Presiden Korsel Serukan Warga Korut Membelot

Presiden Korsel, Park Geun-hye serukan warga Korut membelot ke negaranya di mana ia menawarkan harapan dan kehidupan baru.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 02 Okt 2016, 10:01 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2016, 10:01 WIB
Presiden Korsel Park Geun-hye
Presiden Korsel Park Geun-hye (Reuters)

Liputan6.com, Seoul - Presiden Korea Selatan (Korsel), Park Geun-hye menyerukan warga Korea Utara (Korut) untuk meninggalkan negara mereka dan membelot. Pernyataan ini muncul tak lama setelah peristiwa pembelotan tentara yang menyeberang ke Korsel melalui zona demiliterisasi (DMZ).

Dalam sebuah pesan langka, Presiden Park Geun-hye mengundang rakyat dan tentara Korut untuk pindah ke Korsel yang disebutnya sebagai "tanah kebebasan".

"Kami sangat menyadari realitas mengerikan yang Anda hadapi. Nilai-nilai universal, demokrasi, hak asasi manusia, dan kesejahteraan adalah hak berharga yang harus Anda nikmati juga," ujar Presiden Geun-hye dalam pidatonya pada Hari Angkatan Bersenjata Korsel seperti dikutip dari AFP dan dilansir France24, Minggu (2/10/2016).

"Kami akan terus membuka jalan bagi Anda untuk menemukan harapan dan sebuah kehidupan baru. Silahkan datang ke tanah kebebasan di Korsel kapanpun Anda inginkan," imbuhnya.

Seruan Geun-hye ini muncul setelah sejumlah kasus pembelotan pejabat dan militer Korut. Belum lama ini, Wakil Duta Besar Korut untuk Inggris, Thae Yong-ho menempuh langkah serupa. Hingga saat ini ia diketahui sebagai diplomat tertinggi Korut yang pernah membelot.

Menurut Presiden Geun-hye, pembelotan dilatarbelakangi oleh peristiwa kelaparan dan penindasan yang meningkat secara drastis.

"Ada pembelotan terus menerus bahkan oleh elite Korut yang mendukung rezim," kata presiden perempuan pertama Negeri Ginseng itu.

Pada April lalu, sekitar 12 pelayan dan manajer yang bekerja di sebuah restoran Korut di China dilaporkan tiba di Korsel. Ini disebut sebagai pembelotan langka karena dilakukan secara berkelompok.

Selama bertahun-tahun, hampir 30.000 warga Korut melarikan diri dari kemiskinan dan penindasan di negara mereka dan memilih menetap di Korsel. Namun di bawah kepemimpinan Kim Jong-un jumlah pembelot meningkat menjadi 2.000 per tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya