NASA: 'Bulan' Biru Dekat Matahari Bukan UFO

Beberapa hari yang lalu sebuah penampakkan misterius di angkasa luar membuat orang-orang berpikir ada UFO di dekat matahari.

oleh Nurul Basmalah diperbarui 23 Nov 2016, 13:24 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2016, 13:24 WIB

Liputan6.com, Washington D.C - Beberapa hari yang lalu satelit NASA yang mengamati matahari, STEREO, merekam penampakan aneh di dekat pusat tata surya itu. Foto penampakan misterius itu memperlihatkan adanya sebuah objek bulat seperti 'bulan' yang berwarna biru.

Setelah gambar penampakan objek misterius itu tersebar di dunia maya -- diposting oleh pengguna Facebook bernama Pamela Johnson --  netizen menjadi gempar dan mencoba mengemukakan teori-teori untuk menjelaskan apa sebenarnya 'bulan biru' tersebut.

Beberapa menyebutkan bahwa 'bulan biru' itu bisa saja wormhole (lubang cacing), atau planet pengembara.

Namun semua dugaan tersebut terbantahkan dengan adanya penjelasan dari NASA, seperti yang dikutip dari Daily Mail, Rabu (23/11/2016).

Ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat itu menyebutkan bahwa penampakan 'bulan' biru itu terjadi karena adanya dua gambar yang disatukan.

Menurut NASA gambar yang dihasilkan pun sebenarnya tidak memperlihatkan adanya benda biru di depan matahari. Para ilmuwan itu juga mengatakan bahwa foto tersebut sama sekali tidak terlihat sama seperti yang tersebar di internet.

Saat gambar diambil ada lubang korona di permukaan matahari, namun itu tidak difoto oleh NASA.

Obje bulat biru pekat terlihat didekat matahari, membuat ilmuwan penasaran apa sebenarnya benda tersebut, (Dailymail.com)

"Pada akhir bulan Oktober, sebuah lubang di atmosfer matahari 'mencambuk' medan gaya Bumi dengan angin matahari, menimbulkan badai geomagnetik berkekuatan sedang dan mengakibatkan aurora di Arktik selama satu minggu," kata SpaceWeather.

Lubang Korona

Lubang korona merupakan daerah pada korona (berarti 'mahkota') matahari, di mana medan gaya lebih 'memilih' menjangkau angkasa daripada kembali ke permukaan.

Partikel yang bergerak di sekitar medan gaya dapat meninggalkan matahari dan tidak terperangkap di permukaan.

Pada Oktober, terdapat lubang hitam yang disebut Lubang Korona pada permukaan Matahari (NASA/Dailymail.com)

Pada bagian 'jejak' korona meninggalkan Matahari, cahaya yang ditimbulkan lebih suram dan mengakibatkan lubang korona lebih gelap.

Lubang kolona dapat mengakibatkan timbulnya aliran angin matahari yang dapat menabrak medan gaya di atmosfer Bumi.

Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya aktivitas geomagnetik.

Dalam beberapa minggu belakangan akibat terjadinya aktivitas tersebut, manusia di Bumi dapat menyaksikan adanya peningkatan kemunculan Northern Lights, di lokasi di aman aurora itu tidak biasanya muncul.

Ada dua macam aurora, Aurora Borealis -- 'subuh di ufuk utara'-- dan Aurora Australis yang berarti 'subuh di ufuk selatan'.

Cahaya yang dihasilkan berasal dari adanya pertukaran partikel dari matahari ketika memasuki atmosfer Bumi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya