikan oleh Boko Haram. Serta membebaskan ratusan perempuan dan anak-anak ditawan.
Mlitan Boko Haram menyerang pesantren pemerintah di negara bagian Borno pada 14 April 2014, merebut para siswi yang akan ujian.
Tak lama setelah itu mereka merilis sebuah video berisi tuntuan pertukaran tawanan. Pemimpin Boko Haram, Abubakar Shekau mengatakan gadis-gadis itu masuk Islam dan mengancam akan memaksa mereka menikah dengan militan atau menjualnya sebagai budak.
Setelah beberapa bulan berlalu, sekitar 57 siswa berhasil melarikan diri, sementara 219 lainnya masih hilang.