Liputan6.com, Pyongyang - Sistem Komando Strategis Amerika Serikat (AS) mendeteksi kegagalan aktivitas uji coba rudal balistik terbaru yang dilakukan Korea Utara (Korut) di barat laut Kota Kusong. Pernyataan tersebut diumumkan oleh Pentagon.
"Kami sangat mengutuk ini dan uji coba rudal Korut lainnya. Jelas pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang secara eksplisit melarang Korut melakukan peluncuran dengan teknologi rudal balistik," ujar Juru bicara Pentagon, Gary Ross, seperti dikutip dari CNN, Minggu (16/10/2016).
Washington lebih lanjut mendesak negara pimpinan Kim Jong-un itu untuk menahan diri dari berbagai tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan di kawasan.
Advertisement
"Tindakan provokasi ini hanya berfungsi meningkatkan tekad masyarakat internasional melawan kegiatan ilegal Korut termasuk melalui sanksi DK PBB. Komitmen pertahanan kami terhadap sekutu termasuk Korea Selatan (Korsel) dan Jepang dalam menghadapi ancaman ini kuat," tegas Ross.
Sementara itu, Komando Pertahanan Ruang Angkasa Amerika Utara (NORAD) menyatakan bahwa uji coba rudal Korut tidak menimbulkan ancaman terhadap Amerika Utara.
Menyoroti peristiwa serupa, Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan bahwa Washington dan Seoul telah berbagi informasi terkait kegagalan uji coba rudal ini. Korsel menyebut tindakan tersebut jelas pelanggaran terhadap resolusi DK PBB.
Negeri Ginseng sangat mengutuk tindakan Korut tersebut. Namun di sisi lain, Korsel menegaskan bahwa pihaknya 'bersiap' menghadapi provokasi-provokasi lainnya.
Pentagon dan Korsel mengklaim rudal yang diuji coba merupakan rudal jarak menengah Musudan. Menurut Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Musudan mampu menjangkau Jepang dan Guam.
CSIS mengatakan bahwa Korut memiliki sejumlah catatan kegagalan terkait dengan uji coba rudal Musadan. Sebanyak empat kali peluncuran yang dilakukan pada April dan Mei lalu dilaporkan gagal.
Lantas, dua uji coba berikutnya terjadi pada Juni di mana salah satu rudal meledak di udara dan yang kedua jatuh di laut Jepang. Yang terakhir, pada September lalu, tiga rudal yang ditembakkan dari bagian barat Korut juga dilaporkan jatuh di Laut Jepang.
Presiden AS, Barack Obama dan Presiden Korsel, Park Geun-hye yang mengutuk uji coba rudal Korut tersebut pun menjanjikan sanksi yang lebih efektif terhadap Korut.
Eskalasi ketegangan di kawasan Semenanjung Korea meningkat pasca-uji coba nuklir terbesar Korut pada 9 September lalu. Aktivitas tersebut memicu gempa berkekuatan 5,3 skala Richter--sebagian menyebut 5,1.
Demi melindungi diri dari negara tetangga utaranya yang 'agresif', Korsel telah bernegosiasi dengan AS untuk menyebarkan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Menurut Seoul, THAAD diharapkan akan dapat beroperasi secara utuh pada akhir 2017 mendatang.