Liputan6.com, New York - Kampus seluas 14 hektare di Manhattan itu menjadi saksi sejarah keberagaman New York, AS. Sekolah tinggi yang dibangun pada 1847 itu adalah institusi pendidikan tinggi pertama milik pemerintah yang menggratiskan biaya pada mahasiswanya.
Kampus bersejarah itu dibangun pebisnis tajir dan presiden Board of Education Townsend Harris. Tanpa bayaran sepeser pun, kampus itu menyediakan pendidikan bagi murid imigran dan miskin untuk mendapatkan kesempatan sekolah tinggi.
Baca Juga
Oleh sebab itu, kampus itu terkenal dengan keberagaman mahasiswa paling menyolok di seluruh dunia.
Advertisement
Memiliki 10 alumni yang mendapatkan Nobel Prize, pada 10 Juni lalu, City Collage of New York kembali menjadi saksi sejarah pidato terakhir First Lady, Michelle Obama.
Selain sebagai tempat dengan mahasiswa paling beragam, alasan Michelle memilih CCNY adalah fasilitas yang luar biasa di kampus itu.
Di depan 4.000 lulusan dan keluarganya, dinaungi langit yang abu-abu, tak menyurutkan Michelle memberikan pidatonya.
Keberagaman mahasiswa itu terlihat oleh banyaknya pembicara di podium, yang mencatat lebih dari 100 bahasa digunakan oleh anggota kelas senior, sekitar 40 persen di antaranya adalah mereka yang pertama kali lulus dari universitas di keluarganya.
Keragaman juga terlihat dari pidato salutatory, seorang muslimah berjibab, Orubba Almansouri.
Pidato salutatory biasanya dilakukan oleh siswa peringkat kedua tertinggi yang lulus dari SMA atau universitas.
Almansouri berasal dari Yaman. Dia harus berjuang mengalahkan tradisi yang telah berabad-abad tidak membolehkan kaum wanita sekolah tinggi.
Almansouri adalah wanita pertama di sukunya yang berhasil lulus dari perguruan tinggi. Pidato kedua dilakukan oleh Antonious Mourdoukoutas, pria keturunan Yunani-Italia yang menyinggung keberagaman di sekolahnya.
Kalimatnya yang mengatakan, "Keberagaman adalah kekuatan kita," langsung disambar Michelle di dalam pidatonya sendiri. Demikian dilansir dari Pix11.
Dalam pidato itu, Michelle juga menyinggung --meski tak menyebut nama-- Donald Trump yang di tiap kampanyenya menolak imigran.
"Meskipun ada pelajaran pahit di sejarah negeri ini, dan kebenaran yang kalian terima di City Collage, ada orang di luar sana yang punya pandangan berbeda."
"Mereka pikir, keberagaman itu ancaman yang harus dicegah dan dimusnahkan dibanding memikirkan bahwa keberagaman itu justru sumber daya."
"Mereka bilang ke kita, kalau mereka yang berbeda itu berbahaya, wajib dicurigai, dan jelas kita tak setuju dengannya," ucap Michele.
"Kita tidak membangun tembok untuk mengusir orang," kata Nyonya Obama yang langsung disambut oleh tepukan tangan.
"Itu bukan maksud dan tujuan mengapa negara ini didirikan," katanya di depan 16.000 tamu yang hadir.
"Ada cerita tentang imigran Polandia bernama Jonas Salk yang berkutat di laboratorium hingga ia menemukan vaksin yang mampu menyelamatkan nyawa," ucap perempuan lulusan Harvard itu.
"Ada lagi kisah dari imigran Jamaika bernama Collin Powel, jenderal bintang 4, Menteri Luar Negeri, dan contoh bagi generasi muda di seluruh negeri," ujar perempuan kelahiran Chicago 1964 itu.
Michelle juga berpesan kepada para lulusan CCNY untuk menerapkan ilmu mereka untuk membantu satu sama lain.
"Tugas kalian," kata Michele kepada para lulusan CCNY, "adalah memastikan sekolah ini memiliki dana dan dukungan yang dibutuhkan. Kita harus memperkuat universitas umum yang kita miliki ini."
"Saya berpesan kepada kalian, jadilah orang hebat, diri sendiri dan nikmati kebebasan dari negeri hebat ini. Kejar kebahagiaan kalian sendiri, dan please, selalu bantu orang lain agar mereka juga melakukan hal yang sama."
Seperti apa pidato Michelle Obama? Berikut rekamannya.