Umbar Lelucon Pemerkosaan, Capres Filipina Dikecam

Sosok Duterte, salah satu calon Presiden Filipina itu, juga disebut-sebut kerap memamerkan kehidupan seksualnya.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 18 Apr 2016, 16:03 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2016, 16:03 WIB
Umbar Lelucon Perkosaan, Capres Filipina Dikecam
Sosok Duterte, salah satu calon presiden Filipina itu, juga disebut-sebut kerap memamerkan kehidupan seksualnya.

Liputan6.com, Manila - Video yang merekam lelucon calon Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, terkait seorang warga Australia korban pemerkosaan yang dibunuh menuai kecaman.

Rekaman itu memperlihatkan Duterte dan pendukungnya bercanda tentang kekerasan yang dilakukan oleh penghuni penjara tahun 1989 lalu ketika Duterte menjabat sebagai wali kota.

"Misionaris perempuan itu amat cantik sehingga 'seharusnya wali kota yang melakukan pertama kali'," kata Dutarte yang dikutip dari BBC, Senin (18/4/2016).

Para pengkritik mengatakan komentar yang dilontarkan Duterte--capres yang berdasarkan jajak pendapat berada dalam posisi unggul--tidak layak menjadi presiden. Namun para pendukungnya menepis pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa komentar itu merupakan lelucon semata.

Sosok Duterte juga disebut-sebut kerap memamerkan kehidupan seksualnya. Ia juga dikenal dengan pidato-pidatonya yang kurang sopan.

Disebut Maniak

Komentar yang dimuat di salah satu situs berbagi video ini merupakan yang terbaru dari rangkaian jawaban yang memicu kecaman. Sebelumnya ia melontarkan tanggapan yang juga dikritik, yakni atas usulan eksekusi massal para kriminal.

Dalam rekaman video terbarunya terkait lelucon yang dikecam, Duterte merujuk pada seorang misionaris yang diperkosa dan dibunuh ketika sedang memberi pelayanan agama di Kota Davao, Filipina selatan.

"Komentar itu mencerminkan ketidaklayakan Duterte menjadi presiden, dan tak ada rasa hormat terhadap kaum perempuan," kata juru bicara Presiden Filipina, Benigno Aquino.

Sementara calon presiden lainnya, Wakil Presiden Jejomar Binay, mengatakan komentar Duterte menjijikkan.

"Anda adalah seorang maniak yang tidak menghormati perempuan dan tak layak menjadi presiden," ucap Binay melalui pernyataan tertulis.

Kelompok pegiat hak asasi, Human Right Watch, mengatakan komentar itu sebagai dukungan atas kekerasan seksual yang membuat Duterte seharusnya dikecam total.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya