Mantan Bankir Ini Terpilih Jadi Presiden Peru

Setelah terpilih sebagai presiden Peru, Kuczynski melepas kewarganegaraan Amerika Serikat-nya.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 29 Jul 2016, 15:01 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2016, 15:01 WIB
Pedro Pablo Kuczynski, presiden baru Peru
Pedro Pablo Kuczynski, presiden baru Peru (The Wall Street Journal)

Liputan6.com, Lima - Seorang mantan bankir investasi berusia 77 tahun, Pedro Pablo Kuczynski, resmi menjadi presiden Peru pada Kamis 28 Juli kemarin. Dalam pidato pelantikannya, pria yang akrab disapa PPK itu menjanjikan Peru 'yang lebih modern, lebih adil, dan lebih setara' selama lima tahun ke depan.

Kuczynski yang berasal dari kubu konservatif berhasil menjadi presiden setelah mengalahkan Keiko Fujimori dalam pemilu presiden bulan lalu. Keiko adalah anak dari mantan presiden Alberto Fujimori -- pada 1994 hingga 2000 ia menjadi ibu negara Peru setelah kedua orangtuanya bercerai.

Seperti dilansir BBC, Jumat (29/7/2016), ledakan komoditas telah menjadikan kondisi perekonomian Peru meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Namun masih banyak warga negara itu yang hidup dalam kemiskinan dan kekurangan akses terhadap layanan dasar.

"Apa artinya menjadi negara modern? Ketimpangan antara kaum miskin dan kaya harus ditutup dengan mengangkat pendapatan warga miskin," ujarnya.

Melihat situasi tersebut, Kuczynski menyerukan revolusi sosial. Namun untuk melaksanakan reformasi itu, ia membutuhkan dukungan dari Keiko, di mana Partai Popular Force yang dipimpinnya berhasil menguasai 73 kursi di kongres sementara parpol pengusung Kuczynski harus berpuas dengan 18 kursi.

Presiden dengan Bekal Pengalaman sebagai Bankir

Kuczynski yang merupakan mantan eksekutif Wall Street ini juga menegaskan akan memanfaatkan pengalamannya di dunia bisnis, untuk meningkatkan investasi yang diperlukan demi mengurangi kemiskinan di negara berpenduduk 30 juta jiwa itu.

Jelang pelantikannya, Kuczynski dilaporkan telah melepas kewarganegaraan Amerika Serikat dan sepenuhnya menjadi warga negara Peru. Sang presiden diharapkan dapat menjaga kebijakan yang ramah terhadap pasar seperti yang dijalankan pendahulunya, Ollanta Humala.

Sebagai presiden, Humala disebut sangat bergantung dengan penasihat ekonominya. Sementara Kuczynski sejauh ini mengisi 19 pos kabinetnya dengan orang-orang berlatar belakang yang kurang lebih sama dengan dirinya.

Sebut saja pos kursi perdana menteri yang diduduki oleh Fernando Zavala yang merupakan mantan chief executive di perusahaan bir SABMiller dan direktur Interbank, salah satu bank terbesar di Peru. Menjabat sebagai Menteri Keuangan adalah Alfredo Thorne, seorang ekonom Oxford yang merupakan direktur pelaksana di J.P. Morgan Chase & Co.

Kuczynski dilaporkan berencana untuk memotong pajak demi mengurangi pasar informal yang besar di negara itu. Ia juga akan mendiversifikasi ekonomi di sektor pertambangan berat dengan mendorong industri pariwisata dan menarik investor ke sektor pertanian.

Dalam sebuah kesempatan ia mengungkapkan, pemerintahannya tidak akan mengembangkan sektor tambang yang ditentang oleh warga lokal.

"Kuczynski adalah sosok yang unik dalam artian ia adalah presiden berlatar belakang bisnis pertama di Peru. Dia adalah presiden dengan kapabilitas terbaik yang pernah kita miliki dan mungkin salah satu yang terbaik di Amerika Latin, dengan jaringan kerjasama yang luar biasa," ujar ilmuwan politik di Catholic University Peru, Fransisco Durand.

Kuczynski yang sempat bekerja di Bank Sentral Peru dan Bank Dunia ini merupakan anak imigran Eropa. Ia juga sempat menjabat sebagai ketua di First Boston International di New York sebelum bertugas menjadi dewan penasihat Amerika Latin di Deutsche Bank AG.

Pada 1990-an, ia pindah ke Miami di mana ia membantu didirikannya Latin America Enterprise Fund Managers, salah satu perusahaan ekuitas swasta pertama di kawasan it.

"Saya pikir keunggulan utamanya adalah dia seorang pemimpin yang baik. Ia adalah orang yag memiliki selera bagus untuk memilih orang yang tepat," ujar Eduardo Elejalde yang bersama-sama Kuczynski mendirikan perusahaan ekuitas swasta seperti dikutip The Wall Street Journal.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya