Liputan6.com, Jakarta Peristiwa melahirkan di dalam pesawat bukan pertama kali terjadi di dunia penerbangan. Kisah terbaru datang dari seorang penumpang berinisial RS (18) asal Jawa Timur.
RS melahirkan di dalam pesawat Citilink rute Pontianak – Surabaya pada Selasa 11 Maret 2025. Beruntung, di dalam pesawat yang sama ada seorang bidan yakni Tessa Siswina. Kejadian tak terduga ini pun berhasil ditangani dengan sigap oleh Tessa.
Atas aksinya yang heroik, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan penghargaan kepadanya sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya.
Advertisement
Tessa yang saat itu duduk di kursi nomor 15F, awalnya tidak menyadari adanya situasi darurat. Suasana mulai ramai ketika Pilot mengumumkan bahwa diperlukan bantuan dari tenaga medis, baik dokter maupun bidan.
“Saya tanya dengan ibu disamping saya, kenapa heboh di belakang? Apa ada yang mabuk di belakang? Si ibu menjawab ada yang mau melahirkan,” kata Tessa mengingat kejadian di hari tersebut mengutip SehatNegeriku, Selasa (18/3/2025).
Tessa segera berdiri, dan ibu di sebelah bertanya apakah dirinya bisa menolong ibu yang mau melahirkan.
“Bisa,” jawab Tessa.
Kemudian, Tessa melempar tas dan jam tangannya ke bawah kursi dan menghampiri pramugari sambil mengangkat tangan kirinya.
“Dokter?” tanya pramugari. Tessa pun menjawab dengan lantang: bidan.
“Kondisinya bagaimana?” tanya Tessa saat melihat penumpang sedang dalam posisi berbaring di seat nomor 18.
“Sudah pecah ketuban,” jawab pramugari.
“Berapa minggu?” tanya Bidan Tessa kemudian, dan dijawab 33 minggu.
Lahir di Ketinggian 35.000 Kaki
Dalam situasi darurat ini, Tessa mengambil alih proses persalinan di lantai bagian belakang pesawat dan membantu kelahiran bayi dengan selamat.
Pilot pun kemudian mengumumkan bahwa telah lahir bayi laki-laki pada ketinggian 35.000 kaki di atas permukaan laut. Tessa yang saat itu masih berupaya mengeluarkan plasenta merasa merinding saat mendengar pengumuman dari pilot.
Tessa beberapa kali bertanya kepada pramugari, berapa waktu lagi yang tersisa hingga landing sehingga dia bisa memperkirakan waktu agar proses persalinan bisa selesai sebelum landing.
Advertisement
Puji Kecukupan Peralatan Medis di Pesawat
Saat itu, RS hanya didampingi oleh anaknya yang masih berusia tiga tahun, sementara suaminya masih berada di Malaysia untuk bekerja.
Setelah melahirkan, bayi yang baru lahir langsung digendong oleh penumpang lain karena sang ibu masih dalam kondisi pemulihan.
Saat selesai, Tessa diminta tanda pengenal sebagai bidan dan ia menunjukkan kartu anggota Ikatan Bidan Indonesia.
Tessa mengapresiasi kecukupan peralatan medis yang disediakan oleh maskapai sehingga sangat membantu dalam menangani kondisi darurat ini. Tessa berupaya mengalihfungsikan beberapa alat sehingga dapat digunakan secara tepat.
Tentang Tessa
Tessa adalah seorang dosen di Poltekkes Kemenkes Pontianak. Ia baru saja menyelesaikan program doktoralnya di Universitas Padjadjaran (UNPAD) tahun 2024 melalui beasiswa tugas belajar (Tubel) dari Kementerian Kesehatan dalam waktu 2,5 tahun.
“Alhamdulillah saya sangat berterima kasih atas beasiswa yang saya dapatkan dari Tubel Kemenkes yang sangat membantu saya dalam menyelesaikan pendidikan saya. Saya merasa beruntung menjadi salah satu penerima Tubel sehingga dapat melanjutkan studi hingga jenjang doktoral,” kata Tessa.
Saat ini, Tessa kembali aktif sebagai dosen di Poltekkes Kemenkes Pontianak dan dipercaya untuk menjabat sebagai Ketua Bidang 5 di Kolegium Kebidanan, asessor LAMPTKes, dan Pengurus Daerah IBI Prov Kalbar.
Ia berharap dapat terus berkontribusi dalam dunia kebidanan, terutama dalam melatih generasi muda agar menjadi tenaga medis profesional yang berkualitas.
Direktur Jenderal Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan, Yuli Farianti, menyampaikan bahwa penghargaan yang diberikan Menteri Kesehatan kepada Tessa merupakan bentuk apresiasi atas dedikasinya dalam menangani situasi darurat ini.
“Kejadian ini juga menjadi bukti bahwa di tengah situasi darurat ketenangan dan keterampilan seorang tenaga kesehatan seperti Tessa, sangat dibutuhkan. Semoga peristiwa ini dapat menjadi inspirasi bagi para profesional tenaga kesehatan lainnya dalam menghadapi tantangan yang tidak terduga di lapangan,” ujar Yuli.
Advertisement
