Liputan6.com, London- Selama puluhan dekade, sosok rupawan nan elegan karya fiksi Ian Flemming bernama James Bond diidolakan para wanita dan pria seantero jagad. Bond tidak hanya membuat kaum hawa terkulai lemas dengan auranya yang sensual sekaligus misterius itu.
Baca Juga
Ia juga membuat banyak pria berdecak kagum atas kepiawaiannya dalam menaklukkan wanita. Sedari dulu, seorang mata-mata Inggris berbusana tuksedo hitam dengan dasi kupu-kupu ini dianggap fiktif, atau hanya sebatas khayalan sang penulis saja.
Namun, ternyata sosok James Bond betul-betul ada di dunia nyata. Hanya saja, namanya bukanlah seperti yang seringkali kita dengar seperti, James Bond atau agent 007.
James Bond yang asli bernama Dusan Popov. Melansir USA Today, pria asal Serbia kelahiran tahun 1912 ini sempat bekerja sebagai mata-mata untuk sejumlah badan intelijen beberapa negara di dunia di era masa Perang Dunia II. Diantaranya adalah, badan intelijen Inggris, MI5 dan MI6, Jerman, Abwehr dan Amerika Serikat, FBI.
Advertisement
Sebelumnya, ia tercatat sebagai mahasiswa S3 di University of Freiburg, Jerman. Popov diasingkan dari negara tersebut di tengah upayanya mengejar gelar doktor untuk jurusan hukum, lantaran nekat mengkritik pemerintahan Reich ketiga Jerman atau Nazi.
Pengasingan Popov dari Jerman tidak sepenuhnya membawa dampak buruk. Ia tetap menguasai setidaknya 4 bahasa yaitu, Jerman, Inggris, Prancis dan Italia.
Meski pada saat itu Popov lebih diketahui sebagai seorang agen ganda yang mengabdi hanya kepada Inggris dan sekutunya, dirinya juga diketahui pernah bekerja untuk badan intelijen Yugoslavia.
Saat mengemban profesi menjadi seorang mata-mata, Popov mengadopsi berbagai macam nama samaran. Mulai dari ‘Dusko’ untuk agen rahasia Yugoslavia, ‘Agent Scoot’ atau yang lebih populer ‘Tricycle’ untuk MI5, MI6 dan AS, hingga ‘Ivan’ untuk Abwehr Jerman.
Sumber Inspirasi
Dusko Popov diyakini telah menginspirasi pembuatan karakter Agent 007 untuk kedua belas novel karya Ian Fleming di era tahun 1950-an awal. Fleming merupakan seorang penulis sekaligus mantan anggota intelijen angkatan laut berkebangsaan Inggris.
“Perang Dunia II merupakan periode paling tepat untuk dikisahkan dalam novel, terutama bagi mereka yang sangat berminat dengan sosok dan cara kerja agen rahasia,” kata Laksamana John Godfrey, pimpinan badan intelijen angkatan laut Inggris yang juga merupakan atasan Fleming pada saat itu.
Saat dirinya ditugaskan untuk mengawasi investasi keuangan Inggris di Portugal, Fleming suatu kali melihat sosok Popov di Casino Estoril tengah menunjukan kemahirannya dalam permainan judi baccarat. Kehandalan Popov dalam berjudi turut menginspirasi karakter dalam novel Fleming dan juga untuk film Bond berjudul Casino Royale.
Kepopuleran Bond meroket dan diakui semua kalangan usia, lantaran karakter diangkat dalam 25 film layar lebar terlaris rilisan Hollywood era tahun 1960-an hingga sekarang.
Tidak hanya itu, sebuah buku tentang kehidupan sang James Bond yang sebenarnya, atau biografi Dusan Popov berjudul Into the Lion’s Mouth: The True Story of Dusko Popov: World War II Spy, Patriot, and the Real-Life Inspiration for James Bond, karya Larry Loftis belum lama ini diluncurkan.
Diantara Dua Pilihan
Seperti dilansir dari BBC, ketidaksukaan Popov pada Nazi yang berujung pengasingannya, membuat MI5 yakin bahwa ialah kandidat paling cocok yang bisa dipercaya untuk misi sekutu memata-matai Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler pada saat itu.
Walaupun diasingkan dan secara diam-diam sudah direkrut oleh pihak MI5, Popov tetap mengiyakan tawaran dari Abwehr Jerman untuk menjadi agen mereka. Ini tentunya dilakukan setelah berkonsultasi dengan pihak MI5 terlebih dahulu.
Setelah disetujui, Popov mulai berkomunikasi dengan pihak Jerman menggunakan mesin telegraf wireless dan juga kartu pos dengan kode khusus yang ditulis menggunakan invisible ink atau tinta yang tidak nampak. Bahan dasar tinta tersebut dicampur dengan minuman wine atau anggur terlebih dahulu supaya tak nampak ketika dituliskan di atas kartu pos tersebut.
Apapun jawaban Popov atau agen Tricycle untuk setiap pertanyaan yang dilontarkan pihak Jerman terkait kekuatan militer Inggris, sudah sebelumnya dirembukkan bersama dengan pihak MI5 secara terperinci dan serealistis mungkin untuk menutupi ketidakakuratannya.
Di dalam salah satu kamar di hotel Savoy, London, tempat di mana Tricycle menetap selama bekerja untuk MI5, terdapat sebuah dokumen bertuliskan ‘Top Secret’ di atas tumpukan berkas yang tersebar dalam kamarnya itu.
Berkas tersebut berisikan sejumlah pertanyaan dari seorang perwira Jerman berkaitan dengan kekuatan militer Inggris. Ia menanyakan soal apa yang sedang dibangun dalam pabrik di beberapa kota Inggris seperti, Weybridge, Wolverhampton dan Dartford.
Semua informasi di atas ditemukan dalam berkas-berkas yang ada di gedung arsip Kew di London, Inggris.
Advertisement
Kegagalan dan Kemenangan
Keberhasilan Popov sebagai mata-mata kelas dunia dapat dilihat dari perannya yang sangat penting dalam upaya pengumpulan informasi rahasia milik oposisi sekutu untuk dua kasus bersejarah: serangan Pearl Harbor dan 'D-Day' atau Invasi Normandia.
Pearl Harbor
Pada tahun 1941 silam, Abwehr menugaskan Popov untuk memata-matai instalasi pertahanan AS di Pearl Harbor, Hawaii. Popov pun berkonsultasi terlebih dahulu dengan MI5 terkait instruksi Abwehr tanpa sepengetahuan pihak intelijen Jerman.
MI5 menyetujui dan langsung menghubungi sekutunya di AS, Direktur FBI, J Edgar Hoover, memberitahukan bahwa Popov berpihak pada sekutu dan akan menyambangi New York, AS atas instruksi Jerman.
Popov kemudian mendapatkan informasi bahwa Pearl Harbor akan diserang oleh Jepang melalui serangan udara yang terinspirasi oleh taktik yang digunakan Inggris untuk wilayah Taranto, Italia pada tahun sebelumnya.
Sayangnya, FBI yang pada saat itu dikepalai oleh Hoover, mengabaikan informasi yang diberikan Popov. Bahkan, informasi tersebut tidak pernah sampai ke kuping Presiden AS saat itu, Franklin Delano Roosevelt.
Empat bulan kemudian, Pearl Harbor terbukti dijadikan target penyerangan berskala besar pihak Jepang. Popov kemudian melontarkan kekesalannya terhadap FBI lantaran meremehkan informasi penting yang diberikan 4 bulan sebelum kejadian.
“Saya pada waktu itu dibekali informasi akurat terkait serangan. Saya berharap, dengan saya terbang jauh-jauh untuk berikan informasi penting itu, hal tersebut bakal dianggap serius dan penyerangan bisa dicegah lebih dini. Namun tidak, padahal hal tersebut bisa bantu persingkat durasi waktu perang hingga 1 tahun,” demikian yang ditulis Popov dalam autobiografinya yang berjudul Spy Counter Spy pada tahun 1974, seperti dikutip dari New York Review.
Normandia
Kegagalan dalam upaya meyakinkan AS untuk mencegah serangan Pearl Harbor tidak membuat Popov putus asa. Ia menebus kegagalan tersebut dengan cara meyakinkan Nazi bahwa invasi Normandia atau 'D-Day', yang jatuh pada tanggal 6 Juni tahun 1944 akan terjadi di Calais, bukan di wilayah Normandia, Prancis itu sendiri.
Berkat taktik pengalihannya yang juga dibantu dengan keberhasilan beberapa pihak lainnya dalam memecahkan kode mesin enigma, sekutu pun akhirnya raih kemenangan dalam pertempuran melawan Nazi.
Agen Tricycle hingga kini dipandang sebagai salah satu aset paling berharga yang pernah dimiliki pemerintah Inggris. Laporan intelijennya tidak bisa diremehkan begitu saja; informasi darinya merupakan sesuatu yang bisa merubah sejarah dan menyelamatkan nyawa banyak orang.