72 Persen Muslim AS Dukung Hillary Clinton

Jumlah itu meningkat cukup tinggi dibanding saat pilpres AS 2012 lalu, yang hanya 52 persen.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 07 Nov 2016, 08:33 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2016, 08:33 WIB
Hillary Clinton
Capres AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton sebelum debat capres AS ketiga dan terakhir di University of Nevada, Las Vegas, Rabu (19/10). (REUTERS/Mark Ralston/Pool)

Liputan6.com, Miami - Pemilihan Umum atau Pemilu Amerika Serikat tinggal menghitung hari. Jelang hari besar tersebut, Dewan Hubungan Amerika-Islam merilis survei terkait capres yang akan dipilih Umat Muslim AS.

Dari data yang mereka rilis, suara umat Muslim AS kebanyakan diberikan untuk Calon Presiden Partai Demokrat Hillary Clinton. Jumlahnya mencapai lebih dari 70 persen.

"Sekitar 72 persen warga Muslim AS yang akan menggunakan hak pilihnya mengatakan mereka akan memberikan suaranya untuk Hillary Clinton. Sementara 4 persen lainnya mengatakan mereka akan memilih Donald Trump," sebut Direktur Departemen Urusan Pemerintahan Dewan Hubungan Amerika-Islam, Robert S McCaw.

Tiga persen lainnya memilih capres Partai Hijau, Jill Stein dan 2 persen untuk capres Partai Liberal Gary Johnson, sisanya belum menentukan pilihan.

McCaw mengungkapkan, alasan suara Muslim diberikan pada Hillary terkait citra telah dibangun capres Partai Demokrat tersebut.

Masyarakat Muslim AS melihat, Hillary dekat serta mau merangkul warga Muslim. Perilaku itu sama sekali tidak dilakukan Donald Trump.

Dalam survei lain yang dilakukan, McCaw menyebutkan, 62 persen warga Muslim melihat Partai Republik tidak ramah terhadap mereka. Angka itu meningkat cukup tinggi dibanding saat pemilu 2012 lalu, yang hanya ada di angka 52 persen.

Dia menyatakan, sebenarnya jika dirinci ulang, ada 12 persen warga Islam yang ingin memilih Partai Republik. Namun, niat itu mereka urungkan.

Alasannya satu. Sosok Donald Trump yang terpilih sebagai capres Partai Republik membuat mereka mengurungkan niatnya tersebut.

"Trump itu islamfobia. Dia mengeluarkan pernyataan buruk, seperti Islam adalah sebuah agama yang penuh kebencian," tutup McCaw.

Islamfobia Donald Trump

Islamfobia melekat pada Trump karena ia pernah mengeluarkan pernyataan, yang meminta agar Muslim dilarang masuk ke Amerika Serikat. Ungkapan itu ditentang banyak orang, Gedung Putih, hingga para petinggi dunia.

Suami Melania Trump itu juga pernah mengusir seorang muslimah yang menghadiri kampanyenya. Rose Hamid datang ke kampanye Donald Trump yang digelar di Rock Hill, Carolina Utara, Jumat, 8 Januari 2016.

Muslimah berjilbab itu mengenakan kaus biru bertuliskan, "Salam, I come in peace" -- Salam, saya datang dalam damai.

Kertas kuning berbentuk bintang yang bertuliskan 'Muslim' tertempel di bahu perempuan 56 tahun itu.

Tak ada satu kalimat pun yang ia sampaikan. Rose Hamid hanya berdiri diam di belakang kandidat calon Presiden Amerika Serikat itu, yang sedang berpidato, dengan nada berapi-api--menuding bahwa pengungsi dari Suriah yang lari dari negaranya tergabung dalam ISIS.

Meski Hamid hanya berdiri diam, ia dianggap sebagai gangguan. Atas instruksi staf kampanye, para pendukung meneriakkan nama Trump berkali-kali. Mereka menunjuk-nunjuk ke arah Hamid dan Marty Rosenbluth, pria di sebelahnya yang juga berdiri.

Selain Hamid, ada 3 orang lain yang dikeluarkan. Mereka semua mengenakan tanda bintang dari kertas kuning yang bentuknya mirip dengan yang dikenakan kaum Yahudi di tengah holocoust pada era Hitler.

*Liputan Pilpres AS langsung dari Miami dan New York terlaksana berkat kerja sama dengan Kedubes Amerika Serikat untuk Indonesia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya