Liputan6.com, Kuala Lumpur - Seorang kartunis Malaysia yang dikenal turut mengecam skandal 1MDB yang melibatkan Perdana Menteri, Najib Razak dan keluarganya ditangkap atas tuduhan penghasutan. Peristiwa itu pun memicu kecaman terhadap pemerintah yang dinilai berusaha membungkam para pengkritik.
Seperti dikutip dari The Guardian, Minggu (27/11/2016), Zulkifli Anwar Ulhaque yang menggunakan nama pena Zunar ditangkap di negara bagian Penang saat ia tengah berpartisipasi dalam sebuah festival sastra.
Kepala Kepolisian Distrik Penang, Mior Faridalathrash Wahid mengatakan, Zunar ditangkap "atas tindakan penghasutan". Namun ia menolak memberikan keterangan lebih lanjut.
Advertisement
Festival penyelenggara sastra dan para peserta mengutuk penangkapan terhadap pria itu.
"Tindakan represi telah mencapai tingkatan berbahaya di Malaysia," ujar seorang penulis, Michael Vatikiotis.
"Fakta bahwa penangkapan Zunar ini terjadi di the George Town Literary Festival, yang dihadiri oleh puluhan penulis dan seniman internasional, hanya semakin menegaskan bahwa pemerintah mengabaikan hak untuk berekspresi," imbuhnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, puluhan kritikus pemerintah termasuk di antaranya politisi dari kalangan oposisi, akademisi, aktivis, dan jurnalis telah ditangkap atas tuduhan penghasutan atau alasan lain. Hal ini pun memicu pertanyaan dari kelompok pemantau hukum dan HAM.
Zunar "tidak asing" dengan hukum. Penangkapan tersebut merupakan yang kesekian kali baginya. Sebelumnya, Zunar memiliki sembilan dakwaan lainnya di bawah UU Penghasutan yang masih menunggu untuk disidangkan.
Penangkapan itu berawal dari penggerebekan yang dilakukan terhadap kantor Zunar di mana ditemukan buku kartun politik karangannya yang sebagian besar mengolok-olok PM Najib dan istrinya, Rosmah Mansor.
PM Malaysia itu menghadapi tuduhan korupsi atas dana miliaran dolar milik badan investasi nasional Malaysia, 1MDB. Tudingan tersebut dibantahnya.
Namun beberapa waktu lalu Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (AS) mengajukan gugatan hukum untuk menyita aset yang diduga diperoleh dengan menggunakan dana curian dari 1MDB.
Dalam dokumen gugatan, Kementerian Kehakiman AS menyebut seseorang dengan inisial "Malaysian Official 1" lebih dari 30 kali dan menuding bahwa sosok ini telah menerima sekitar US$ 681 juta, namun kemudian mengembalikan sebagian besar uang tersebut. Belakangan, seorang menteri senior Malaysia, Datuk Abdul Rahman Dahlan mengakui bahwa "Malaysian Offial 1" adalah PM Najib.
Dugaan keterlibatan Najib dalam skandal 1MDBÂ itu telah memicu aksi protes dari gerakan reformis yang mendesak pengunduran dirinya. Pemimpin dari gerakan ini, Maria Chin Abdullah ditangkap dan keberadaannya tak diketahui.
Tak hanya Maria, pihak berwenang juga menangkap puluhan orang lainnya sebelum, selama, dan setelah demonstrasi berlangsung. Penangkapan itu memicu kritik dari kelompok pemantau HAM.