China Tuding Video 'Horor' Bocah Suriah Propaganda

Pemerintah China menuding pihak Barat memalsukan tayangan bocah Suriah yang diselamatkan dari hujan bom Aleppo.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 27 Agu 2016, 09:30 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2016, 09:30 WIB
Omran Daqneesh
Pemerintah China menuding pihak Barat memalsukan tayangan bocah Suriah yang diselamatkan dari hujan bom Aleppo. (Sumber CCTV via Telegraph)

Liputan6.com, Beijing - Beberapa hari yang lalu merebak foto memilukan dari Aleppo, Suriah, yang dihujani bom. Seorang anak bernama Omran Daqneesh (4) terlihat ditarik dari reruntuhan dalam kondisi luka dan berlumuran debu. Memilukan.

Namun tidak demikian menurut pemerintah China. Dikutip dari Telegraph pada Jumat (26/8/2016), kantor berita CCTV milik pemerintah China menuduh video dan gambar bocah itu sekadar "perang propaganda" oleh pihak Barat.

Jutaan orang di seluruh dunia dikejutkan oleh tayangan bocah yang nyaris tewas akibat hujan bom oleh pihak Rusia ataupun rezim Suriah.

Ledakan bom yang sama di kawasan Qaterji dalam Aleppo tersebut telah menewaskan abangnya.

Untuk diketahui, Beijing mendukung pemerintahan Bashar al-Assad dan satu kubu dengan Rusia. China memang kerap melontarkan kritik terhadap pihak Barat karena dianggap mencampuri perang di negeri orang.

Suara penyiar CCTV menyebutkan, "Para kritikus menduga bahwa video itu menjadi bagian dari perang propaganda yang bertujuan menciptakan dalih 'kemanusiaan' bagi pihak Barat untuk lebih terlibat di Suriah."

"Para penolong tidak bergegas mengupayakan pertolongan, tapi malah cepat-cepat memasang kamera," demikian dilanjutkan suara penyiar itu.

Laporan CCTV diberi tajuk "Gambar berpose? Melebih-lebihkan? Video ini diduga palsu."

CCTV juga menuding bahwa pihak Pertahanan Sipil Suriah yang mengambil gambar itu memiliki "independensi yang dipertanyakan". Penyiar itu kemudian mengkaitkan kelompok itu dengan negara Inggris.

Laporan itu melanjutkan, "Kedengarannya seperti suatu kelompok yang diorganisasikan oleh warga Suriah, tapi sebenarnya dipimpin oleh suatu organisasi bernama 'Crisis Rescue', yang pendiri dan pemimpinnya adalah seorang pejabat militer Inggris."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya